27.6 C
Jakarta

Cegah Ekstremisme dan Terorisme, BPET MUI Gelar Ngaji Kebangsaan di Bekasi

Artikel Trending

AkhbarDaerahCegah Ekstremisme dan Terorisme, BPET MUI Gelar Ngaji Kebangsaan di Bekasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET-MUI) menggelar Ngaji Kebangsaan di Pondok Pesantren Motivasi Indonesia, Jl. Istana Yatim, Burangkeng, Kec. Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (21/9) kemarin.

Acara yang bekerja sama dengan Ponpes Motivasi Indonesia dan didukung oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),  MUI Kabupaten Bekasi, dan MUI Kota Bekasi mengusung tema “Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme” berlangsung sejak pukul 13.00 s/d 16.00 WIB.

Acara tersebut dihadiri oleh Kepala BNPT Kom. Jend. Boy Rafli Amar yang diwakili oleh Direktur Pencegahan BNPT RI yakni Brigjend. Pol. Ahmad Nurwakhid, KH. Nurul Huda Haem selaku Pengasuh Ponpes Motivasi Indonesia, dan Ketua BPET MUI Muhammad Syauqillah.

Hadir pula Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud, Sekretaris BPET MUI Wachid Ridwan, Plt. Walikota Bekasi Tri Ardhianto Tjahyono, Ketua MUI Kota Bekasi KH. Mi’ran Syamsuri, Ketua MUI Kabupaten Bekasi KH. Madrois Hajar, Sekjend Debintal Hendro Fernando, dan Peneliti Terorisme UI Sholahuddin, dan Ade Mistawijaya, advokat yang sekaligus merupakan anggota BPET MUI. Ngaji Kebangsaan tersebut juga dihadiri lebih dari 150 anggota MUI setempat.

Wakil Ketua Umum MUI Kota Bekasi KH. Sukandar Ghozali dalam sambutannya mengatakan, Ngaji Kebangsaan tersebut merupakan  acara yang sangat bagus untuk penambahan wawasan kebangsaan terutama bagi pengurus MUI Bekasi. Wawasan tentang himayah al-ummah, himayah ad-din, dan himayah ad-daulah, menurutnya, sangat penting dimiliki seluruh masyarakat.

“Acara ini punya tiga kepentingan yaitu menjaga umat (himayah al-ummah). Jangan sampai umat Islam terjebak oleh mereka yang punya kepentingan. Kedua yaitu menjaga agama (himayah ad-din). Kita memiliki keutuhan Ahlussunnah. Acara ini memberi pemahaman sebagai benteng Islam dari pihak-pihak yang menyalahgunakannya. Ketiga menjaga bangsa (himayah ad-daulah). Jangan sampai negara ini terkena virus yang menentang Pancasila,” tegasnya.

Sementara itu, Muhammad Syauqillah selaku Ketua BPET MUI menjelaskan, Ngaji Kebangsaan tersebut adalah kali ketiga setelah sebelumnya digelar di DKI Jakarta, Bogor, lalu Bekasi dan nanti akan digelar juga di Tangerang. Karenanya seluruh MUI Jabodetabek diundang karena terorisme spektrumnya ada di daerah-daerah tersebut.

BACA JUGA  Kemenag Sumut Kukuhkan Duta Moderasi Beragama dari Kalangan Gen-Z

“MUI kecamatan adalah MUI level nasional. Kami yakin MUI sudah moderat atau di garis wasathiyah. Tapi bagaimana energi wasathiyah ini ditularkan ke jemaah akar rumput? Maka acara ini sangat penting. Semoga semua yang disampaikan para narasumber nanti menjadi materi yang bermanfaat di lapangan,” terang pria yang juga Kaprodi Kajian Terorisme SKSG UI.

Sebelum seremonial ditutup oleh Ketua MUI Kabupaten Bekasi, KH. Madrois Hajar, acara berlanjut ke sesi diskusi. Ngaji Kebangsaan tersebut diisi oleh empat pemateri, yakni Direktur bidang Pencegahan BNPT RI, Brigjend. Pol. Ahmad Nurwakhid, Peneliti Terorisme UI Sholahuddin, Anggota BPET MUI Ade Mistawijaya, dan Sekjend Debintal Hendro Fernando.

Salah satu pemateri yang merangkap keynote speaker, Brigjend. Pol. Ahmad Nurwakhid dalam pemaparannya mengatakan, banyak akademisi yang berbeda memaknai radikalisme dan terorisme. Kendati begitu, menurutnya, mau pakai diksi ektremisme atau terorisme itu bebas.

“Radikalisme adalah paham yang menjiwai semua aksi terorisme. Radikal itu boleh dalam arti berpikir mendalam, tetapi tidak boleh kita menjadikan isme. Kalau ditambah isme maka ia berarti gerakan yang berpotensi makar. Kelompok ini sering membajak dan mempolitisasi ayat agama yang suci,” tegas pria yang akrab disapa Wakhid.

Ia menambahkan, radikalisme adalah ideologi yang dibangun di atas manipulasi dan distorsi agama. Maka tidak ada kaitan antara terorisme dengan agama. Aktivitas mereka bertentangan dengan nilai luhur agama. Jadi, Islam, mulia. Ketika jadi islamisme, maka menjadi gerakan politik yang memanipulasi Islam.

“Kesimpulannya, radikalisme atau ekstremisme yang menjiwai semua terorisme terkait dengan pemahaman yang menyimpang dari agama. Ini dimanipulasi oleh oknum agama mayoritas di suatu daerah. Kebetulan agama mayoritas di Indonesia adalah Islam, maka semua teroris yang kami proses hukum KTP-nya Islam,” pungkasnya. (Khr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru