31.2 C
Jakarta

Refleksi Hari Santri Nasional: Sudahkah NKRI Teguh dari Gangguan dan Ancaman?

Artikel Trending

KhazanahOpiniRefleksi Hari Santri Nasional: Sudahkah NKRI Teguh dari Gangguan dan Ancaman?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tak bisa dipungkiri bahwa, hari santri merupakan momen paling bersejarah dan berharga bagi bangsa Indonesia secara umum dan pesantren secara khusus. Karena, dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, tidak bisa dilepaskan dari peran kaum sarungan: ulama, kiai dan santri. Seperti sudah jamak diketahui, pada tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari menyerukan “Resolusi Jihad” sebagai bentuk perlawanannya terhadap para penjajah.

Dengan digelorakannya “Resolusi Jihad” oleh Kiai Hasyim Asy’ari, memantik semangat kaum sarungan membela serta memperjuangkan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. Bahkan, pergerakannya pun semakin progresif dan masif, tepatnya pada tanggal 10 November 1945 yang kemudian disahkan sebagai “Hari Pahlawan Nasional”.

Tidak heran, apabila memasuki 22 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Pun, dalam memperingatinya masyarakat mengadakan beragam kegiatan, mulai dari lomba baca kita, upacara bendera hingga kirab santri dan lain-lain. Tentu, tujuannya tidak lain adalah; untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan dari kaum sarungan.

Lebih dari itu, Presiden Jokowi menetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2015 tentang Hari Santri. Pengakuan ini, tentu saja sebagai bentuk apresiasi sekaligus tanda terima-kasih pemerintah terhadap jasa-jasa para ulama, kiai dan santri dalam mengawal serta memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari para penjajah, yang kerap menindas dan merugikan masyarakat pribumi Indonesia.

Namun demikian, pertanyaan yang muncul dalam benak, apakah hari santri sekadar diperingati secara euforia semata? Atau, hanya untuk mengenang perjuangan mereka dalam mengusir penjajah?

Tentu saja jawabannya tidak! Apalagi di era seperti saat ini, di mana terdapat kelompok-kelompok radikal-ekstremis yang berupaya mengganti sistem pemerintahan bangsa Indonesia dengan penerapan syariat Islam (Daulah Islamiyah) secara penuh sesuai paham mereka. Tak jarang, untuk mencapai tujuannya kerap kali melalui aksi-aksi kekerasan, memaksakan kehendak dan hingga aksi terorisme.

Eksistensi kelompok ini, tidak sekadar mengancam terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Tetapi juga tengah mencederai perjuangan para pahlawan bangsa, khususnya para ulama, kiai dan santri mengingat sepak terjang mereka dipenuhi semangat kuat dan pengorbanan bahkan nyawa-pun menjadi taruhannya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa keberadaan kelompok tersebut menuntut perhatian lebih dari pelbagai pihak, khususnya bagi kaum santri. Mengingat akibat yang ditimbulkannya begitu besar pengaruhnya terhadap bangsa ini. Dalam hal ini, santri sebagai seorang pembelajar di bidang ilmu-ilmu keagamaan yang sarat akan nilai-nilai humanisme, adalah suatu keniscayaan baginya untuk selalu menggalakkan bahkan menerapkan sikap toleran antar sesama dan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA  Tipologi Quadripolar: Sebuah Jalan untuk Memahami Hubungan Umat Beragama

Pun, yang tidak kalah urgennya; penguatan akan wawasan kebangsaan, memupuk rasa cinta Tanah Air dan semangat nasionalisme dengan didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Semakin kuat cinta dan semangat nasionalismenya, maka semakin kuat pula bangsa Indonesia dari pelbagai ancaman yang mengitarinya.

Tumbuh dan berkembangnya sikap intoleran, gerakan kelompok radikal-ekstremis dan terorisme di tengah masyarakat tidak lain adalah; bersumber dari model serta praktik keberagamaan yang inklusif, sifat fanatisme ketat terhadap satu kelompok dan memudarnya semangat kecintaannya akan nasionalisme dan Tanah Air.

Tak ayal, yang tampak ke permukaan dari sikap demikian ialah; maraknya aksi kekerasan, memaksakan kehendak, klaim kebenaran tunggal dan bahkan acapkali memonopoli tafsir teks kitab suci sesuai pemahaman mereka guna untuk mewujudkan kepentingan, baik pribadi maupun kelompoknya.

Maka dari itu, peringatan Hari Santri Nasional 2021, tanggal 22 Oktober ini menjadi momentum sangat tepat untuk merajut kembali kebersamaan dan keharmonisan antara seluruh warganegara bangsa Indonesia, guna mewujudkan keutuhan dan kesatuan NKRI, yang akhir-akhir ini mulai ‘redup’.

Apalagi, Indonesia sebagai bangsa yang dikenal kekayaannya akan kebudayaan, bahasa, suku, agama dan lain sebagainya. Adalah suatu keniscayaan untuk selalu menggalakkan perilaku-perilaku yang dapat meneguhkan keutuhan NKRI. Karena, tak bisa dipungkiri keberagaman tersebut berpotensi dapat melahirkan konflik dan tumbuh-kembangnya perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila.

Dengan kata lain, peringatan Hari Santri ini harus dimaknai sebagai instrumen (power) yang dapat membebaskan seluruh warga negara bangsa Indonesia dari pelbagai ancaman yang mengitarinya bahkan memecah-belah persatuan dan keutuhan bangsa.

Dengan demikian, tidak mustahil masa depan bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera, adil, damai dan berdaulat di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Selamat Hari Santri Nasional 2021

Santri Siaga Jiwa dan Raga

Saidun Fiddaraini
Saidun Fiddaraini
Penulis Lepas

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru