30.9 C
Jakarta

NU dan Muhammadiyah Membela Indonesia dari Serangan Paham Radikal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanNU dan Muhammadiyah Membela Indonesia dari Serangan Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Memang sudah lama Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang. Kemerdekaan ini adalah bentuk keberhasilan yang sangat gemilang dibandingkan keberhasilan yang lain. Tidak heran, jika bulan Agustus, tepatnya tanggal tujuh belas semua orang Indonesia bergembira dengan merayakan Hari Kemerdekaan ini.

Di tengah kemerdekaan itu Indonesia sesungguhnya masih sedang dijajah oleh bangsanya sendirinya. Penjajahan ini terlihat dari maraknya paham radikal dan aksi-aksi ekstrem di negara merah putih ini. Paham radikal ini diperankan oleh kelompok separatis. Kelompok ini cenderung tertutup melihat perbedaan.

Kelompok separatis tersebut sesungguhnya tidak setuju dengan terbentuknya negara demokratis. Mereka bersikeras mendirikan negara sendiri atau mengubah sistem negara Indonesia dengan sistem Khilafah. Mungkin Anda bertanya: “Apa itu Khilafah?” Sekilas saya uraikan, Khilafah adalah sistem negara yang mencita-citakan Negara Islam (Daulah Islamiyyah) dengan hukum Islam.

Indonesia dengan sistem republik-demokratis tidak henti-hentinya mendapat serangan kelompok separatis, bahkan tudingan sebagai negara kafir. Negara kafir ini, bagi mereka, halal dihancurkan atau dibunuh. Sehingga, tidak heran kelompok separatis melakukan aksi-aksi kekerasan berwajah terorisme. Mereka melupakan jasa Indonesia sebagai tanah air di mana mereka lahir, sehingga sedikitpun mereka tidak tahu berterima kasih.

Pancasila dituding oleh kelompok separatis bertentangan dengan Islam. Padahal, di dalam Pancasila sendiri tersimpan pesan-pesan ketuhanan dan kemanusiaan. Kedua pesan ini sesungguhnya sesuai dengan pesan-pesan Islam yang terekam dalam dua literatur utama: Al-Qur’an dan Hadits. Sesungguhnya orang yang menyebutkan Pancasila berlawanan dengan Islam termasuk orang yang picik.

BACA JUGA  Dari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme

Pada suatu kesempatan kelompok separatis membandingkan Pancasila dengan Al-Qur’an, bahkan Presiden dengan Nabi Muhammad. Perbandingan ini tidak dapat dibenarkan. Karena, dalam perbandingan ini terdapat dua sesuatu yang tidak seimbang. Sesungguhnya perbandingan yang disampaikan oleh kelompok separatis itu hanyalah untuk mencuci otak seseorang agar dapat mengikuti jejaknya. Pancasila, sekalipun tidak sebanding dengan Al-Qur’an, tidak perlu diragukan pesan-pesan yang tersimpan di dalamnya.

Kendati mendapat serangan yang tragis, Indonesia masih dilindungi oleh dua organisasi besar dan tertua. Kedua organisasi ini adalah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. NU menyebut Indonesia dengan Darul Mitsaq atau dapat diterjemahkan dengan Negara Kesepakatan. Maksudnya, Negara Indonesia dengan sistem Pancasilanya merupakan kesepakatan bersama antara orang Islam dan pemeluk agama lain. Sedangkan, Muhammadiyah menyebut Indonesia adalah Darul Ahdi was Syahadah atau negeri yang penuh dengan perdamaian.

Pembelaan NU dan Muhammadiyah memberikan sinerji positif terhadap masa depan Indonesia. Indonesia tetap tegak di tengah gempuran paham radikal dan aksi-aksi ekstrem. Indonesia terus dibela oleh orang-orang NU dan Muhammadiyah untuk tidak berhenti memerangi paham radikal. Sebab, paham radikal itu bertentangan dengan misi agama Islam. Islam tidak mengajarkan orang menjadi radikal, melainkan menjadi moderat dalam menyikapi perbedaan. Sikapi perbedaan yang terbentang di Indonesia dengan pikiran terbuka.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru