30 C
Jakarta

Hikmah Ramadhan: Puasalah, Agar Anda tidak Radikal

Artikel Trending

KhazanahOpiniHikmah Ramadhan: Puasalah, Agar Anda tidak Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada hari ini, umat muslim telah memasuki bulan yang penuh dengan kemurahan dan keberkahan. Pada bulan ini, segala bentuk amal baik akan dilipatgandakan hingga ribuan kali lipat dibandingkan amal di luar bulan Ramadhan. Khususnya ketika seorang muslim menjalankan puasa, mereka akan mendapatkan ganjaran yang tiada tara. Karena dalam hadis kudsi dijelaskan bahwa puasa adalah milik Allah, dan Allah-lah yang akan memberikan pahalanya.

Oleh karena itu, sudah menjadi prasyarat yang harus dipenuhi bagi setiap muslim agar dapat mengerjakan beragam peribadatan dengan baik dan tenang. Jangan sampai ada muslim yang terganggu ketika bercengkerama dengan Tuhannya. Hal itu disebabkan lantaran ada kelompok yang kerap melakukan tindakan radikal.

Berbicara masalah radikal, menurut saya, tindakan radikal bisa diklasifikasikan menjadi dua. Ada tindak radikal akbar (besar) dan ada tindak radikal asghar (kecil). Kedua tindakan tersebut harus di-puasa-i. Karena jika tindakan tersebut dilakukan, maka akan menimbulkan kemadhorotan yang luar biasa di muka bumi. Adapun contoh dari tindak radikal akbar yaitu sebuah kekerasan yang dapat menyebabkan kerusakan secara besar-besaran, seperti melakukan bom bunuh diri.

Sedangkan tindak radikal asghar adalah memaksakan kehendak kepada kelompok lain yang berbeda pemahaman dalam urusan agama. Misalnya seorang muslim memaksa terhadap muslim lainnya agar memakai cadar, atau memaksa untuk pakai celana di atas mata kaki. Padahal kedua contoh tersebut merupakan perkara yang masih dalam perdebatan ulama. Diperdebatkan artinya masih dalam perbedaan ulama (ikhtilaf al-ulama).

Kedua bentuk tindakan radikal tersebut sama-sama memiliki potensi yang dapat menjadikan seorang muslim terganggu dalam melakukan peribadatan di bulan yang suci ini. Tindak radikal akbar jelas-jelas dapat mengganggu, bahkan menghalangi seorang muslim beribadah. Sedangkan tindak radikal asghar akan menimbulkan perselisihan dan ketidakharmonisan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menjalankan ibadah.

Karena pada dasarnya, kelompok radikalis merupakan kumpulan orang-orang yang berupaya menegakkan kemungkaran. Oleh karena itu, hal yang perlu diingat bahwa kemungkaran yang mereka yakini tidak mutlak akan kebenarannya. Bisa saja perkara yang mereka yakini sebagai kemungkaran adalah kebaikan menurut kelompok lain, bahkan sejatinya baik. Sementara itu, perkara yang mereka yakini baik bisa jadi munkar. Begitupun seterusnya.

BACA JUGA  Kaffah Tanpa Khilafah, Kenapa Tidak?

Oleh karena itu, dalam kondisi tersebut, tidak pantas seorang muslim memaksakan kehendak terhadap orang lain untuk bisa mengikuti apa yang diyakininya. Lebih-lebih cara yang mereka gunakan adalah dengan tindakan yang tidak etis atau dengan cara yang keras, bahkan radikal. Karena, tindak radikal yang mereka lakukan bukan menjadikan orang lain mengikuti apa yang diinginkan pelaku. Justru, orang yang mendapat perlakuan radikal akan semakin takut kepada pelaku radikal. Jika toh mereka menuruti perintah pelaku radikal, itu semua bukan karena mereka mengamini perkataan pelaku, malainkan melakukan atas dasar tekanan.

Adapun korelasinya dengan pelaksanaan ibadah di bulan suci Ramadhan, ketika ada kelompok yang melakukan tindak radikal, maka kuantitas dan kualitas umat muslim dalam beribadah akan menurun. Jika hal itu terjadi, maka sangat disayangkan karena dengan kenyataan itu, umat muslim tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT dengan sempurna.

Sebagai solusinya, kita harus mengingat kembali bahwa perbedaan merupakan sunnatullah yang tidak dapat dihilangkan. Jangankan perbedaan pandangan antara satu kelompok dengan kelompok lain, satu orang saja bisa berbeda pendapat manakala waktu sudah berubah. Sebagai contoh, kita sering meyakini sesuatu itu baik di masa lalu, namun sekarang terlihat tidak baik. Seperti pendapat Imam Syafi’i, ada qoul qadim (pendapat lama) dan ada qaul jadid (pendapat baru). Satu orang berbeda pandangan karena kondisi dan lingkungan yang berbeda.

Oleh karena itu, hal yang perlu digalakkan dalam menjaga perbedaan agar tetap tercapai keharmonisan adalah dengan memupuk toleransi (tasamuh) antara satu kelompok dengan kelompok lain. Namun jika masih ada tindak radikal yang masih berkeliaran, baik tindak radikal ashgor maupun akbar, maka harus segera di-puasa-i dengan cara menerima perbedaan dan mengedepankan toleransi. Dengan begitu, kita akan mencapai titik kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah SWT di bulan Ramadhan.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru