29.2 C
Jakarta

Apel Santri Milenial: Bentengi Santri dari Ideologi Anti Pancasila

Artikel Trending

AkhbarDaerahApel Santri Milenial: Bentengi Santri dari Ideologi Anti Pancasila
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Boyolali  Ratusan santri pondok pesantren (ponpes) di Desa Candi Gatak, Cepogo mengikuti apel santri milenial di Lapangan Penggung, Boyolali Kota, Senin (14/2). Kegiatan ini pembekalan wawasan kebangsaan serta bahaya paham-paham radikalisme. Tak hanya itu, para santri diharapkan bisa menjadi pelopor semangat kebangsaan dan aktif dalam memerangi Covid-19 di wilayah masing-masing.

Dandim 0274/Boyolali Letkol Arm. Ronald Siwabessy yang membuka apel menjelaskan, kegiatan tersebut menjadi salah satu program untuk membekali para santri. Tidak dipungkiri, perkembangan teknologi juga menyemai paham-paham yang dianut generasi muda. Sehingga perlu adanya antisipasi paham-paham yang keliru dan berpotensi mengancam kedaulatan dan integritas bangsa.

”Marak sekali paham-paham yang beredar dan dianut generasi muda. Ada paham yang benar dan ada paham yang keliru. Paham yang keliru ini justru mengancam kedaulatan dan integrasi bangsa kita sendiri. Selama ini kita memang disibukan dengan penanganan pandemi. Tapi kita tidak boleh lupa bahwa ada virus lain yang lebih berbahaya, yakni virus radikalisme dan paham-paham yang menentang Pancasila,” tegas dandim.

Menurutnya, virus Covid-19 bisa disembuhkan dengan penanganan yang masimal. Namun, virus ideologis ini sulit disembuhkan. Karena akan berimbas pada cara pandang dan nasionalisme. Karena itu, masyarkat diajak untuk berperan aktif menangkal paham radikalisme di lingkungan masing-masing.

BACA JUGA  Bentengi Palajar dari Radikalisme, FKUB Pekalongan Perkuat Moderasi Beragama

Wakil Bupati Boyolali Wahyu Irawan mengatakan, apel santri milenial generasi tangguh ini diikuti seluruh santri di wilayah Candi Gatak, Cepogo. Kegiatan ini guna menangkal isu-isu radikalisme dan anti Pancasila. Apalagi gelombang teknologi turut menyumbang arus ideologi.

”Saat ini gelombang teknologi yang begitu dahsyat. Para santri juga diberi pemahaman terkait potensi gelombang radikalisme,” katanya.

Ketua Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Boyolali Habib Masturi mengatakan guru dan kiai ponpes harus menanamkan kurikulum Islam yang rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi alam semesta. Sebab posisi guru dan kiai di ponpes menjadi panutan yang digugu dan ditiru. Ajaran Islam yang santun dan toleran harus diajarkan kembali.

”Karena di Alquran ayat cinta lebih banyak lagi. Sedangkan ayat pedang turun saat Nabi teraniaya, itupun perlu disampaikan pula mengapa ayat itu turun. Harusnga ayat-ayat cinta ini lebih banyak diterangkan ke santri dan masyarakat luas,” terangnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru