29.3 C
Jakarta

Sengkarut Teroris: Siapa Calon Pemimpin Teroris Dunia yang Baru?

Artikel Trending

Milenial IslamSengkarut Teroris: Siapa Calon Pemimpin Teroris Dunia yang Baru?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Densus 88 Antiteror Polri menangkap dua tersangka teroris di Yogyakarta berinisial RAU (32) dan SU (52). Keduanya ditangkap di Bantul dan Tegalrejo, (tanggal 9 Februari 2022). Dua di antaranya sebenarnya sudah menjadi teroris, dan sejak lama bergabung dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Yang mengherankan bagi kita, hal tersebut terjadi di Jogja. Sebuah tempat di mana kata orang adalah kota istimewa dan orang-orangnya, budayanya, serta pemerintahannya terkenal disiplin dan sangat disegani. Dilalah, dua terduga teroris ini adalah asli orang Jogja yang berjejaring dengan “Jaringan JAD wilayah Jogja”.

Ditengarai, teroris RAU pernah berbaiat pada Amir Daulah Islamiyah Abu Bakar Al Baghdadi, dan pada tahun 2019 berbaiat ulang kepada Amir Daulah Islamiyah Al Hasyimi. Sementara SU pada 2016 berbaiat pada ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi, dan pada 2019 berbaiat lagi pada ISIS Abu Ibrahim Al Hashimi Al Quraishi.

Yang perlu kita ingat Baghdadi dan Quraishi adalah anggota al-Qaeda di Irak sejak awal dan pernah menjalani penjara militer AS pada pertengahan 2000an. Namun, Al-Quraishi tewas usai meledakkan diri ketika hendak ditangkap militer AS di Suriah pekan lalu. Kematiannya dinilai sebagai pukulan telak bagi ISIS, yang sebelumnya kehilangan Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi dalam operasi serupa di Irak, 2019 silam.

Atas kematian itu, sejumlah analis keamanan yang memantau pergerakan Islamic State meyakini, kelompok itu akan mengumumkan pengganti al-Quraishi dalam beberapa pekan ke depan. Namun, beberapa analisis menyebut, bahwa tidak ada satu pun calon pengganti IS saat ini yang diketahui oleh militer AS. Meski demikian, menurut banyak peneliti dan dari analis keamanan di berbagai negara sepakat, IS tidak akan mampu membangun kekhalifahan ala Baghdadi serupa pada 2017. Hebat dan mematikan.

Uji Coba Amaliyah Teroris

Bagi teroris Indonesia, kematian-kematian para pengguwanya teroris di Irak-Suriah, sangat berdampak besar bagi kehidupan teroris di berbagai negara. Namun, mereka harus terus berjalan sesuai perintah amir-amir yang memerintahkannya. Anehnya, sebagian besar teroris di Indonesia masih berkeliaran dan memakai perangkat telepon yang bisa dilacak. Tidak seperti teroris di Irak-Kurdistan, di mana gerakan mereka kini tanpa panduan dan perangkat teknologi. Sehingga, mereka mudah bergerak ke perbatasan tanpa bisa dicurigai atau dideteksi.

BACA JUGA  Polarisasi dan Disintegrasi: Residu Pemilu yang Harus Diantisipasi

Dengan ditangkapnya RAU (32) dan SU (52) ini, dan kabar kematian Baghdadi dan Quraishi menjadi dampak kekalahan serius bagi ISIS. Artinya, ISIS sudah nyata-nyata dikalahkan, tapi ISIS tidak bisa dimusnahkan. Dan ini tergantung bagaimana di semua negara mengembangkan strategi penanggulangan terorisme ke depan.

Kini (Irak-Suriah), teroris lagi mencari pengganti Quraishi. Nama-nama calon seperti Abu Khadija yang terakhir memimpin IS di Irak, Abu Muslim, pemimpin ISIS di Provinsi Abar, dan Abu Salih yang tidak banyak dikenal, tapi dekat dengan Baghdadi dan Quraishi, sudah dipertimbangkan. Tetapi yang pasti, pemimpin baru ISIS akan berasal dari lingkaran terdekat di Irak.

Perubahan Strategi

ISIS harus memilih pemimpin baru dalam beberapa pekan ke depan. Mereka harus memilih seseorang yang berasal dari lingkaran sama, yakni kelompok yang menjadi bagian dari grup Anbari dan sudah beroperasi di bawah nama ISIS sejak pertama.

Menurut Lahur Talabany, bekas kepala badan penanggulangan teror di Irak-Kurdistan, ISIS kali ini bergantung kepada siapa pemimpinnya. Dan strategi perang yang bakal digunakan ISIS ke depan, bakal bergantung juga pada pemimpin yang baru. Tapi mungkinkah teroris di Indonesia bakal mengikuti langkah yang sama?

Ada beberapa perbedaan saya kira melihat jejak rekam teroris belahan dunia termasuk di Indonesia. Di Irak-Suriah, teroris-teroris di sana menjadi orang-orang yang memimpin pergerakan dan bergerak atas taktik taktis yang sudah dipersiapkan. Teroris di sana tidak mudah bunuh diri atau melakukan amaliyah kalau tidak terdesak oleh musuh. Ini terlihat di beberapa kasus, seperti kasus Al-Quraishi meledakkan diri ketika hendak ditangkap militer AS.

Sementara teroris di Indonesia, dengan senangnya namanya didaftakan kepada amirnya, untuk segara menjalani jihad atau melakukan amaliyah dengan cara melakukan penyerangan ke kantor-kantor polisi atau ke tempat-tempat yang dianggapnya akan memasukkan dirinya ke surga, seperti keinginan SU dan RAU tersebut. Aneh bukan?

Tapi yang jelas, semua teroris dunia lagi mengalami sengkarut. Mereka masih menunggu dan menanti kabar siapa penggati calon pemimpinnya yang baru. Yang harus kita pikirkan kembali di Indonesia, seperti apa taktik dan strategi kita ke depan jika strategi teroris dunia berubah. Mampukah kita meredamnya?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru