31.2 C
Jakarta

Enam Hal Yang Membatalkan (Pahala) Puasa

Artikel Trending

Asas-asas IslamIbadahEnam Hal Yang Membatalkan (Pahala) Puasa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Melalui ibadah puasa Nabi Muhammad saw tidak hanya mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan makanan, minuman dan lain sebagainya yang membatalkan sehingga merasakan apa yang telah dirasakan oleh para fuqarâdan masâkîn dalam keterbatasan kebutuhan pangan.

Namun Nabi Besar Muhammad saw juga menuntun umatnya untuk merasakan inti dari tujuan puasa yakni melawan diri sendiri untuk meninggalkan hawa nafsu yang dapat mengotori hati dan jiwa.

Dalam riwayat Ahmad dari sahabat Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw pernah berpesan:

((كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَالظَمَأ))

Berapa banyak orang puasa yang hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga. HR Ahmad & Ibnu Majah& al-Darimi

Riwayat di atas menegaskan bahwa ada sesuatu yang hilang dari puasa seseorang yang secara dzahir puasanya sah. Namun tidak merasakan sesuatu yang tidak didapatkan dalam puasanya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, inti tujuan dan khasiat puasa akan hilang begitu saja saat hawa nafsu untuk berbuat dosa diikuti. Selain itu secara otomatis pahala dan keutamaan puasa akan batal dan hilang dalam catatan amalnya. Rasulullah saw pernah berpesan melalui riwayat al-Dailami dan Abu Dawud dari Anas bin Malik:

((خَمْس يُفَطِّرْنَ الصَّائِم : الْكَذِب , وَالْغِيبَة وَالنَّمِيمَة وَالنَّظْرَة بِالشَّهْوَة , وَالْيَمِين الْكَاذِبَة))

Ada lima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa seseorang; bohong, menggunjing, adu domba, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu. HR Al-Dailami & Abu Dawud

BACA JUGA  Memaksimalkan Ibadah di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Pengertian

Pertama, berbohong yakni memberi informasi tidak sesuai dengan kenyataan. Oleh karenanya kita sering mendengar ucapan, “Jangan berbohong, nanti puasamu batal”. Sebenarnya yang dimaksud batal di sini adalah batal pahalanya saja. Adapun puasanya tetap sah.

Kedua, menggunjing/menggosip (ghîbah) yaitu menceritakan keburukan/aib saudara Muslim meskipun itu benar adanya. Dalam riwayat Al-Baihaqi dari Abu al-ʻAliyah dan Al-Dailami dari Abu Hurairah menyatakan bahwa “Orang yang berpuasa masih tercatat beribadah selagi ia tidak me-ghîbah dan mengganggu sesamanya”.

Ketiga, adu domba (namîmah) yakni menyebar isu profokatif untuk memecah belah kedua pihak.

Keempat, memandang dengan syahwat sekiranya merasakan lezat dan sensasi tersendiri saat melihatnya.

Kelima, sumpah palsu yakni suatu sumpah yang berdasar atas kebohongan.

Kelima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa ini dapat ditambah satu hal lagi yakni:

Keenam, perkataan kotor, ini merujuk pada riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda:

((مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ))

Orang yang tidak meninggalkan perkataan buruk kotor dan mengamalkannya, maka Allah swt tidak butuh puasanya (dia meninggalkan makan dan minum) HR al-Bukhari

Semoga ibadah puasa kita selalu terjaga dari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala dan keberkahan puasa. Mudah-mudahan Allah swt memberikan kita semua kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-sebaiknya. [Ali Fitriana]

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru