28.2 C
Jakarta

Sikap Kita Menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSikap Kita Menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pada hari kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini, Indonesia dihadapkan dengan isu politik Pemilu 2024. Tentu, kepentingan politis tak dapat dihindari terutama menjelang perayaan kemerdekaan ini. Pasti ada yang merasa paling nasionalis sehingga mereka percaya diri akan memimpin negara. Ada juga yang religius, sehingga percaya akan maju jika di dalamnya dihadirkan misi-misi yang diperjuangkan agama.

Melihat kenyataan yang tak dapat dihindari ini, bangsa ini hendaknya tidak terbuai dengan janji manis para calon. Bangsa ini harus memiliki tekad yang tinggi untuk menjadi pribadi yang berilmu, sehingga perlu banyak belajar. Kenapa harus berilmu? Negara ini menjadi semakin maju jika bangsanya mencintai ilmu. Mereka paham teknologi. Mereka religius dan bersih hatinya. Sehingga, tidak ada kepentingan selain kepentingan membangun negeri ini.

Kecintaan terhadap negara merupakan bagian dari sunah Nabi Muhammad Saw. Lihat saja bagaimana Nabi tetap merindukan tanah kelahirannya, Mekkah, meski beliau hijrah dari tanah kelahirannya demi perintah Allah. Cinta yang tak bertepi ini mendorong Nabi selalu mendoakan Mekkah menjadi kota yang haram dari tindakan-tindakan kejahatan, termasuk kejahatan terorisme.

Bangsa ini harus memahami tanah haram itu sebagai preventif terhadap kejahatan dan sebisa mungkin mereka dapat mengaplikasikan nilai-nilai keharaman terhadap kejahatan ini di Indonesia. Dengan begitu tidak bakal ada lagi tindakan terorisme, ujaran kebencian, dan tindakan kejahatan yang lain.

BACA JUGA  Mengatasi Kemiskinan dengan Memiskinkan Koruptor atau Menaikkan Gaji Pejabat?

Menjelang 2024 nanti bangsa ini tetap memilih beberapa calon sebagai presiden. Tidak boleh golput. Meski beberapa calon itu tidak seideal yang bangsa ini harapkan, tetaplah optimis bahwa negara yang dipimpin oleh pemimpin yang zalim masih jauh lebih bagus daripada negara yang tidak punya pemimpin. Karena, negara yang tidak punya pemimpin akan terjebak dalam kehancuran.

Tentu, sebagai bangsa yang cinta akan negerinya tidak rela negaranya hancur. Maka, tetaplah memilih calon pemimpin nanti. Langkah memilih ini akan membawa bangsa ini meraih kemerdekaan yang sesungguhnya. Mereka akan tetap merdeka dari penjajahan ideologi radikalisme dengan kebijakan pemimpin berupa deradikalisasi. Bukankah pemerintah sudah membuatkan lembaga penanganan terorisme, seperti BIN, BNPT, dan Polri.

Maka, di hari kemerdekaan ini bangsa ini hendaknya optimis negara ini mampu menangkap kejahatan dan tetap terbuka dalam menentukan arah politik ke depan. Dengan cara inilah negara akan memiliki amunisi yang baik untuk berkontestasi dengan negara maju yang lain.

Negara yang baik ditentukan oleh kualitas bangsanya. Mereka adalah bangsa yang berilmu, bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, semisal teknologi. Bukankah Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu dengan derajat setinggi mungkin? Bukankah kita tahu bahwa derajat itu adalah keberhasilan?[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru