30.8 C
Jakarta

Rajab, Bulan Penuh Pahala untuk Memerangi Khilafahisme

Artikel Trending

Milenial IslamRajab, Bulan Penuh Pahala untuk Memerangi Khilafahisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pekan ini, Rajab berakhir. Satu dari empat bulan mulia (arba’ah hurum) akan meninggalkan umat Muslim dan diganti Sya’ban lalu Ramadan. Patut sekali untuk sama-sama melakukan refleksi, bagaimana bulan ini telah dimanfaatkan untuk beribadah, bertambahkah dari bulan sebelumnya? Atau berkurangkah? Atau sama-sama saja? Sebab, Rajab merupakan bulan penuh pahala. Islam menyebutnya sebagai bulan Allah (syahrullāh).

Menarik diketahui, Rajab memiliki rekaman sejarah menakjubkan sekaligus memilukan bagi umat Islam. Pada bulan inilah, Baitulmaqdis pernah ditaklukkan di masa khulafaurrasyidin, dan di bulan ini jugalah imperium Utsmani runtuh. Di bawah Kemal Ataturk, monarki Islam yang sudah berkuasa enam abad diganti sistem sekuler. Peristiwa yang terakhir ini kemudian diperingati kelompok HTI sebagai “runtuhnya khilafah Islam”.

Tentu, klaim HTI tersebut tidak memiliki dasar yang jelas. Sebagaimana telah ditegaskan sebelum-sebelumnya, Islam tidak mengajarkan sistem pemerintahan tertentu. Turki Utsmani menerapkan sistem monarki—kesultanan. Jika monarki tersebut disimbolisasi sebagai “sistem khilafah”, maka kesesatan berpikir HTI semakin jelas. Adalah fakta bahwa sistem pemerintahan era Utsmani berbeda dengan sistem era Nabi Saw. dan khulafaurrasyidin.

Sayangnya berapa kali pun dijelaskan, HTI akan tetap menganggap Dinasti Umayyah hingga Turki Utsmani sebagai sistem khilafah. Mengapa? Karena memang itulah ideologi mereka. Para aktivis HTI tidak akan pernah menerima argumentasi yang mematahkan ideologinya. Mereka adalah penganut khilafahisme, karena khilafah bagi mereka sudah menjadi formula atau sistem tertentu yang erat dengan Islam.

Di situlah peran umat Islam diperlukan. Sebagaimana para penganut khilafahisme mengeksploitasi Rajab sebagai bulan jihad khilafah, umat Muslim memiliki tanggung jawab moral untuk mengembalikan Rajab pada kebenaran yang sejati, yakni dengan cara memerangi khilafahisme. Ini tidak berarti memerangi Islam, justru memerangi manipulator Islam. Berperang dengan mereka, di bulan Rajab ini, pahalanya besar.

Khilafahisme di Depan Mata

Khilafahisme bukan sesuatu yang asing dan jauh, juga bukan sesuatu yang baru. Ia dekat di depan mata, namun gerakannya sangat halus. Ancaman propaganda khilafah HTI, terutama di bulan Rajab ini, kompleks dan membahayakan keamanan nasional. Ancamannya terletak pada potensi pengaruh khilafahisme terhadap pemikiran masyarakat. Apalagi, banyak yang belum memahami kebenaran tentang khilafah itu sendiri.

Saking dekatnya khilafahisme, propagandanya memicu radikalisasi di kalangan pemuda. Mereka menjadi target utama untuk dicuci otak lalu disematkan doktrin utopis negara Islam dan anti-NKRI. Selain itu, propaganda HTI tentang khilafahisme menciptakan polarisasi. Ancaman terhadap kesatuan dan keberagaman bangsa akan terjadi jika mereka tidak diperangi dalam arti dilawan bersama-sama.

BACA JUGA  Meluruskan Fitnah-fitnah HTI terhadap Khilafah Islam

Bagaimana khilafahisme disebut dekat juga terlihat dari cara pemanfaatan media sosial sebagai alat utama propaganda mereka. Para khilafahers secara persisten menyebarkan pesan mereka melalui platform daring, guna memperluas jangkauan dan dampak propaganda mereka. Dampak buruknya, jika tidak diperangi, adalah hilangnya prinsip kebhinekaan di tengah masyarakat. Pluralisme dan toleransi habis total oleh khilafahisme.

Dalam konteks itulah, semua umat Muslim harus sadar bahwa di depan mata terpampang jelas ancaman khilafahisme. Karenanya, peran negara dan lembaga keamanan dalam memerangi khilafahisme; mengatasi ancaman propaganda HTI, harus maksimal. Pendekatan holistis yang mencakup regulasi super ketat, pendidikan inklusif, dan literasi masyarakat adalah senjata untuk memerangi. Propagandis khilafah jangan dikasih ruang.

Artinya, memahami propaganda khilafahisme membutuhkan pemahaman ekstensif dan respons yang bijak. Dalam melibatkan masyarakat, generasi muda, dan lembaga keamanan, membangun dialog sebagai respons pada akar masalah dengan mempromosikan nilai-nilai kebangsaan adalah sesuatu yang niscaya. Hanya dengan cara tersebut, perang melawan khilafahisme akan efektif, dan pahalanya pun berlipat karena dilakukan di bulan mulia.

Optimalkan Rajabmu!

Mengoptimalkan bulan Rajab adalah langkah penting, terutama ihwal ibadah dan spiritualitas. Ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan, seperti berdoa atas segala hajat dan kesuksesan, bertobat atas segala kekhilafan dan dosa, salat tahajud agar Allah Swt. mudahkan urusan dan, memperbanyak zikir kepada-Nya, juga memperbanyak sedekah. Melimpah pahala di bulan Rajab jika itu semua dilakukan sebagai wujud optimalisasi bulan haram.

Memperbanyak ibadah-ibadah sunah dan meminimalisir dosa merupakan kunci mencari rida-Nya di bulan Rajab ini. Tidak kalah penting juga ialah bermuhasabah, melakukan introspeksi diri, agar dapat membedakan yang hak dan batil. Selain itu, memperbanyak baca literatur keagamaan agar pemahaman tentang Islam meningkat, seperti memahami bahwa khilafahisme yang dianut HTI itu sama sekali tidak diajarkan oleh Islam.

Belajar dengan tekun hingga menemukan fakta bahwa HTI dengan doktrin khilafahnya tidak mewakili Islam adalah ladang pahala. Sebab, ia merupakan bagian dari mencari ilmu—yang memang merupakan kewajiban dalam Islam. Tidak hanya itu, spirit memerangi khilafahisme dapat menjadi bagian dari jihad, yakni melawan pihak-pihak yang memanipulasi dan mengeksploitasi syariat Islam untuk agenda terselubung mereka.

Maka, optimalkan Rajab yang segera berakhir ini dengan memerangi khilafahisme. Para pembajak Islam tidak boleh dibiarkan. Taruhannya, selain carut-marutnya agama dan tatanan umat, juga perpecahan negara-bangsa: Indonesia.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru