30.2 C
Jakarta

BNPT: Indeks Potensi Serangan Terorisme Turun 56% di 2023

Artikel Trending

AkhbarNasionalBNPT: Indeks Potensi Serangan Terorisme Turun 56% di 2023
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan BNPT RI, Irjen Polisi Ibnu Suhaendra mengungkapkan hasil survei terbaru Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama dengan sejumlah lembaga lintas sektor mengungkapkan indeks potensi serangan terorisme di tahun 2023 ini menurun sekitar 56 persen jika dibandingkan pada 2022 lalu.

Hal itu diungkapkan dalam Diskusi Umum Barang Bukti Buku Tindak Pidana Terorisme “Kritik Terhadap Buku Seri Tauhid-For The Greatest Happiness Karangan Abu Sulaiman Aman Abdurrahman” yang berlangsung di Conference Room UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ibnu mengemukakan salah BNPT dapat bekerja sendirian untuk menekan akar radikalisme dan terorisme. Pelibatan multipihak sangat penting artinya untuk membangun sinergi bersama.

“Kita hadir di kampus UIN Sunan Kalijaga mengajak semua kalangan untuk memerangi pemahaman radikal terorisme. Salah satunya dengan memutus rantai penyebaran radikalisme terorisme melalui strategi pelibatan multipihak,” ujarnya.

Dikatakan, program penanggulangan terorisme harus dilakukan dengan kerja sama atau kolaborasi yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, badan pelaku usaha, komunitas, media dan pelaku seni. Ibnu kemudian menyampaikan harapannya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi garda terdepan untuk menampilkan citra agama Islam yang moderat, damai dan toleran.

“Kami berharap seluruh sivitas akademika, khususnya di UIN Sunan Kalijaga ini, dapat menjadi tempat aktualisasi atas pengajaran dan pemahaman agama yang moderat, damai dan toleran,” ucapnya.

Di tengah derasnya disrupsi informasi saat ini, BNPT meyakini, narasi-narasi agama yang damai dan menyejukkan, dari institusi pendidikan seperti UIN Sunan Kalijaga dapat menetralisir paham radikal dan benih-benih intoleransi di masyarakat.

Selain itu, menurut dia, UIN Sunan Kalijaga dapat mengarahkan idealisme pada hal yang positif dan lebih kritis dalam hal berpikir sehingga tidak mudah terjebak pada narasi radikalisme yang mengajak dan mengeksploitasi ajaran agama untuk kepentingan kekerasan.

Ibnu mengatakan buku Aman Abdurrahman menjadi buku pegangan yang sangat berpengaruh bagi anggota JAD. Buku ini ujarnya, secara garis besar bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila karena antikeberagaman dan kemanusiaan.

“Serangan teroris secara fisik mengalami penurunan, tapi gerakan di bawah permukaan, masih aktif. Mereka masih melakukan pelatihan, perekrutan, dan penggalangan dana,” tuturnya saat.

Ditambahkan, tujuan dari diskusi umum untuk memberikan kritik terhadap buku karangan Aman Abdurrahman sehingga harapannya nanti bisa memutus jaringan teroris untuk proses deradikalisasi.

BACA JUGA  Indonesia Resmi Gabung di Satgas Pemberantasan Pencucian Uang FATF

“Di media sosial, mereka masih melakukan propaganda yang mengajarkan antidemokrasi, antikeberagaman. Sasaran mereka anak muda yang dinilai masih belum stabil, masih dalam proses mencari jati diri, dan dekat dengan teknologi media sosial. Hal ini dimanfaatkan untuk merekrut ke dalam pemahaman radikal dan jaringan terorisme,” imbuhnya.

Untuk itu, Ibnu mengajak semua kalangan untuk perlunya memerangi paham radikal terorisme melalui pemutusan rantai penyebaran dengan strategi multipihak. Salah satunya melibatkan civitas akademika untuk mengoptimalkan penanganan tindak pidana terorisme. Dari Global Terorisme Indeks, Indonesia berada di rangking 24, padahal tahun sebelumnya, berada di ranking 43.

Dikatakan hasil BNPT bersama lembaga survei, dalam 5 tahun terakhir, terjadi tren peningkatan intoleran pasif naik menjadi intoleran aktif. “Kita harus cegah agar tren kenaikan ini tidak terus naik,” tuturnya.

Sementara Dekan Fishum UIN Suka Kalijaga, Moch Sodik mengatakan pihaknya telah banyak bekerjasama dengan berbagai kalangan untuk mengatasi terorisme, salah satunya berkolaborasi dengan BNPT. Ia mengapresiasi kegiatan diskusi umum karena sebagai pengetahuan bagi generasi muda, khususnya mahasiswa agar tidak terpapar radikalisme.

“Sinergitas seperti harus kita tingkatkan karena masalah terorisme itu tersembunyi sehingga kalau tidak berkolaborasi akan berat,” katanya.

Sodik kemudian menjelaskan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) UIN Sunan Kalijaga memiliki keragaman baik mahasiswa yang muslim ataupun non-muslim, bahkan beragam suku bangsa dari yang terjauh sampai terdekat.

“Persoalan kemanusiaan merupakan persoalan yang sangat prinsip sehingga terus mendorong semangat persaudaraan untuk Indonesia kuat dan berkembang,” tuturnya.

Menurut dia diskusi yang digelar tersebut menjadi awalan untuk mengembangkan budaya damai agar Indonesia kuat. Pada kesempatan itu Direktur Pusat Moderasi Beragama dan Kebhinekaan COMTC (Center of Communication Studies and Training) UIN Sunan Kalijaga, Bono Setyo mengatakan peran sekolah dan perguruan tinggi sangat berperan dalam pencegahan ideologi radikalisme. Berdasarkan riset BNPT, jelasnya usia 16-30 banyak yang terpapar radikalisme.

“Usia-usia itu kan usia pelajar SMA dan mahasiswa karena tak dipungkiri anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Tindakan preventif sangat dibutuhkan dari keluarga dan sekolah,” tutur

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru