35.1 C
Jakarta

Barack Obama Kagum dengan Keberagaman yang Terbentang di Negara Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanBarack Obama Kagum dengan Keberagaman yang Terbentang di Negara Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Barack Obama, tokoh politikus yang tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. Meski bukan kelahiran Indonesia, melainkan kelahiran Amerika, Obama pernah tinggal di Indonesia dari usia 6-10 tahun bersama ibunya, Stanley Ann Duham dan ayah tirinya, Lolo Soetoro. Sampai Obama sendiri pernah belajar di negara merah putih ini.

Ketika menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44, Obama pernah menceritakan kesan baik selama tinggal di Indonesia. Obama memulai cerita itu, bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ratusan bahasa. Masyarakat datang dari wilayah dan suku yang berbeda. Keberagaman ini mengantarkan Obama mulai memahami memahami, bahwa semua manusia itu sama.

Perbedaan yang terbentang di Indonesia berjalan dengan stabil. Tidak ada sedikit pun perpecahan terjadi karena perbedan tersebut. Justru dengan perbedaan inilah Indonesia semakin kuat. Karena, perbedaan bukanlah alasan terjadinya perpecahan. Sebaliknya, perbedaan dapat menghadirkan rahmat. Bahkan, perbedaan menghadirkan warna kehidupan yang indah, sehingga perlu dijaga sampai kapanpun. Itulah warisan para pendahulu yang membangu negeri ini.

Obama melanjutkan ceritanya, bahwa ayah tirinya, Soetoro dididik sebagai muslim sebagaimana kebanyakan orang Indonesia. Ayahnya tetap meyakini bahwa semua agama harus dihormati. Sehingga, dengan cara itu ayahnya mencerminkan toleransi beragama yang tertuang dalam konstitusi Indonesia. Toleransi yang dilakukan oleh ayah merupakan sesuatu yang dibenarkan dalam agamanya, Islam. Islam mengajarkan toleransi ini dalam uraian surah al-Kafirun di mana Nabi Muhammad Saw. tetap menghormati agama yang dianut oleh umatnya.

Menariknya toleransi itu, Obama menegaskan, bahwa toleransi dapat membentuk karakter unik bangsa ini. Salah satunya, tercermin dalam masjid, gereja, dan kuil yang berdiri saling berdampingan. Samangat itu tumbuh dalam bangsa ini. Semangat itu masih tetap hidup hingga sekarang. Spirit toleransi berkaitan erat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika di Indonesia. Maksudnya, bersatu dalam keberangaman. Inilah dasar teladan Indonesia sebagai contoh kepada dunia. Inilah mengapa Indonesia memiliki peranan penting pada abad ke-21.

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Cerita Obama ini mencambuk kita sebagai orang Indonesia. Sering kita melupakan jasa negara ini demi memuaskan ego. Biasanya tindakan yang sangat merugikan negara ini adalah paham radikal yang berujung pada aksi-aksi terorisme. Paham radikal ini jelas bertentangan dengan pesan Obama tadi. Paham radikal tidak menginginkan perbedaan. Sehingga, yang berbeda dianggap kafir. Tragisnya, orang yang kafir halal darahnya dibunuh.

Radikalisme di Indonesia sampai detik ini masih tetap tumbuh. Meski, pemerintah dan masyarakat terus memerangi paham berbahaya ini. Salah satu bentuk pencegahan terhadap paham radikal, pembubaran organisasi teroris Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Tidak hanya itu, pemerintah tidak segan-segan menghukum orang yang melakukan tindakan kekerasan atas nama agama ini.

Memerangi paham radikal merupakan jihad pribadi, yang dalam hukum fikih disebut, fardu ain, kewajiban perindividu. Beberapa cara untuk memerangi paham menyesatkan ini adalah belajarlah kepada guru yang benar, terbuka terhadap perbedaan, bersikap lemah lembut dalam berdakwah, dan yang paling penting adalah mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya.

Sebagai penutup, radikalisme adalah tindakan yang bertentangan dengan ideologi Indonesia, lebih-lebih misi agama Islam. Paham ini tidak menghadirkan kemaslahatan, malahan menghadirkan kemudaratan. Penting direnungkan pesan yang disampaikan oleh Gus Yaqut Cholil Qoumas agar dapat mengambil ibrah dari cerita Obama tadi: Dia (Obama) bukan orang Indonesia. Dia hanya pernah tinggal di Indonesia. Tapi lihat dan dengarkan kesan yang dia dapatkan. Malu kita sebagai anak negeri ini jika tak mampu merawatnya.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru