28.2 C
Jakarta

Islam Yes! Khilafah No!: Sebuah Pijakan Bangsa Indonesia

Artikel Trending

KhazanahTelaahIslam Yes! Khilafah No!: Sebuah Pijakan Bangsa Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com-Nadirsyah Hosen, atau yang biasa disebut Gus Nadir, dalam karyanya yang berjudul “Islam Yes! Khilafah No!” secara terang-terangan menyinggung gerakan para aktivis khilafah yang sampai saat ini, masih bergerilya di Indonesia. Dalam transformasi gerakan yang dilakukan oleh para aktivis khilafah, media sosial menjadi ruang yang sangat luas untuk mereka melakukan kampanye, propaganda agar bisa diterima oleh publik.

Terhimpun dalam organisasi yang disebut HTI, wacana pendirian negara Islam mendapat penolakan besar dari pemerintah dengan dibubarkannnya organisasi tersebut. Dalam bukunya, Gus Nadir menegaskan bahwa melarang HTI hidup di Indonesia adalah bagian dari menjaga keutuhan NKRI karena ini merupakan ancaman yang sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan bangsa. Tantangan lain yang dihadapi oleh pemerintah adalah kebebasan berekspresi dalam menyuarakan sebuah isu. Pelarangan gerakan aktivis khilafah dianggap melarang praktik kebebasan berekspresi. Dilema pemerintah ini terus dipertanyakan oleh para aktivis khilafah, sehingga kekosongan jawaban itu dimanfaatkan oleh para aktivis khilafah untuk terus melakukan propaganda.

Di satu sisi, para aktivis khilafah itu sendiri, memiliki narasi yang berbeda atas segala penolakan yang ada. Berdalih bahwa khilafah tidak bertentangan dengan Pancasila, para aktivis khilafah menyebarkan narasi bahwa, pendirian negara Islam di Indonesia termasuk sila pertama karena khilafah merupakan ajaran Islam. Narasi racun semacam ini, perlu dikritisi bersama sebab, sebagai masyarakat Muslim sudah sepatutnya kita menyadari bahwa sejarah tentang penerapaan sistem pemerintahan Islam tidak murni dan tidak semulus narasi yang dibangun oleh para aktivis khilafah. Praktik-praktik yang direpresentasikan oleh para khilafah pada masa kejayaan Islam, tidak terlepas juga dari praktik korupsi, pembunuhan, dll.

Pandangan  Gus  Nadir  mengenai khilafah  harus  menyikapinya  secara  proporsional.  Gus Nadir memberikan kesan bahwa  dengan  menjadikan khilafah  is  the  (only)  solution, maka  melupakan bahwa sebenarnya banyak kisah  kelam (sebagaimana juga banyak  kisah  keemasan) dalam masa kekhilafahan  itu.  Jadi,  mendirikan  kembali khilafah  tidak  berarti  semua  permasalahan  akan hilang dan lenyap.

Khilafah adalah Utopia

Khilafah yang digencarkan oleh para aktivis khilafah dengan menyebut sebuah kewajiban untuk menerapkan di Indonesia, bagi Gus Nadir tidaklah wajib. Yang wajib justru memiliki pemimpin yang disebut khalifah. Selama ini. Aktivis khilafah memelintirkan arti dari kata khilafah yang dinilai sebagai sistem pemerintahan Islam. Narasi itu menjadi pijakan gerakan aktivis khilafah untuk menggelorakan gerakannya.

BACA JUGA  Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

Menurut Gus Nadir, pemimpin bisa saja ketua RT, kepala suku, presiden, atau dll. Lebih jauh menurut Gus Nadir, konsep pemimpin bersifat wajib berdasarkan akal dengan alasan manusia itu adalah makhluk sosial. Faktor tersebut menjadi salah satu alasan pertengkaran, rasa iri, bahkan permusuhan. Adanya pemimpin bisa mengatur dan mencegah kemungkinan-kemungkian buruk terjadi. Tidak hanya itu, adanya pemimpin wajib menurut syari’at karena kepala negara menjalankan tugas-tugas agama yang bisa saja, akal tidak mendukungnya dan agama menjadi pijakan dasar untuk melindungi dirinya dan orang lain sehingga menciptakan kemaslahatan.

Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa, gerakan pendirian negara Islam di Indonesia sebagaimana dikampanyekan oleh aktivis khilafah, hanya berdalih pada ajaran Islam. Secara praktik, mereka sebenarnya gerakan politik yang mengatasnamakan Islam saja.

Kebijaksanaan sebagai Bangsa

Hal sederhana untuk mempertanyakan kredibilitas pendirikan negara Islam yang diperjuangkan oleh para aktivis khilafah adalah, jika khilafah dengan segala tuntunan yang diperjuangkan oleh para aktivis khilafah adalah ajaran Islam, mengapa negara-negara dunia yang memiliki banyak penduduk Muslim menerapkan khilafah? Ini berarti menegakkan khilafah bukanlah hal wajib. Apalagi kalau kita lihat khilafah versi aktivis khilafah justru sangat bertentangan dengan kemanusiaan, dan perbedaan yang tercipta di Indonesia.

Kesadaran tentang gerakan yang dilakukan oleh para aktivis khilafah, perlu untuk kita pahami bersama. Sebagai bangsa yang besar dan memiliki banyak perbedaan berkenaan dengan ras, suku dan agama, Pancasila dan UUD 1945 merupakan dua hal yang harus dipahami secara mendalam dan final. Ideologi-ideologi yang memecah belah bangsa Indonesia, wajib untuk kita usir dan hempaskan. Islam Yes! Khilafah No! tidak hanya berisi jargon semata. Akan tetapi perlu melekat dalam diri dan menolak seluruh ajaran yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan politik yang pada akhirnya memecah belah bangsa Indonesia. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru