28.8 C
Jakarta

Nataru dan Spirit Perdamaian Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamNataru dan Spirit Perdamaian Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam momen Nataru 2024 ini, banyak sekali orang yang berpesan tentang kedamaian dan persatuan. Namun saya masih belum melihat apa yang harus kita lakukan sebagai modal untuk mendapatkan kedamaian dan persatuan tersebut.

Dua Hal

Ada dua hal saya rasa untuk meraih itu. Pertama, kuncinya adalah bersikap toleran terhadap semua manusia di manapun. Sikap toleransi ini tidak mengenal batas. Kepada siapa saja dan di mana pun harus bersikap toleran dan meninggikan tenggang rasa. Jika ini dapat dilakukan maka kehidupan rukun damai bisa terpenuhi.

Kedua, rasa memiliki. Sikap ini butuh dimiliki oleh manusia Indonesia, khususnya generasi milenial dan Z saat ini. Mengapa? Karena sudah jarang sekali kita melihat bahwa kita hidup di Indonesia untuk kebersamaan. Negara Indonesia seakan-akan milik kita sendiri. Indonesia diproyeksikan seperti milik kita, padahal kita hanya pinjam kepada generasi mendatang.

Akhirnya, yang terjadi adalah sikap suka-suka. Kita jarang memikirkan nasib generasi mendatang. Kita jarang juga memikirkan bagaimana cara hidup damai untuk dinikmati secara bersama-sama. Oleh karena itu, saat ini, kita membutuhkan sikap rasa memiliki.

Spirit Kemanusiaan

Rasa memiliki ini bukti kedewasaan sikap sebagai sebuah bangsa. Pertalian sikap toleran dan rasa memiliki menjadi keyakinan bagi saya untuk memulai dan menatap masa depan Indonesia. Kita telah membuktikan hal ini sejak kita mendapatkan kemerdekaan sebagai bangsa dan negara, dan telah membuktikan merawatnya.

BACA JUGA  Khilafah di Indonesia: Antara Ghirah Keislaman dan Kecemasan Berbangsa-Bernegara

Untuk menuju ke sana, saya kira butuh kebersamaan untuk saling memperjuangkan bersama. Kita butuh tenaga dan suka cita bersama yang didasari oleh kemanusiaan untuk memperkuat sendi dan dasar kita untuk sama-sama berjuang menumbuhkan spirit kemanusiaan.

Spirit kemanusiaan yang indah pasti menumbuhkan perdamaian. Dan perdamaian dibangun dari keberagaman suku, agama, ras, dan golongan sebagai pengikat yang sangat kuat untuk kalangan bersama. Perdamaian indah di bawahnya tertimbun oleh rasa toleransi dan sikap memiliki.

Watak Kehidupan

Bagi saya, rasa toleransi adalah watak dalam kehidupan yang beragam ini. Watak toleransi dan sikap memiliki ini yang perlu kita kuatkan, dan terus-menerus dijaga dan dirawat. Jika ini dilakukan, maka persoalan kebangsaan yang merebak dalam satu dekade terakhir, seperti gesekan, berbagai masalah, konflik besar perihal keyakinan, dan konflik agama tidak bakal terjadi.

Oleh karena itu, hak-hak warga negara tidak boleh dilanggar. Spirit perdamaian, harus terus dijunjung tinggi. Tidak hanya pada aparat, tetapi kita sebagai warga negara mengajak semua komponen bangsa menjadikan perayaan Nataru ini sebagai sumbu untuk menyalakan toleransi dan semangat hidup berdampingan tanpa permusuhan.

Tanpa adanya musuh, majunya toleransi dan sikap saling memiliki antarasesama warga negara Indonesia, menjadi kekuatan besar bahwa negara-bangsa Indonesia akan semakin maju, unggul, damai, dan sejahtera.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru