29.2 C
Jakarta

Menjaga NKRI dari Antek-antek Zionis Bernama “Wahabi”

Artikel Trending

Milenial IslamMenjaga NKRI dari Antek-antek Zionis Bernama “Wahabi”
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ini adalah seri terakhir dari dua tulisan saya sebelumnya tentang Wahabi. Sebagai disclaimer, saya tidak ada kebencian pribadi dengan Wahabi. Saya merasa penting untuk mengulas Wahabi, paling tidak, karena tiga alasan. Pertama, Wahabi bikin gaduh umat beragama di Indonesia. Kedua, mereka mempersempit corak keberislaman tanah air. Ketiga, Wahabi mempertontonkan perseteruan antarsesama kaum radikal.

Alasan pertama dan kedua berkaitan erat, bahwa doktrin Wahabisme telah merongrong toleransi, sikap moderat dan inklusif, juga membuat Indonesia terlihat buruk di mata rakyatnya sendiri. Sementara alasan ketiga berkaitan dengan cekcok yang terjadi di medsos hari-hari ini. Berbeda dengan NU yang keras menolak Wahabi, Muhammadiyah memilih bergeming. Adapun HTI, mereka nimbrung juga melalui Felix Siauw.

Saya mengakui bahwa Ustaz Adi Hidayat (UAH) keliru ketika menggunakan ad hominem untuk menanggapi Muflih Saputra. Kendati begitu, UAH sebenarnya berusaha menyadarkan masyarakat tentang kesalahkaprahan yang marak di kalangan masyarakat: menganggap alumni Arab Saudi sebagai ahli Islam paling kredibel. Anggapan demikian sama fatalnya dengan menganggap Kerajaan Arab Saudi adalah keturunan Nabi Muhammad.

Hal itu fakta. Banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya untuk belajar Islam kepada alumni Saudi jurusan Teknik Industri seperti Muflih Saputra, atau Teknik Kimia seperti Firanda Andirja. Tak tanggung-tanggung, Firanda dan Muflih dianggap lebih alim daripada ulama sekaliber Gus Baha, Quraish Shihab, dan lainnya. Apalagi hanya UAH, jelas akan dicecar dan dianggap tidak alim. Begitulah watak Wahabi, mirip zionis.

Lihatlah kelakuan jemaah Wahabi berikut:

Karena itu, menjaga negara ini dari antek-antek zionis bernama “Wahabi” saya pikir adalah keniscayaan yang tidak bisa ditawar. Masyarakat Indonesia harus disadarkan bahwa Wahabi itu sekutu zionis Israel, yang selama dua abad terakhir mengobok-obok Makkah-Madinah dari ajaran Aswaja. Jangan sampai NKRI jadi teritori Wahabi atau negara ini akan berada di ujung tanduk menuju perpecahan, chaos, bahkan kehancuran.

Wahabi Itu Teroris!

Siapa dalang di balik perang Afghanistan pada tahun 1980-an kalau bukan Arab Saudi dan Wahabi? Sayang sekali Abdullah Azzam, yang saat itu jadi panglima mujahidin Afghanistan, pada akhirnya juga dianggap sesat dan kafir karena tidak sehaluan dengan Wahabi. Alih-alih konsisten dalam perjuangan melawan kolonialisme, Wahabi justru membelot dan menjadi  pendukung zionis hingga sekarang.

Dedengkot Wahabi yang notabene miliarder Saudi, Osama bin Laden, murid Azzam pun pada akhirnya menjadi dalang kematian Azzam itu sendiri. Osama pun memperluas pengaruhnya ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat yang sama, rezim Arab Saudi memberikan dana tak berseri untuk proyek Wahabisasi global. Yang tidak banyak orang ketahui, suksesnya Wahabisasi berbanding lurus dengan semaraknya terorisme.

Siapa aktor Bom Bali I, JW Marriott, dan peristiwa teror lainnya, kalau bukan penganut Wahabi? Kelompok teror memang beragam, dan masing-masing punya doktrinnya sendiri. Namun secara pengetahuan akidah, seluruh kelompok teror sedunia bermuara pada segelintir tokoh: Ibnu Taimiyah, Sayyid Quthb, Muhammad bin Abdul Wahhab, Abdul Aziz bin Baz, dan lainnya. Semuanya adalah Muslim “garis keras”.

BACA JUGA  Wahabi: Khawarij Kontemporer yang Harus Dilenyapkan dari Indonesia

Mungkin akan ada yang menyanggah, “bukannya tokoh-tokoh tadi bermanhaj Salafi?”. Ketahuilah bahwa Wahabi memanipulasi istilah “salaf” untuk menutupi kebobrokan mereka. Mereka juga taqiyah kepada imam mazhab, seperti Imam Syafi’i yang kerap dipakai sebagai nama kampus Wahabi. Imam mazhab bagi Wahabi adalah tameng belaka, karena sejatinya mereka adalah kelompok anti-mazhab, bahkan mengkafirkan para imam mazhab itu sendiri.

Esensi Wahabi adalah eksklusivisme, dan ujung dari eksklusivisme adalah aksi teror. Artinya, setiap jemaah Wahabi punya mindset-mindset teroris dalam kepalanya, yang dapat meledak kapan saja. Sudah cukup bukti bahwa NKRI diobok-obok teroris Wahabi selama dua dekade lebih. Dengan jualan gelar dari kampus-kampus Wahabi, seperi ‘Lc’ dan ‘MA’, Wahabi menutupi identitasnya di bawah panji palsu “pemurnian Islam”. Aslinya, ya, teroris.

Bumihanguskan Wahabisme!

Ada statement yang wajib direnungkan dari Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Tayeb, bahwa hari ini ada suatu kelompok keagamaan yang disebarkan ke masyarakat secara masif atas dukungan biaya tak terbatas. Grand Syekh menyayangkan sekali karena kelompok tersebut menyebar dengan membawa pesan kebencian dan perpecahan, yakni membid’ahkan sesama Muslim, mengkafirkan sesama, bahkan menghalalkan darahnya.

Siapa yang Grand Syekh maksud? Tidak lain adalah Wahabi. Sebenarnya, menurut Grand Syekh, keragaman itu tidak masalah. Akidah Asy’ariah itu Islam. Maturidiyah juga Islam. Muktazilah juga Islam. Semuanya punya metodologi masing-masing dalam memahami ilmu tauhid, fikih, dan akhlak. Tetapi Wahabi tidak begitu. Mereka menyebar atas nama pemurnian dengan cara menganggap kafir seluruh Muslim di dunia. Mengerikan.

Dalam konteks yang lagi hangat, misalnya, hukum musik. Perdebatan tentang itu sudah lawas dan tidak perlu memantik perpecahan umat. Yang memubahkan silakan, yang memakruhkan silakan, bahkan yang mengharamkan juga silakan. Tetapi Wahabi tidak berhenti di situ. Mereka melangkah lebih jauh untuk mencela dan mengkafirkan para ulama yang berbeda, sembari mengeklaim mazhab mereka paling benar satu-satunya.

Jelas itu berbahaya dan tidak boleh dibiarkan. Menjamurnya ustaz-ustaz Wahabi di Indonesia sebagai hasil dari proyek Wahabisasi global harus diantisipasi segera. Dengan bahasa yang lebih halus, Wahabi harus segera dibumihanguskan. Jadi sejujurnya perseteruan UAH dan Wahabi sekarang ini adalah potret brutalnya Wahabi menyikapi kebhinekaan. Dengan spirit zionisme, Wahabi mencoba menggenosida para ulama NKRI.

Jika Israel menggenosida rakyat Palestina melalui bom, Wahabi menggenosida ulama-ulama Indonesia dengan membid’ahkan, menganggap sesat, dan mengkafirkannya. Jika zionis Yahudi berusaha mencaplok Palestina, zionis Wahabi mencoba mencaplok Indonesia dan ajaran keislaman di dalamnya. Karena itu, masyarakat tidak boleh diam. Kita harus bumihanguskan Wahabi untuk menjaga NKRI tercinta.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru