28.2 C
Jakarta

Perkuat Persatuan melalui Momentum Nuzulul Qur’an

Artikel Trending

KhazanahTelaahPerkuat Persatuan melalui Momentum Nuzulul Qur’an
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna- Salah satu momen yang sangat istimewa pada Bulan Ramadhan adalah momen Nuzulul Qur’an. Sebab pada malam tersebut, Al-Qur’an dituurunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw, sebagai pedoman hidup yang harus dipegang oleh setiap manusia ketika hidup di dunia. Momen ini selalu menjadi momen yang membahagiakan bagi umat Islam, tak terkecuali pada masyarakat di Indonesia.

Pada momen ini pula, presiden Jokowi menyampaikan beberapa hal yang bisa direfleksikan oleh bangsa Indonesia, dalam acara Peringatan Nuzulul Qur’an tingkat kenegaraan 14443 Hijriah yang ditayangkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (19/04/2022)

Beberapa hal itu, diantaranya: Pertama, nuzulul Qur’an diperingati dalam rangka mengingat turunnya Al-Qur’an dan ini ada pada saat bulan Ramadhan. Kedua, Al-Qur’an yang menjadi kitab besar dan petunjuk kita, tidak diragukan lagi kebenarannya dan kemukjizatannya. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi seluruh alam.

Ketiga, dalam momentum Nuzulul Qur’an ini, kita dituntut untuk percaya dan beriman kepada Allah yang Maha Esa. Kita wajib menerima dengan lapang dada bahwa keberagaman ini merupakan kehendak Allah SWT yang wajib kita rayakan, seperti yang tertera di dalam Al-Qur’an.

Keempat, pada momen ini, kecintaan pada negara sudah seharusnya ditinggikan. Al-Qur’an menegaskan bahwa keanekaragaman yang terjadi pada berbagai makhluk Tuhan, hakikatnya merupakan sunnatullah, ketetapan Allah, dan dengan demikian patut dihormati.

Kelima, jika keragaman adalah sunnatullah dan anugerah Allah, maka kita harus merawatnya, menjaga, dan kelola dengan sebaik mungkin. Kita harus sama-sama meninggikan toleransi atau tenggang rasa, saling melengkapi, dan memperkaya dialog untuk saling berbuat kebaikan di antara sesama.

Keenam, dan kebaikan-kebaikan ini, sejatinya perlu dikedepankan, dirayakan, diimplementasikan untuk kepentingan bersama. Ketujuh, pada momentum ini, sudah sebaiknya dijadikan momentum untuk memperkuat kebersamaan di dalam keberagaman untuk mewujudkan negeri dan bangsa yang Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghofur.

 Perbedaan adalah keniscayaan, toleransi kewajiban

Apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam acara tersebut tidak lain sebagai komitmen yang harus ditegaskan kepada bangsa Indonesia, sebagai negara yang pluralistik. Apalagi kalau melihat beberapa kasus yang terjadi belakangan ini, seperti halnya penangkapan teroris pada bulan ramadan membuktikan bahwa, kerja-kerja perdamaian menyisakan tanggung jawab yang sangat panjang dan berkelanjutan.

BACA JUGA  Menyikapi Hasil Keputusan MK: Mari Belajar Bernegara dengan Bijak

Pada bulan yang suci-pun, para teroris tetap gencar melakukan gerak-gerak radikal yang terus menghantui umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.  Bangsa Indonesia, yang mayoritasnya adalah penganut agama Islam, harus menyadari betul tanggung jawab besar untuk menciptakan perdamaian, kerukunan antar sesama, secara nyata ada pada mereka. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa, tanggung jawab itu dimiliki seluruh bangsa Indonesia.

Pesan Jokowi dalam acara itu adalah pesan untuk terus melakukan gerak kebaikan tanpa melihat latar belakang yang dimiliki oleh seseorang, sebab ketika berada di Indonesia, kita semua terhimpun sebagai bangsa yang sama, yakni bangsa Indonesia. Oleh karenanya, dari banyaknya latar belakang itu, toleransi harus dijunjung tinggi untuk di jalankan dalam kehidupan. Baik skala kecil bahkan skala besar.

Toleransi tidak hanya sebatas pada pemikiran ataupun selesai dengan pembicaraan dan dialog. Lebih dari itu, toleransi harus dilakukan oleh setiap orang ketika hidup di tengah perbedaan pendapat dan perbedaan lainnya.

Bersatu dalam keragaman adalah komitmen bersama

Dalam skala yang lebih besar yakni negara Indonesia, komitmen atas persatuan dalam keragaman itu diwujudkan atas semua pihak. Pemerintah sebagai pemegang otoritas, harus menegakkan kebijakan yang adil terhadap semua golongan. Tidak ada lagi ruang untuk kasus diskriminasi ras, agama ataupun suku.

Tidak hanya itu, pemerintah juga harus berkomitmen penuh untuk mengusutu tuntas para kelompok yang berusaha untuk meruntuhkan Indonesia. Baik mereka yang menggunakan kekerasan, ataupun melalui penyebaran ideologi yang tidak kasat mata.

Tidak hanya pemerintah, tanggung jawab tersebut dimiliki oleh masyarakat, kelompok sipil bahkan akademisi. Kehadiran setiap orang dengan kapasitas yang dimiliki, dipastikan untuk mendukung segala kebijakan dan gerak dalam menciptakan perdamaian di Indonesia.

Jika melihat keragaman yang dimiliki oleh Indonesia, tentu banyak sekali tantangan yang datang dalam mewujudkan kerukunan bangsa, khususnya kerukunan umat beragama. Maka dari itu, perlu kesadaran kolektif dalam menyongsong Indonesia tanggung dan kuat melalui sikap toleransi yang tinggi. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru