32.5 C
Jakarta

Felix Siauw dan Propaganda Khilafah di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuFelix Siauw dan Propaganda Khilafah di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Khilafah Remake, Penulis: Felix Y. Siauw, Penerbit: Alfatih Press, Jumlah Hal: 296 Halaman, ISBN: 978-602-17997-8-9, Peresensi: Nisrina Salsabila.

Harakatuna.com – Propaganda khilafah oleh para aktivis HTI di TMII beberapa waktu lalu meresahkan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, mereka menebarkan ancaman bahwa NKRI harus dirombak menjadi negara khilafah. Namun lebih dari itu, sebenarnya aktivis HTI sudah dijejali khilafah sejak lama, melalui buku-buku para dedengkotnya. Sebagai contoh, buku “Khilafah Remake” karya Felix Siauw.

Kenapa perlu baca buku Khilafah Remake? Menurut saya, buku ini wajib dibaca jika ingin tahu tentang khilafah dalam pandangan Felix Siauw, atau jika penasaran dengan berita yang beberapa tahun lalu beredar tentang dinas pendidikan yang awalnya mewajibkan siswa SMA membaca buku Felix Siauw yang berjudul “Muhammad Al-Fatih 1453” kemudian membatalkannya. Atau berita tentang metamorfoshow yang meresahkan.

Katanya di situ ada bagian yang menggiring opini dan juga karena penulis adalah mantan anggota organisasi terlarang. Saya pernah baca buku Muhammad Al-Fatih 1453 itu tapi sudah agak lupa juga dengan isinya. Tapi menurut saya sendiri, bukunya termasuk berat dan penuh tulisan provokatif, yang untuk anak SMA pasti susah dimengerti. Tidak tahu kalau sekarang bukunya sudah dicetak ulang dengan desain yang berbeda.

Buku Khilafah Remake sendiri, untuk diketahui, memiliki 24 bab. Bagian pertama dimulai dengan sejarah pusat dunia yang berada di Timur Tengah. Wilayah yang memunculkan salah satu peradaban manusia paling awal, yaitu peradaban Mesopotamia. Mesopotamia sendiri berarti ‘di antara sungai-sungai’, lokasinya terletak di antara Sungai Eufrat dan Sungai Tigris.

Di daerah Timur Tengah itu pulalah Allah mengutus para nabi-Nya kepada umat manusia. Contohnya seperti Nabi Ibrahim, dan nabi-nabi yang lain. Di sinilah episode terbesar sejarah dunia dimulai.

Episode pertama adanya imperium Persia yang wilayahnya mencakup Asia Kecil, seluruh Mesir hingga perbatasan Hindustan. Mereka merupakan penyembah Dewa Matahari. Episode kedua dimainkan oleh imperium Romawi yang wilayahnya terdiri dari Spanyol, Portugal, Inggris, Italia, dan Turki.

Lalu dalam buku Khilafah Remake dikatakan juga ada episode ketiga yang tidak semua orang mengetahui keberadaannya. Disebut episode ketiga karena peradaban tersebut lebih luas wilayahnya dan lebih tinggi peradabannya dibanding dua episode sebelumnya. Tetapi tetap saja tidak banyak yang mengenal episode ketiga ini, yaitu episode Islam. Mungkin maksudnya banyak yang tidak menyadari kejayaan Islam pada masa lalu.

Kemudian bab selanjutnya menceritakan tentang kebangkitan Islam. Isinya langsung menceritakan bagian di mana Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan membangun Madinah. Nabi mulai mengirimkan surat untuk para pembesar. Sayang itu tak dijelaskan bagian awal Nabi berdakwah itu apakah tentang tauhid dan akidah atau bukan.

Lalu di bab tentang kegemilangan peradaban Islam adalah salah satu bab yang aku suka dan mencengangkan karena jarang kita tahu. Disebutkan penemu-penemu Islam contohnya Ibnu al-Haitsami yang menuliskan teori tentang mata, Abu Qasim al-Zahrami yang memberikan sumbangan dalam dunia kedokteran yaitu alat bedah dalam operasi caesar, dan yang sering kita dengar adalah ahli matematika al-Khawarizmi.

Ada juga angka-angka pencapaian lain seperti universitas pertama, perpustakaan yang banyak dimiliki Islam. Sayangnya ketika Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, buku-buku yang berjumlah ratusan ribu itu hanya bisa diselamatkan 400.000 eksemplar saja.

Terus kita dipertanyakan dengan keadaan sekarang, kenapa Islam masa kini dianggap tidak baik? Apa yang membuat Islam masa dulu berjaya? Menurut Felix ternyata ada tiga pilar yang menyokong kejayaan Islam pada masa dulu, yaitu individu yang bertakwa pada Allah, masyarakat yang berdakwah, dan negara yang menerapkan syariat.

Selanjutnya adalah bagian tentang khilafah. Khilafah menurut bahasa adalah menggantikan atau menempati. Inilah alasan mengapa penguasa tertinggi umat Islam disebut sebagai khalifah yang artinya adalah pengganti penguasa sebelumnya.

Di bagian ini diberi tahu peta-peta kepemimpian para khilafah berikut dengan infografis seluruh nama khilafah yang ada. Terus nanti ada pembahasan mengapa khilafah bisa runtuh, sistem pemerintahan khilafah zaman dulu seperti apa, dan metode pengangkatan baiatnya.

BACA JUGA  Mengoreksi Kaum Jihadis dalam Memahami Hadis

Pada bagian akhir, buku ini membahas bagaimana agar Islam bisa bangkit lagi. Ternyata jawabannya mirip kayak tiga pilar penyokong kejayaan Islam masa dulu.

Pertama kita harus mengkaji islam secara mendasar seperti tentang akidah hingga masalah yang lebih besar lagi. Lalu setelah kita memahami, wajib hukumnya berupaya untuk menjelaskan apa yang dipahami ke orang lain. Maka apabila pemikiran dan pemahamannya sudah islami, umat akan meminta penerapan syariat.

Saya kasih nilai 2/5 untuk buku ini. Menurut saya, buku ini bagus dibaca untuk anak kuliah dan umur di atasnya. Agar wawasan tambah mantap bahwa khilafah itu sama sekali tidak relevan untuk NKRI. Kendati begitu, desainnya juara dan saya suka karena banyak infografisnya. Apalagi untuk bagian sejarah yang ada tanggalnya: mantap bikin cepat mengerti.

Tapi sayang sekali, tulisannya kecil sekali. Padahal masih banyak space margin kosong di bukunya. Paling tidak kayak ukuran tulisan di buku Felix Siauw lainnya, seperti Art of Dakwah agar enak dibaca.

Terus alangkah baiknya kalau warna background halamannya terang, dan jangan membuat tulisannya terang juga. Kurang jelas ketika dilihat apalagi jenis font-nya juga tipis. Contohnya yang ada di halaman 258 itu background halamannya warna putih dan tulisannya warna kuning.

Lantas, mengapa harus dianggap tidak relevan? Jelas, karena kita ada di NKRI. Propaganda khilafah di negara ini harus dilawan karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme. Felix Siauw, sebagai orang yang terlibat, juga dapat kita telanjangi melalui buku ini bahwa gagasannya tentang khilafah penuh dengan manipulasi sejarah.

Buku Khilafah Remake memang merupakan salah satu dari sejumlah karya yang menyoroti tema khilafah dalam konteks Islam. Namun, relevansi buku tersebut untuk Indonesia sangatlah dipertanyakan. Ada beberapa alasan mengapa buku Felix Siauw ini justru menjadi propaganda yang harus dilawan.

Pertama, konteks historis dan kultural. Indonesia adalah negara dengan latar belakang historis, budaya, dan politik yang berbeda dengan negara-negara yang Felix uraikan. Negara ini memiliki warisan pluralisme budaya dan agama yang kuat, yang telah menjadi landasan bagi pembangunan negara modern yang inklusif. Ideologi khilafah jelas tidak sesuai dengan keragaman budaya dan agama yang ada di Indonesia.

Kedua, keberhasilan demokrasi. Meskipun memiliki tantangan dalam bidang politik dan sosial, Indonesia telah berhasil dalam menjalankan sistem demokrasi. Sistem politik demokratis telah memberikan kesempatan bagi partisipasi politik yang luas, pemilihan umum yang bebas dan adil, serta perlindungan hak asasi manusia. Gagasan khilafah mungkin tidak relevan dalam konteks kesuksesan demokrasi Indonesia.

Ketiga, kemajuan sosial-ekonomi. Negara ini telah mencapai kemajuan signifikan dalam bidang sosial-ekonomi, beberapa dekade terakhir. Negara ini telah menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pembangunan infrastruktur yang pesat. Konsep khilafah tentu tidak memberikan solusi yang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia saat ini.

Keempat, toleransi dan kerukunan antaragama. Kekuatan utama Indonesia adalah kerukunan antaragama dan toleransi. Negara ini dihuni oleh berbagai kelompok agama yang hidup berdampingan secara damai. Ideologi khilafah, dengan demikian, tidak konsisten dengan nilai-nilai toleransi dan kerukunan antaragama yang telah menjadi ciri khas Indonesia.

Artinya, kendati buku Khilafah Remake karya Felix Siauw memiliki dampak dan relevansi di beberapa konteks, amun dalam konteks Indonesia, khilafah sama sekali tidak sesuai dengan kondisi sosial, politik, dan kultur yang ada. Maka, buku tersebut jelas tidak relevan untuk Indonesia dalam memberikan pandangan atau solusi terhadap tantangan yang dihadapi oleh negara ini. Propaganda Felix tentang khilafah mesti dilawan bersama.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru