29.8 C
Jakarta

Gus Dur dan Perjuangan Humanisme Sepanjang Masa

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuGus Dur dan Perjuangan Humanisme Sepanjang Masa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus, Penulis: KH. Husein Muhammad, Penerbit: IRCISoD, Tahun Terbit: 2022, ISBN: 978-623-5348-19-3, Jumlah Halaman: 170, Peresensi: Muhammad Nur Faizi.

Harakatuna.com – KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai seorang tokoh humanis yang gigih dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia dan di seluruh dunia. Ia dikenal karena pandangannya yang inklusif dan toleran, serta upayanya untuk mempromosikan kerukunan antara berbagai agama dan budaya.

Perjuangan Gus Dur dalam menyebarkan humanisme dimulai sejak masa muda. Sebagai anak dari KH. Wahid Hasyim, salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur dibesarkan dalam lingkungan Islam yang moderat dan inklusif. Ia belajar agama dan juga banyak membaca buku-buku tentang filsafat dan politik (hal. 97).

Perjuangan Humanisme Gus Dur

Gus Dur mulai terjun ke dunia pergerakan sejak masih muda. Ia bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia (GMII) pada tahun 1950-an dan kemudian aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Pada tahun 1970-an, ia mendirikan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang mempromosikan pendekatan Islam yang inklusif dan toleran (hal. 56).

Namun, perjuangan Gus Dur dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan semakin terlihat saat ia menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (1991-1999) dan kemudian sebagai Presiden Indonesia keempat (1999-2001). Selama masa jabatannya sebagai presiden, Gus Dur memperjuangkan kebebasan sipil, hak asasi manusia, dan nilai-nilai demokratis (hal. 59).

Sebagai presiden, Gus Dur memperjuangkan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi, serta menghapuskan berbagai peraturan yang membatasi kebebasan berkumpul dan berorganisasi. Ia juga memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok minoritas, serta menunjukkan dukungan terhadap aktivis hak asasi manusia.

Menghargai keberagaman dan mempromosikan dialog antaragama adalah salah satu cara yang Gus Dur gunakan untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan sosial. Ia percaya bahwa pluralisme adalah prinsip dasar dalam masyarakat yang beragam, dan bahwa masyarakat yang pluralistik harus dikelola dengan bijaksana dan terbuka, serta harus memperhatikan hak-hak individu dan kelompok minoritas.

Nilai-nilai tersebut begitu lekat dalam diri Gus Dur, hingga beliau menuangkannya dalam sebuah karya. Selama hidupnya, Gus Dur juga menulis beberapa buku tentang Islam dan politik, termasuk “Ilusi Negara Islam” dan “Islamku, Islam Anda, Islam Kita”.

Dalam buku-bukunya tersebut, Gus Dur menekankan pentingnya memahami nilai-nilai kemanusiaan dalam agama dan politik. Dia memperjuangkan demokrasi yang melindungi hak-hak individu dan kelompok minoritas, serta menghormati keberagaman dalam masyarakat.

Gus Dur juga terus mempromosikan inklusivitas dan toleransi antaragama. Pada tahun 2000, ia membentuk Aliansi Kebangsaan untuk Keadilan dan Demokrasi (AKKD) yang terdiri dari tokoh-tokoh dari berbagai agama dan latar belakang budaya. Aliansi ini bertujuan untuk mempromosikan dialog antaragama dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat (hal.64).

BACA JUGA  Dinamika Zaman dan Sisi Lain Gerakan Radikal

Tidak terkecuali, kegiatan sosial dan kemanusiaan adalah sasaran yang juga ditempuh oleh Gus Dur. Ia mendirikan Yayasan Wahid Institute yang berfokus pada isu-isu kemanusiaan, hak asasi manusia, dan demokrasi. Yayasan ini juga bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi antaragama melalui pendidikan dan dialog antaragama.

Pengaruh Humanisme yang Meluas

Meskipun telah meninggal pada tahun 2009, tetapi pengaruhnya masih terasa di Indonesia dan di seluruh dunia. Warisan Gus Dur menginspirasi banyak orang untuk terus memperjuangkan kebebasan, perdamaian, dan keadilan sosial, serta untuk mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan pluralisme dalam masyarakat yang beragam.

Pengaruh Gus Dur tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ia merupakan salah satu tokoh Muslim moderat yang terkenal di dunia dan sering diundang untuk berbicara dalam forum-forum internasional. Gus Dur juga memenangkan banyak penghargaan dan pengakuan atas karyanya dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi.

Beberapa penghargaan yang diterima oleh Gus Dur antara lain, Penghargaan Demokrasi Dunia dari National Endowment for Democracy (2002), Penghargaan Internasional Abraham Lincoln untuk Kepemimpinan yang Membangun Perdamaian (2003), dan Penghargaan Perdamaian Dunia dari World Association of Non-Governmental Organizations (2007).

Semangatnya untuk mempromosikan harmoni antaragama dan keberagaman masih relevan hingga saat ini, terutama dalam situasi global yang semakin kompleks dan membutuhkan pendekatan yang inklusif dan toleran.

Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, dunia membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti Gus Dur, yang mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan pluralisme dalam masyarakat. Kita semua dapat belajar dari perjuangannya dan terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Nilai-nilai humanisme yang kental inilah yang mengilhami Buya Husein membuat buku yang mengabadikan Gus Dur. Melalui obrolan dengan Gus Mus sebagai sahabat dekat Gus Dur, pembaca nantinya bisa memahami dan dekat dengan karakter ikonik ini. Selain itu, pembaca juga bisa menghayati serta mengamalkan seluruh nilai yang ada diri Gus Dur, termasuk nilai humanisme yang kental.

Maka sudah seharusnya buku ini menjadi satu jembatan utuh, yang menghubungkan pembaca dengan nilai-nilai humanisme Gus Dur. Meskipun pembaca belum sempat bertemu ataupun berbincang langsung dengan Gus Dur, namun pembaca bisa mendapatkan intisari dari pemikiran beliau. Oleh karena itu, buku ini bisa menjadi salah satu rujukan yang akurat untuk menunjang nilai humanisme masyarakat Indonesia.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru