26.1 C
Jakarta

Urgensi Khotbah Jum’at tentang Kontra-Radikalisme dan Terorisme

Artikel Trending

KhazanahOpiniUrgensi Khotbah Jum'at tentang Kontra-Radikalisme dan Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Upaya pemberangusan bersama virus radikalisme dan terorisme, salah satunya, adalah bagaimana sekiranya materi khotbah Jum’at bermuatan lebih strategis dalam memperingati bahaya penyakit ajakan sesat tersebut. Yang dimaksud virus radikalisme dan terorisme di sini adalah kelompok-kelompok yang mengajarkan serta mengajak kepada masyarakat untuk berideologi dengan mereka; dengan mempertentangkan nilai-nilai ajaran agama versus prinsip-prinsip ideologi Pancasila dan berlawanan dengan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

Khotbah Jum’at merupakan langkah strategis karena tiap-tiap Muslim wajib melaksanakan salat Jum’at. Otomatis tiap Muslim, baik yang awam maupun yang berpendidikan, akan mendengar serta menyimak apa yang dikhotbahkan oleh khatib.

Tentu saja, cara ini jauh lebih bisa dimengerti dan lebih efektif menukik ke jantung setiap Muslim manakala pada suatu keadaan tertentu, masyarakat awam dihadapkan pada suatu tawaran oleh kelompok berbahaya tersebut yang dapat menyebabkan mereka bergabung dan berkelompok dengan visi misi an sich mereka.

Hal ini bisa dimengerti mengapa virus radikalisme dan terorisme sangat penting diantisipasi melalui khotbah Jum’at. Sebab tidak semua masyarakat Muslim, khususnya kalangan awam, mengerti tentang bahayanya penyebaran aliran berbahaya tersebut.

Orang awam tak sempat memikirkan apa itu radikalisme atau terorisme dan betapa begitu berbahayanya bagi kehidupan mereka. Orang awam jauh lebih penting memikirkan bagaimana menyambung perut untuk menopang hidup; lebih-lebih masyarakat awam yang masuk kelas sosial rendah secara ekonomi maupun pendidikan.

Tak menutup kemungkinan, orang-orang awam yang tak sempat memikirkan apa itu radikalisme atau terorisme, bisa bebas begitu saja dari persebaran virus aliran berbahaya tersebut. Justru potensial manakala perut orang awam tak lagi bisa berkompromi manakala pikiran telah buntu akan mencari jalan pintas lain dengan bergabung di suatu komunitas yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Sebut saja kelompok yang dimaksud adalah kelompok radikal-teroris tersebut. Orang akan berpikir instan manakala dihadapkan pada suatu keadaan tertentu; keterdesakan kebutuhan yang menuntut mereka untuk bertindak sesuai kebutuhannya. Dan hal tersebut bisa jadi dimanfaatkan oleh kelompok radikal-teroris.

Bukan tidak mungkin. Bukan tidak mungkin orang awam akan tergiur oleh tawaran strategis kelompok radikal-teroris tersebut untuk bergabung dan bergaul dengan mereka. Berapa banyak orang awam serta orang miskin tersesat karena keterdesakan kebutuhan ekonomi dan pengetahuan tentang bahaya radikal-teroris tersebut. Mereka merasa lebih terjamin kehidupannya dengan bergabung bersama kelompok mereka, meskipun sebetulnya hal tersebut siasat saja.

BACA JUGA  Ini Kriteria Profetik Calon Pemimpin yang Wajib Diketahui

Jelas hal tersebut potensial sekali menjadi goncangan keimanan dan keselamatan hidupnya. Oleh karena itu, khatib Jum’at memiliki peranan strateginya untuk mengedukasi masyarakat tentang bahayanya kelompok radikal-terorisme. Artinya harus ada materi khotbah Jum’at persuasif untuk memahami bahaya kelompok tersebut. Ini urgen.

Masjid NU-Muhammadiyah Sebuah Langkah Awal

Untuk memulai bisa melalui kedua masjid organisasi terbesar ini. Seperti kita ketahui bersama bahwa kedua organisasi tersebut di Indonesia sangat besar kontribusinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai ajaran agama.

Maka masjid-masjid yang berafiliasi dan yang bergaya corak kultur dua organisasi besar tersebut, menjadi langkah awal yang sangat tepat dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahayanya kelompok radikal-teroris tersebut.

Misalnya, setiap khatib Jum’at sebelum menjalankan jadwal giliran berkhotbahnya, dua organisasi besar tersebut menginstruksikan kepada masjid-masjid dengan menyiapkan materi-materi dasar tentang apa itu gerakan radikalisme-terorisme, bagaimana persebarannya di tengah masyarakat, dan apa saja tujuan serta bahayanya gerakan tersebut dan sebagainya.

Namun demikian kiranya tak cukup sampai pada batas pengenalan. Bagaimana gerakan-gerakan tersebut sengaja dibentuk untuk membentur-benturkan agama dengan negara; antara negara dengan agama; dengan tujuan spesifik menjadikan negara ini menjadi negara agama.

Oleh karena itu, harus ada kolaborasi materi tentang keberagamaan dan kebangsaan; tentang perbedaan dan persamaan antar sesama warga negara; tentang hak-hak sesama sebagai manusia; tentang manusia dan kemanusiaan; tentang damai dan keselamatan, dan sebisa mungkin meminimalisir permusuhan yang kerapkali menjadi pemicu lahirnya konflik tak berkesudahan.

Oleh karena itu, materi-materi khotbah Jum’at sebisa mungkin menyisipkan dan meletakkan cinta tanah air dan kasih sayang sesama sebagai kewajiban yang harus terpaut dalam jiwa raga warga negara. Hal ini selaras dengan ajaran-ajaran Walisongo di masa lalu yang mengajarkan kepada kita bagaimana mencintai bangsa dan tanah air kita seperti sekarang ini.

Walisongo sadar dan meyakini bahwa gagasan tentang “mencintai bangsa”, “mencintai tanah air”, “hidup bersama dan menerima perbedaan” adalah cikal bakal lahirnya sebuah peradaban yang dibangun dengan kebersamaan, solidaritas, kemandirian sehingga terbentuklah negara makmur sentosa tanpa diskriminasi-intimidasi; tanpa teror; dan tanpa pertumpahan darah.

Ajaran-ajaran pada leluhur itu, saya yakin dan sangat meyakinkan, bahwa mereka meletakkan kemanusiaan di atas segala-galanya. Oleh karena itu, khotbah Jum’at harus menjadi ruh spiritual agar berdampak pada kemaslahatan sosial; dengan materi-materi yang sebisa mungkin memutus rantai persebaran virus berbahaya ajakan teror-radikal tersebut. Semoga terlaksana.

Fathur Roziqin
Fathur Roziqin
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru