27.8 C
Jakarta

Indonesia, Agama, dan Hari Raya Umat Beragama

Artikel Trending

KhazanahOpiniIndonesia, Agama, dan Hari Raya Umat Beragama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai keagamaan. Di sini agama disebut sebagai sistem kepercayaan yang bisa menghadirkan norma-norma kebaikan melalui ajaran yang ada di dalamnya. Itulah salah satu alasan mengapa Indonesia menempatkan pilar Ketuhanan Yang Maha Esa di poin pertama dalam prinsip ideologi di negara Indonesia.

Sebab, dari sinilah kita sebagai warganya diharapkan mampu menjadi manusia yang santun, serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam ajaran agama tersebut.

Selain agama Indonesia juga dianggap sebagai negara yang majemuk. Di mana Indonesia dikenal sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, sampai dengan budaya.

Banyaknya keanekaragaman inilah yang kemudian menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sederhananya pengajaran tentang kesetaraan serta menjadi suatu kelompok manusia dengan identitas dan tujuan yang sama. Yang kemudian tertuang dalam Bhineka Tunggal Ika.

Perbedaan adalah fitrah yang harus dijaga. Karena dari perbedaan inilah manusia bisa saling menghormati dan menjaga dalam hidup di bumi Indonesia.

Berangkat dari sinilah kita seharusnya menyadari bahwa agama yang ada di Indonesia pasti memiliki momen-momen tertentu untuk merayakan kebahagiaan dan kemenangan. Seperti dalam Kristen ada hari raya natal, Islam ada hari raya Idul Fitri dan Iduladha, Hindu memiliki hari raya Nyepi serta agama lain yang ada di Indonesia tentunya memiliki hari paling sakral dan ditunggu-tunggu oleh setiap golongan yang mengikutinya.

Menelaah pemahaman ini seharusnya kita sebagai penghuni Indonesia menyadari, bahwasanya agama ada di bangsa ini merupakan pilar untuk menjaga keutuhan NKRI.

Dengan keadaban yang dipelajari dari suatu agama manusia bisa memilah dan memilih untuk menjadi manusia yang toleran. Atau dalam bahasanya Gus Mus, agama itu menerangi bukan membenci. Agama itu mengajak, bukan menyepak. Serta agama itu rahmat, bukan kebencian.

Kesantunan yang diajarkan dalam agama tersebut kemudian bisa disalurkan pada bangsa yang majemuk ini. Sehingga mampu melahirkan manusia-manusia yang cerdas dan santun dalam berbagai kondisi.

BACA JUGA  Harmoni Ramadhan: Antara Saleh Ritual dan Saleh Sosial

Dan mampu mengoptimalkan pentingnya kebersamaan dan kerukunan dalam berbangsa. Serta mencegah lahirnya radikalisme menjadikan agama sebagai politisasi dalam mewujudkan kepentingan-kepentingan yang bisa merugikan bangsa Indonesia.

Apabila kita gali lebih jauh, sebenarnya politisasi keagamaan sudah seringkali terjadi di bangsa Indonesia. Seperti halnya momen menjelang natal sekarang ini, pasti ada sebagian oknum menganggap bahwa Indonesia negara kafir dengan menggunakan dalih-dalih agama yang menakutkan.

Dalih-dalih agama yang merasa dirinya benar dan yang lain salah. Sehingga dalam hal ini tidak menutup kemungkinan orang yang memiliki sumbu pemahaman keagamaan yang pendek, pasti akan menjadi fanatik untuk membenarkannya. Padahal apabila dipelajari lebih dalam itu merupakan bagian dari strategi politik keagamaan yang diperankan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan.

Dari situlah kemudian Gus Dur dalam buku Ilusi Negara Islam juga menyindir sekaligus menegaskan bahwa Jargon memperjuangkan Islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Langkah ini sangat ampuh karena siapapun yang melawan dituduh melawan Islam.

Apa yang disampaikan Gus Dur di sini sebenarnya berlaku kepada seluruh penganut keagamaan yang ada di dunia. Di mana seringkali agama dimanfaatkan sebagai ajang untuk menarik masa untuk sebuah kepentingan politik.

Padahal apabila kita pelajari dengan baik dan benar agama sebenarnya memiliki ajaran untuk menyatukan dan mendamaikan. Bukan sebagai alat untuk saling membenci dan menjatuhkan.

Untuk itu, dari sini sangat penting mengoptimalkan pemahaman tentang agama yang ada di Indonesia. Dengan beragama kita tidak hanya sekedar memahami mana yang benar dan salah. Lebih dari itu, agama mampu menjadi jembatan dalam membangun bangsa ajaran akhlak manusia dalam mengemban tugas negara.

Karena sejatinya bangsa Indonesia mengajarkan kita untuk menjadi Insan toleran terhadap segala perbedaan. Dan, sudah seharusnya agama menjadi entitas yang harus selalu dijaga untuk negara Indonesia. Sehingga mampu menciptakan negara yang santun dalam berbagai tindakan, khususnya dalam menjaga NKRI.

Selamat Hari Raya Iduladha 1441 H.

Suroso, S.Ag
Suroso, S.Ag
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru