Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. Pekalongan – Pada Selasa (19/03) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah bentengi para pelajar dari paham radikal-terorisme. Pihaknya melakukan penguatan nilai moderasi beragama untuk menciptakan kehidupan yang toleran dan memperkuat profil Pelajar Pancasila.
Ketua FKUB Kota Pekalongan Ahmad Marzuki mengungkapkan bahwa penguatan moderasi beragama pada pelajar menjadi keniscayaan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi, mencegah, dan menangkal meluasnya paham radikal-terorisme dan intoleransi di bangku sekolah.
“Oleh karena itu, kami menyasar satuan pendidikan jenjang sekolah menengah pertama melalui kegiatan moderasi beragama pelajar,” tutur Marzuki.
Pihaknya berharap kegiatan ini mampu menjadi upaya untuk memberikan bekal pada pelajar dalam membangun hubungan antar umat beragama. Sebab, diakui atau tidak negara kita sangat majemuk yang sarat dengan perbedaan, termasuk perbedaan agama.
Ia pun mengukuhkan bahwa hidup di negara Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah agama, suku, ras yang sangat beragam, sudah seharusnya untuk saling menghargai dan memahami satu sama lain. Sehingga dari pada itu, nantinya para pelajar diharapkan dapat menerapkan rasa saling menghargai sesama manusia.
“Kami mengajak dan berharap para pelajar di lembaga ini yang mayoritas Islam bisa menjadi insan yang rahmatan lil alamin. Para siswa mampu menjadikan agama Islam sebagai pengayom serta pelindung antar sesama dan bahkan agama lain,” tegasnya.
Pada bulan ini FKUB Pekalongan menjadwalkan 4 satuan pendidikan yang akan disasar kegiatan moderasi beragama pelajar, yakni MTs Nurul Islam Krapyak, SMP Al-Irsyad yang akan diselenggarakan pada 23 Maret 2024, SMP Negeri 5 akan diselenggarakan pada 26 Maret 3, dan SMP Negeri 1 pada 30 Maret 2024.
Kepala Madrasah Tsanawiyah Nurul Islam Krapyak, Zaenuri mengatakan pihaknya bersyukur mendapat kesempatan kegiatan dari FKUB. Menurutnya, melalui kegiatan dari FKUB para peserta didiknya dapat memperoleh wawasan baru bagaimana hidup bermasyarakat dan berdampingan dengan segala perbedaan yang ada.
“Kami berharap kegiatan tersebut bisa menjadi pelopor moderasi beragama baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar,” katanya.
