Harakatuna.com. Bogor – Tokoh Muda dan Pimpinan Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) se-Kota Bogor, Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi’i (YAMSYI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota bogor antusias tangkal radikalisme. Pada kesempatan kali ini satuan organisasi masyarakat (Ormas) dan Organisasi Kepemudaan (OKP) Bogor kembali selenggarakan Seminar Kebangsaan dan pelurusan pemahaman keagamaan. Kegian ini dilaksanakan pada 24 Agustus 2019.
Dilaksanakannya kegiatan dimaksud berlandaskan pada semangat rakyat bogor untuk menangkal radikalisme dan khilafah yang semakin liar menjadi ancaman masyarakat Bogor. Seminar kebangsaan ini dibuka oleh Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim. Selnjutnya dilanjutkan dengan penyajian materi oleh Ahmad Nurwahid (Densus 88 Mabes Polri) dan Stanislaus Riyanta (Pengamat Intelijen dan Terorisme).
Ketua MUI Kota Bogor yang sekaligus sebagai Pembina YAMSYI, KH. M. Mustofa Abdullah bin Nuh menyatakan bahwa keragaman bangsa Indonesia sangat indah dan menjadi kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan. “Menjaga kedamaian tanah air dengan mengembangkan sikap toleransi adalah pengamalan nilai agama yang Rahmatan Lil Alamin,” ujar KH. M. Mustofa Bin Nuh yang akrab disapa Kyai Toto.
Sementara itu, Ahmad Nurwahid menyebutkan pendekatan tasawuf merupakan salah satu solusi program pencegahan radikalisasi di Indonesia. Tasawuf akan membentengi umat dari propaganda kaum radikal. “Salah satu senjata untuk melawan radikalisme bagi masyarakat pemeluk agama Islam adalah dengan menggiatkan kegiatan keagamaan seperti mauludan, tahlilan, shalawatan, manawiban, dan kegiatan lain yang kuat kultur dan agamanya,” kata Ahmad Nurwahid.
Pasalnya, radikalisasi dilakukan mulai pendidikan pra-sekolah hingga perguran tinggi dan paling banyak menjadi sasaran adalah generasi muda. Tujuan dari kelompok-kelompok dengan paham radikal tersebut adalah untuk mewujudkan khilafah.
“Sudah banyak bukti bahwa radikalisasi sangat masive di Indonesia, terjadinya dengan sangat cepat karena dipengaruhi oleh kemajuan teknologi internet. Beberapa pelaku teror lone wolf terpapar paham radikal karena membaca konten-konten di internet,” ujar Stanislaus Riyanta.