32.5 C
Jakarta

Suriah dan Saudi Mulai Pulihkan Hubungan Baik

Artikel Trending

AkhbarInternasionalSuriah dan Saudi Mulai Pulihkan Hubungan Baik
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Riyadh – Langkah-langkah menuju perdamaian di Timur Tengah terus mengayun. Arab Saudi dan Suriah mengatakan akan membuka kembali kedutaan besar masing-masing dan penerbangan antara dua negara untuk pertama kalinya selama satu dekade lebih.

Hal ini disampaikan dalam pernyataan bersama seusai kunjungan pertama Menteri Luar Negeri Suriah ke Arab Saudi sejak 2012. Dunia Arab mengisolasi Suriah seusai Presiden Bashar al-Assad menindak keras pengunjuk rasa 2011 yang memicu perang saudara. Puncak pemutusan hubungan dengan dikeluarkannya Suriah dari Liga Arab.

Namun, beberapa tahun terakhir Assad sudah menguasai kembali sebagian besar Suriah dan mulai memulihkan hubungan dengan negara-negara tetangga. Gempa yang mengguncang Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu dan pemulihan hubungan Arab Saudi-Iran yang ditengahi Cina mendorong perbaikan hubungan Suriah dengan negara-negara Arab.

Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mikdad tiba di Arab Saudi pada Rabu (13/4/2023) untuk memenuhi undangan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud. Kantor berita Suriah dan Arab Saudi melaporkan dalam pertemuan dua diplomat tinggi akan membahas isu hubungan bilateral. Kantor berita Arab Saudi mengatakan Mikdad diterima Deputi Menteri Luar Negeri Waleed Al-Khuraiji.

“Pertemuan ini fokus pada langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mencapai) penyelesaian politik komprehensif atas krisis Suriah yang akan menghasilkan rekonsiliasi nasional dan berkontribusi pada kembalinya Suriah ke Arab,” demikian pernyataan bersama Arab Saudi dan Suriah, Rabu kemarin.

Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Liga Arab pada bulan Mei lalu, kemungkinan keanggotaan Suriah sudah dikembalikan saat itu. Beberapa anggota lain, seperti Qatar, menolak Damaskus kembali ke Liga Arab. Dalam wawancara di stasiun televisi pada Kamis (14/4/2023), Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan posisi negaranya.

“Ada alasan menangguhkan keanggotaan Suriah di Liga Arab dan partisipasi dalam memboikot rezim Suriah saat itu dan alasan-alasan itu sejauh ini masih menjadi perhatian kami,” kata Al Thani.

“Keputusan kami, sebagai negara individu, tidak mengambil langkah apa pun (menuju normalisasi) tanpa kemajuan politik atau solusi politik pada krisis Suriah,” ujarnya.

Pengamat dari International Crisis Group Anna Jacobs mengatakan, ia yakin prospek Suriah segera kembali ke Liga Arab cukup tinggi. Ia mencatat kini bahkan Qatar sudah melunakkan retorikanya.

“Bahkan, beberapa negara yang mengungkapkan penolakan untuk menormalisasi hubungan dengan Assad tampaknya tidak akan melawan Riyadh atau memblokir kembalinya Suriah,” kata Jacobs.

Dalam pernyataan bersama pemerintah Suriah dan Arab Saudi mengatakan mereka membahas “penguatan keamanan” dan “kerja sama dalam mengatasi penyelundupan narkoba.” Suriah produsen terbesar Captagon obat berbasis amfetamin, yang sebagian besar diselundupkan ke pasar Arab.

Suriah berharap memulihkan hubungan dengan negara berpengaruh di kawasan akan membantu mengakhiri isolasi politik, memperbaiki ekonomi yang mandek dan berpotensi membawa dolar. Sementara keuntungan Arab Saudi memperbaiki hubungan dengan Suriah belum jelas.

Peneliti dari Baker Institute, Rice University, Kristian Coates Ulrichsen mengatakan Arab Saudi terutama Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman mencoba untuk memperbaiki citra kerajaan. Citra tersebut sempat rusak akibat keterlibatan Arab Saudi dalam perang Yaman dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Kantor Konsulat Arab Saudi di Turki.

BACA JUGA  Kepolisian Iran Amankan Anggota ISIS yang Rencanakan Serangan saat Idul Fitri

“(Membawa Suriah ke dunia Arab) akan memenuhi keinginan Mohammed bin Salman untuk menunjukkan dirinya sebagai negarawan kawasan (dan) menyorot kemampuan Arab Saudi memimpin kawasan,” kata Ulrichsen.

Sementara menurut Jacobs, langkah Arab Saudi memulihkan hubungan Suriah mungkin bagian dari strategi terhadap Iran. “Yang bercabang dua dan fokus pada diplomasi dan pembatasan,” katanya.

Sebagai penolakan terhadap pendekatan pemerintah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menggunakan tekanan maksimal.

Ulrichsen mengatakan, sanksi-sanksi AS pada Damaskus masih akan menjadi penghalang besar bagi investasi negara-negara Arab ke Suriah. Meski Suriah sudah menormalisasi hubungannya dengan Arab Saudi dan bergabung kembali ke Liga Arab.

Sementara, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani menyatakan bahwa isu tentang akan kembali bergabungnya Suriah ke Liga Arab merupakan spekulasi. Karena alasan penangguhan Damaskus dari Liga Arab masih ada.

“Itu semua spekulasi tentang Suriah (kembali) di Liga Arab dan keputusan ada di tangan rakyat Suriah,” kata Al-Thani dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi nasional Qatar, Kamis (13/4/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Dia pun mengisyaratkan sikap Qatar yang tampaknya masih belum bersedia menerima Suriah kembali ke Liga Arab. “Posisi Qatar jelas bahwa ada alasan untuk menangguhkan keanggotaan Suriah (di Liga Arab) dan alasan ini masih ada,” ujarnya.

Al-Thani mengungkapkan, saat ini kecamuk perang di Suriah memang telah berhenti, tapi rakyatnya masih telantar. “Kami tidak ingin memaksakan solusi pada rakyat Suriah dan harus ada solusi politik. Kami tidak mengambil langkah apa pun tanpa solusi politik dan setiap negara memiliki keputusan serta hak kedaulatannya sendiri,” ujarnya.

Qatar merupakan pengkritik vokal pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dalam konflik di Suriah, Doha memberikan dukungannya kepada kelompok oposisi. Pada saat bersamaan, Qatar menjadi donor bantuan utama bagi pengungsi Suriah.

Para menteri luar negeri (menlu) dan pejabat tinggi negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk diagendakan berkumpul di Arab Saudi pada Jumat (14/4/2023). Perwakilan Mesir, Irak, dan Yordania akan turut hadir di sana. Mereka dilaporkan bakal membahas tentang potensi kembalinya Suriah ke Liga Arab.

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi peningkatan keterlibatan antara Suriah dan negara-negara Arab. Bashar al-Assad telah mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman tahun ini. Sementara bulan lalu, Saudi mengatakan, mereka telah memulai pembicaraan dengan Suriah tentang melanjutkan layanan konsuler.

Serangkaian momen itu menjadi penanda bahwa dunia Arab siap merangkul kembali Suriah. Upaya pemulihan hubungan antara Saudi dan Suriah memperoleh momentum sejak Saudi memutuskan normalisasi relasi diplomatiknya dengan Iran pada 10 Maret lalu. Cina berperan sebagai mediator dalam proses tersebut. Dalam konflik di Suriah, Saudi merupakan pendukung kelompok oposisi bersenjata. Sementara Iran adalah sekutu pemerintahan Bashar al-Assad.

Normalisasi hubungan antara Saudi dan Iran diharapkan akan membawa keamanan serta stabilitas yang lebih luas di kawasan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru