30 C
Jakarta

Ustaz Basalamah: Umat Islam Dilarang Bersahabat dengan Nonmuslim?

Artikel Trending

Milenial IslamUstaz Basalamah: Umat Islam Dilarang Bersahabat dengan Nonmuslim?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Ustaz di manapun menjadi panutan. Karena sejujurnya beliulah yang bertanggung jawab atas keagamaan umat Islam. Tak sekadar menjadi pengkhatbah ulung di atas mimbar. Namun, ia wajib menjadi contoh dalam praktik ke seharian.

Ucapan-ucapan dan gerak-gerik ustaz menjadi acuan dalam kehidupan umat. Di sini posisi ustaz menjadi kepanjangan dari bunyi ayat-ayat suci Al-Qur’an. Jika ustaz menafsirkan nash Qur’an secara benar-kontekstual, karena disertai ilmu yang mapan, maka ajaran agama yang terberikan akan lentur penuh keharmonisan.

Namun sebaliknya, jika nash-nash suci Al-Qur’an ditafsirkan dengan cara fatalis, jelaslah ajaran-ajaran Al-Qur’an berubah menjadi suatu ajaran yang ekstrem. Sesungguhnya, ajaran-ajaran agama yang lentur, santun, sopan dan mengandung arti kedamaian, lahir dari bagaimana menafsir nash agama.

Maka itu, jika sang penyampai agama, paradigmanya ekstrem, maka umatnya bakal ekstrem. Banyak warga dan masyarakat mencontoh apa yang keluar dari ajaran-ajaran ustaz. Di sini, tidak sedikit orang-orang menjadi radikal dan teroris karena cekokan ajaran dari sang ustaz ekstrem tadi.

Banyak ustaz yang memang menyampaikan agama hanya untuk tujuan teologis semata. Contohnya, ustaz Basalamah. Ustaz mengajarkan bahwa nonmuslim itu kafir dan musuh Islam. Tidak boleh besahabat dengan nonmuslim, karena nantinya orang-orang takut terdoktrin ajaran-ajaran nonmuslim (Poskota.15/10/2021).

Perkataan ustaz Basalamah ini berbahaya. Karena selain mendiskrimanatif orang, ia juga menebar propaganda bahwa nonmuslim itu musuh umat muslim yang harus membencinya dan memusuhinya. Ucapan itu hanya bersandar pada hadis: “la tu sahib illa mukminin”. Yang kehilangan konteks di Indonesia. Lihatlah berapa sih orang Islam yang berpindah ke lain agama Islam selama Indonesia berdiri? Justru nonmuslim yang banyak pindah ke Islam.

Bahayanya Ustaz Kurang Piknik

Di lain hal, meski ustaz Basalamah berargumen atas agama, di mana ia mengambil penggalan surah Al-Maidah ayat 51. Yang berarti, agama menyarankan umat Islam dilarang mempunyai hubungan istimewa atau bersahabat kecuali dengan orang yang beriman (YouTube Yufid.TV). Tapi itu tidak tepat karena di Indonesia nonmuslim dan muslim sejak dulu kala akur-akur saja.

Menurutnya ustaz Basalamah, ketika seorang umat Islam bersahabat dengan orang non-muslim yang jadi bahaya adalah bakal tidak ada yang mengingatkan untuk menunaikan ibadah salat karena tidak ada salat di agama lain selain Islam.

BACA JUGA  Idul Fitri: Meraih Satu Bulan Kemenangan, Tetapi Mengotori Sebelas Bulan Lainnya?

“Mungkin dia menghargai kita untuk salat, iya ada, mungkin. Tapi menyuruh kita, maaf, ada hal-hal yang haram buat kita dan halal buat mereka sehingga kita mau tidak mau terpengaruh,” imbuhnya. Pandangan di atas bisa terbantah secara telak, ketika kita lihat konteks kerukunan agama di Indonesia.

Banyak sekali masyarakat nonmuslim yang selalu mengingatkan salat. Begitu juga sebaliknya. Hanya saja ustaz Basalamah kurang ngopi dan piknik jauh tentang kebaragamaan di Indonesia. Ustaz yang kurang piknik ini memang membayakan.

Bersahabat dengan Nonmuslim, Bolehkah?

Berteman dengan nonmuslim menurut agama sangat diperbolehkan. Rasulullah bahkan pernah dan mempraktikkan hal demikian. Rasul juga berwasiat agar umatnya memprioritaskan orang beriman untuk dijadikan teman dekat dan kepercayaan serta mewasiatkan agar kriteria keimanan dan ketakwaan harus selalu dijadikan standar menjalani kehidupan.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al-Mumtahanah [60]:8). Islam adalah agama damai dan membawa kesalamatan, sebagaimana peran Rasulullah yang merupakan rahmat bagi semesta.

Pada dasarnya, Allah SWT mencintai dan memerintahkan umat-Nya berbuat baik dan berlaku adil kepada orang nonmuslim yang tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari tempat tinggalnya. Begitu pula sebaliknya, tidak dilarang bagi umat Islam menerima hadiah dan bantuan pertolongan dari mereka. Islam juga tidak melarang umatnya bersahabat dengan nonmuslim.

Yang ditekankan Islam dalam persahabatan dengan nonmuslim adalah tidak menjadikan mereka orang terdekat yang dicintai dan tidak menjadikan mereka orang kepercayaan yang melebihi Mukmin. Selama mukmin masih ada yang patut dipercaya.

Maka itu, sungguh menjadi tragis jika dalam kehidupan kita saling bercerai-berai hanya karena tafsir ustaz kurang piknik dan perberbedaan keyakinan. Kita menjadi umat keras dan fanatik karena memaksakan kehendak teologis padahal realitas kehidupan kita, di Indonesia, senyata-nyatanya sangat humanis meski banyak perbedaan pandangan antarumat.

Yang justru tragis, adalah di dalam umat Islam sendiri, yang sampai saat ini masih sering bermusuhan—hanya kerena memperebutkan kue kebenaran. Sungguh betapa berbahayanya ustaz-ustaz yang masih mempropagandakan tafsir literalis atas sebuah praktik agama di Indonesia. Kasihan pengikutnya dan agama Islam sendiri tentunya.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru