29.7 C
Jakarta

Fatih Karim dan Masa Depan Lapas di Tengah Doktrinisme HTI

Artikel Trending

EditorialFatih Karim dan Masa Depan Lapas di Tengah Doktrinisme HTI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sosok yang satu ini dikenal sebagai seorang yang sederhana, tegas dan lugas dalam bicara. Selama puluhan tahun, dakwah yang ia sampaikan selalu dihiasi dengan doktrin Islam yang membara. Ia adalah ustaz Fatih Karim.

Fatih Karim ini lahir 30 Juli 1979. Sejak kecil ia memiliki ketertarikan dengan agama. Sehingga tepat pada tahun 1997, ia mulailah ikutan kajian-kajian keislaman di Masjid Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung.

Bermula dari kajian-kajian DKM Unpad ini, ia intensif mengikuti kajian-kajian keagamaan di kampus dan di luar kampus. Dari sini pula ia memiliki keyakinan bahwa dakwah Islam secara kaffah adalah wajib.

Untuk mengenal Islam lebih luas, Fatih Karim menjejaki beberapa pentas dan organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Dari sini titik awal ia memiliki semangat penuh dalam memperjuangkan Islam secara kesulurahan alias kaffah. Keseluruhan ini maksudnya bukan hanya pada level ibadah. Melainkan harus masuk pada struktur tananan sosial, budaya masyarakat, hingga ke ranah hukum dan negara.

Dengan sebingkis ideologi HTI yang tertancap di dada Fatih Karim, maka ia merasa harus mengubah Indonesia kepada haluan yang dianggap benar, yakni Indonesia yang berhukum Islam. Seperti ideologi HTI, Indonesia harus dipegang oleh sistem kekuasaan Khilafah.

Namun sejak Fatih Karim menjadi aktivis HTI, sampai saat ini ideologi itu belum terimplementasikan. Bahkan keberadaannya saat ini, ia dilarang. Segala gerak HTI sudah tidak leluasa seperti dahulu kala.

Tapi di sinilah, ruang retak yang dimainkan oleh seorang aktivis HTI seperti Karim ini. Fatih Karim tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Maka itu, ia mencoba mendirikan beberapa yayasan sebagai pelampiasan semangat keagamaannya.

Fatih Karim mendirikan yayasan Cinta Quran serta CEO Alanabi.id. Ia sekarang menjadi CEO & Founder Cinta Quran. Dari pribadi Fatih Karim, alasan berdakwah seperti ini adalah menyadari bahwa hidup di dunia ini singkat. Namun alasan itu tak sepenuhnya ia jalankan dengan benar. Ada sisipan politiknya tampak ia jalan selama ini.

Fatih tiap gerak dakwahnya selalu beracuan kepada politik HTI, di mana masyarakat Indonesia harus bisa ikut serta dalam agenda besar HTI, yakni mengganti Pancasila dan membangun kesatuan pemerintahan Islam di seluruh Dunia, utamanya di Indonesia.

BACA JUGA  Metamorfoshow: Indoktrinasi Ajaran HTI Kembali Terjadi

Di rasa ideologi tersebut kurang laku di pasaran masyarakat umum Indonesia. Kini Fatih melakukan indoktrinasi di Lapas-lapas Indonesia. Baginya, orang-orang Lapas lebih memiliki kejiwaan yang fanatik jika dikenalkan sekaligus disawer uang dalam agenda HTI ke depan. Taktiknya, Fatih ini bekerjasama dengan beberapa Lapas, dan mengenalkannya dengan yayasan yang dikelolanya.

Dengan yayasannya, Fatih menawarkan program baca tulis Al-Qur’an, seperti yang terjadi di beberapa Lapas di Indonesia. Namun kemudian, dia beralih pada tujuan aslinya, yakni melakukan doktrinasi dengan mengenalkan semua ajaran HTI kepada anggota Lapas tersebut. Harapan dari ini, mereka dijadikan sebagai tumbal dan penerus daripada paham dan organisasi HTI.

Seperti yang sudah-sudah, Fatih secara halus memakai taktik dakwah keagamaan yang siap pakai. Dia menceritakan bagaimana menjadi manusia yang saleh, berakhlak baik, dan mendapat fitrah dari Allah. Misalnya, ia selalu mengatakan bahwa setiap manusia haruslah mempunyai bekal amal yang besar. Menurutnya sejatinya manusia harus mengembalikan fitrah manusia kepada Allah, atau kepada Islam.

Dan bagi Fatih, tantangan manusia adalah berasal dari eksternal, seperti praktik liberalisme, sekularisme, dan turunannya. Praktik ini menurutnya sudah menggenjala di negara Indonesia. Maka itu, negara sudah tidak baik-baik saja, apalagi dikelola dengan sistem yang dibuat oleh manusia: Pancasila. Dari sini ustaz Fatih meneriakkan kepada para napi bahwa ia harus berhijrah melawan itu semua, dan mengganti dengan khilafah.

Hingga detik ini, Fatih tetap bersikukuh untuk mendakwahkan HTI. Baik di dalam jurang kegelapan, atau di tempat-tempat gelap seperti Lapas. Bagi aktivis HTI ini, jika masih ada satu orang yang masih menyebut nama HTI, sejauh itu HTI tidaklah mati. Apalagi masih banyak yang ingin menjadi pengikut, sekadar ingin menerima cuannya.

Lepas dari itu, Lapas kita tidak baik-baik saja. Aktivis HTI seperti sudah leluasa memainkan program di dalamnya. Di tengah program dan doktrin HTI, masa depan Lapas Indonesia patut dipertimbangkan keadaannya. Melihat situasi ini, jelas pembaca Harakatuna tidak bakal mau, Lapas menjadi pabrik doktrinisme HTI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru