29.5 C
Jakarta

Ukraina Bantah Keterlibatan Dalam Serangan di Gedung Konser Moskow

Artikel Trending

AkhbarInternasionalUkraina Bantah Keterlibatan Dalam Serangan di Gedung Konser Moskow
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Moskow – Ukraina dengan tegas membantah terlibat dalam serangan di tempat pertunjukan musik Balai Kota Crocus di Krasnogorsk, pada Jumat (22/3). Kelompok ISIS sudah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Sementara itu pihak berwenang Rusia menangkap empat tersangka. Presiden Vladimir Putin mengklaim mereka ditangkap saat melarikan diri ke Ukraina.

Para pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) mempunyai informasi intelijen bahwa afiliasi kelompok ISIS di Afghanistan, IS-Khorasan, bertanggung jawab atas serangan Moskow.

Putin tidak menyebut kelompok ISIS dalam pidatonya. Kyiv menuduh Putin dan politisi Rusia lainnya secara keliru menghubungkan Ukraina dengan serangan tersebut untuk memicu semangat perang Rusia di Ukraina, yang baru-baru ini memasuki tahun ketiga.

“ISIS bertanggung jawab penuh atas serangan ini. Tidak ada keterlibatan Ukraina sama sekali,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.

AS berbagi informasi dengan Rusia pada awal Maret tentang rencana serangan teroris di Moskow, terkait dengan ancaman ISIS-Khorasan, dan mengeluarkan peringatan publik kepada warga Amerika di Rusia, kata Watson.

Putin mengatakan pihak berwenang menahan 11 orang dalam serangan yang juga melukai lebih dari 100 orang. Ia menyebutnya sebagai “aksi teroris berdarah dan biadab” dan mengatakan pihak berwenang Rusia menangkap empat tersangka saat mereka mencoba melarikan diri ke Ukraina melalui “jendela” yang telah disiapkan bagi mereka di sisi perbatasan Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan marah membantah tuduhan Moskow sebagai upaya Putin dan para letnannya untuk mengalihkan kesalahan ke Ukraina sambil memperlakukan rakyat mereka sendiri sebagai “barang yang bisa dibuang.”

“Mereka membakar kota-kota kami – dan mereka berusaha menyalahkan Ukraina,” katanya dalam sebuah pernyataan di saluran aplikasi pesannya.

“Mereka (Rusia) menyiksa dan memperkosa rakyat kami – dan mereka (Rusia) menyalahkan mereka (rakyat Ukraina). Mereka mengusir ratusan ribu teroris mereka ke sini untuk melawan kami di tanah Ukraina, dan mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di negara mereka sendiri.”

BACA JUGA  Hubungan Siber Israel-Arab akan Picu Malapetaka

Media Rusia menyiarkan video yang tampaknya menunjukkan penahanan dan interogasi para tersangka, termasuk seseorang yang mengatakan kepada kamera bahwa dia didekati oleh asisten seorang penceramah Islam yang tidak dikenal melalui aplikasi pesan dan dibayar untuk mengambil bagian dalam penggerebekan tersebut.

Laporan berita Rusia mengidentifikasi orang-orang bersenjata itu sebagai warga negara Tajikistan, bekas Republik Soviet di Asia Tengah yang mayoritas penduduknya Muslim dan berbatasan dengan Afghanistan. Sebanyak 1,5 juta orang Tajik pernah bekerja di Rusia dan banyak di antaranya memiliki kewarganegaraan Rusia.

Kementerian Luar Negeri Tajikistan tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai penangkapan tersebut. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Tajikistan membantah laporan awal media Rusia yang menyebutkan beberapa warga Tajikistan lainnya yang diduga terlibat dalam serangan itu.

Banyak kelompok garis keras Rusia menyerukan tindakan keras terhadap migran Tajik, tetapi Putin tampaknya menolak gagasan tersebut. Dia mengatakan “tidak ada kekuatan yang mampu menabur benih beracun berupa perselisihan, kepanikan atau perpecahan dalam masyarakat multi-etnis kita.”

Dengan jumlah korban tewas mencapai 133 orang, serangan itu menjadi serangan yang paling mematikan di Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Pihak berwenang mengatakan jumlah korban masih bisa bertambah.

Penggerebekan tersebut merupakan hal yang sangat memalukan bagi pemimpin Rusia tersebut. Serangan juga terjadi hanya beberapa hari setelah Putin mempertahankan kekuasaannya di negara tersebut selama enam tahun berikutnya dalam pemilihan umum yang digelar setelah tindakan keras yang paling keras terhadap perbedaan pendapat sejak masa Uni Soviet.

Serangan itu terjadi dua minggu setelah Kedutaan Besar AS di Moskow mengeluarkan pemberitahuan yang mendesak warga Amerika untuk menghindari tempat-tempat keramaian mengingat rencana “dalam waktu dekat” para ekstremis untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser. Beberapa kedutaan negara Barat lainnya mengulangi peringatan tersebut. Awal pekan ini, Putin mengecam peringatan tersebut sebagai upaya untuk mengintimidasi warga Rusia.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru