Harakatuna.com. Tinggal menghitung hari, umat Islam akan memasuki hari lebaran Idul Fitri. Hari ini biasanya disebut sebagai hari kemenangan. Saya belum tahu pasti yang dimaksud kemenangan itu adalah mampu mengalahkan apa dan siapa. Tapi, dalam tulisan ini saya mencoba meletakkan pada objek nafsu yang dikalahkan.
Mungkin Anda bertanya, kenapa harus nafsu yang dijadikan objek? Nafsu adalah musuh yang paling sulit dikalahkan, karena, kata Al-Ghazali, nafsu adalah musuh yang dicinta. Betapa sukarnya melawan musuh yang dicinta itu! Tapi bukan tidak mungkin dan tidak bisa. Selagi usaha itu benar-benar dikerahkan kemampuan melawannya adalah suatu kepastian.
Kemenangan melawan hawa nafsu adalah kunci paling utama. Segala perbuatan baik-buruk manusia sebab-musabbabnya adalah nafsu. Jika manusia dapat mengalahkan dorongan nafsu, maka menjadi orang yang beruntung. Sebaliknya, jika mereka terlena dan dikuasai oleh nafsu, maka penyesalan yang bakal menjadi ratapannya. Orang yang benar-benar merayakan lebaran adalah mereka yang menang. Mereka mampu menundukkan nafsu dengan hijrah dari perbuatan yang buruk ke perbuatan yang baik.
Sederhananya, manusia yang mampu mengalahkan hawa nafsu tidak bakal tidak berpuasa. Karena, mereka menjadi pribadi yang tangguh untuk tidak bermalas-malasan melatih dirinya. Dengan puasa seseorang akan dilatih menjadi manusia yang lapar sehingga peka terhadap orang-orang lain yang kelaparan. Bahwa lapar itu benar tidak enak. Di situlah semua orang akan saling berbagi.
Selain itu dalam puasa manusia dilarang berkata-kata kotor seperti mengumpat, mencela, apalagi menfitnah. Larangan ini adalah latihan untuk memberikan sinyal positif kepada seseorang agar tidak gampang melihat kesalahan orang lain dan lupa melihat kesalahan sendiri. Orang yang berhasil dalam latihan ini akan bertobat dan hijrah dari perbuatan kafir-mengkafirkan, menyesatkan orang lain, dan seterusnya.
Maka, umat Islam yang menang melawan hawa nafsu akan bangga mengucapkan ketika lebaran berlangsung, “Minal aidhin wal faizin, mohon maaf lahir batin.” Apa maksud dari ucapan ini? Bahwasanya manusia kembali terlahir seperti semula, ia benar-benar suci dan fitrah. Karena, segala dosa yang telah berlalu dihapus tuntas oleh Tuhan. Mereka benar menjadi manusia yang menang.
Dampak dari latihan ini adalah terlihat pada sebelas bulan di luar Ramadhan. Karena benar-benar bertobat, manusia ini akan menjadi pribadi yang shaleh. Mereka tidak gampang menyalahkan orang lain sebab perbedaan. Mereka akan berpikiran luas dan terbuka. Inilah manusia yang memanusiakan manusia yang lain.[] Shallallah ala Muhammad.