27.8 C
Jakarta

Kekerasan Seksual, Berkicau di Khilafah, Berakhir Pada Buruknya Generasi Bangsa

Artikel Trending

Milenial IslamKekerasan Seksual, Berkicau di Khilafah, Berakhir Pada Buruknya Generasi Bangsa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), pada 3 Mei 2023 lalu, menyampaikan bahwa ada kekerasan seksual terjadi tiap pekan sekali di dunia pendidikan. Setelah dipetakan, selama rentang Januari—Mei 2023, terjadi 22 kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan dengan jumlah korban sebanyak 202 anak.

Herannya, kekerasan ini tidak hanya terjadi di satuan pendidikan yang ada di wilayah kewenangan Kemendikbudristek. Namun kekerasan seksual juga terjadi di bawah Kemenag RI, termamsuk juga pada lembaga keagamaan lainnya.

Data Mutakhir

Adapun wilayah pendataan kejadian kekerasan seksual direkam dari 18 kabupaten/kota, di delapan provinsi, yakni di Sumatra Utara, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Hasil pendataan ini ditemukan bahwa para pelaku tindak kekerasan seksual ini adalah orang-orang yang dianggap tokoh, alim, dan semestinya menjadi pelindung bagi para anak didiknya. Hasilnya, sebanyak 50% kasus terjadi di satuan pendidikan di bawah Kemendikbudristek, 36,36% kasus di satuan pendidikan di bawah Kemenag, sisanya (13,63%)  terjadi di lembaga pendidikan informal, yaitu tempat mengaji di lingkungan perumahan.

Adapun catatan Kemen PPPA menyebutkan, kasus kekerasan seksual terhadap anak saja, pada 2022 mencapai 9.588 kasus. Padahal, tahun sebelumnya “hanya” ada 4.162 kasus. Sebelumnya, Komnas Perempuan menyebut (khusus yang terjadi di satuan pendidikan), pada 2020, jumlahnya sekitar 88% dari total kasus yang diadukan. Sebanyak 27% di antaranya, terjadi di lingkungan perguruan tinggi. (kemendikbud[dot]go, 19-1-2023).

Kritik Aktivis Khilafah

Di tengah dinamika tersebut, para aktivis khilafah berteriak kencang. Menurutnya, langkah-langkah yang diambil pemerintah tidaklah tepat dan tidak cukup efektif dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual. Buktinya, makin banyaknya korban dan kasus-kasus kekerasan seksual yang baru bermunculan, di tengah kasus-kasus sebelumnya belum tertuntaskan.

Menurut aktivis khilafah, ini adalah efek dari solusi yang diambil oleh pemerintah. Pemerintah terkait pembacaan pada akar masalah ini terkesan masih sangat artifisial,  pragmatis, dan sangat ego sektoral. Akibatnya, solusi tersebut tidak menyentuh akar persoalan, malah menambah rumit permasalahan. Bahkan katanya, kondisi tersebut sangat menodai citra dan performa generasi bangsa yang semestinya menjadi tempat membina jati diri dan kepribadian generasi bangsa.

BACA JUGA  Meningkatkan Suluh Puasa dengan Menutup Pintu Radikalisme

Bagi aktivis khilafah, kendala lain mengapa kekerasan seksual makin tumbuh adalah kebijakan di bidang pendidikan yang carut marut. Pantuan aktivis khilafah, pendidikan Indonesia hanyalah menjadi perpanjangan tangan dari paham sekuler yang cenderung melemahkan pertahanan ideologis sebagai fondasi kepribadian anak didik, serta segenap bangsa keseluruhan.

Alhasil, semua strategi dan sulusi yang diambil tidak bisa diharapkan akan problem kekerasan seksual kapan pun, di mana pun, termasuk di satuan pendidikan. Karena solusi dan sistem jauh dari kata ideal, serta rusak dan merusak, maka aktivis khilafah menyebutkan bahwa akan berpengaruh terhadap kualitas generasi pada masa yang akan datang, ditambah dampak kekerasan seksual biasanya berjangka panjang.

Solusi Ilusif

Oleh sebab itu, aktivis khilafah menawarkan solusi bahwa problem kekerasan seksual merupakan problem sistem yang harus dipecahkan secara sistemis pula. Untuk menyudahi kekerasan seksual ini, menurutnya, hanya bisa dipecahkan oleh sistem Islam. Di mana, sistem Islam benar-benar akan menutup celah kerusakan, termasuk peluang munculnya kasus kekerasan seksual di semua lini kehidupan.

Karena, menurutnya, sistem Islam berada dalam naungan takwa, yang takwa ini bersemayam dalam diri individu, bisa menguatkan kontrol di tengah masyarakat, serta tegasnya negara dalam menerapkan seluruh hukum Islam. Baik mulai dari sistem ekonomi, sosial/pergaulan, media massa, sanksi, pendidikan, dan sebagainya.

Sistem Islam dianggap menjadi lapis-lapis pelindung bagi kehormatan dan kemuliaan generasi umat Islam. Hadirnya sistem Islam dalam ranah kehidupan terbukti benar-benar menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Menurut aktivis khilafah, jika bisa dilakukan demikian, maka kehidupan manusia akan berjalan lurus sesuai hakikat hidup, serta mendapatkan makna kebahagiaan hakiki, dan standar perbuatan, membuat kehidupan berjalan selaras dengan tujuan penciptaan. Manusia, katanya akan diarahkan untuk hidup sesuai fitrahnya dengan berbagai aturan hidup yang menjamin kebahagiaan. Di dunia iya, di akhirat juga, katanya.

Sayangnya, semua solusi dari atas, itu hanyalah ilusif semata. Mengapa demikian, karena hingga sekarang, aktivis khilafah belum satu pun bisa mengakhiri daripada problem masalah dirinya tersebut. Bahkan malah salah satu jurus ampuh yang mereka tawarkan selama ini hanyalah hijrah, dan kawin poligami. Aduh…

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru