29 C
Jakarta

Nalar Kritis Menyikapi Kepulangan Eks ISIS

Artikel Trending

Milenial IslamNalar Kritis Menyikapi Kepulangan Eks ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hancurnya wilayah kekuasaan ISIS tidak bisa dinilai sebagai kekalahan total organisasi mereka. Memang kerugian yang ditimbulkan sangat besar, baik prasarana, propaganda, perekrutan, serta pemasukan barang mengalami hambatan. Namun, kelompok ini bisa saja mati suri, tertidur untuk beberapa hari kemudian berevolusi menjadi basis kelompok radikal yang tidak tertandingi.

Mengutip pernyataan Letnan Jendral Angkatan Darat AS, Paul LaCamera bahwa ISIS dan seluruh kelompok upaya-upaya militer mereka keluar Levant (Irak dan Suriah-red) dan mereka akan mengubah taktik, dari tadinya membentuk kehadiran geografis menjadi lebih condong pada pertempuran gerilya, baik di kawasan itu atau di lokasi lain (M. Nur Faizi, https://www.www.harakatuna.com/langkah-persuasif-tangkal-masuknya-ideologi-isis.html).

Perubahan arah gerakan dapat membuat aparat keamanan semakin kebingungan. Mereka harus bekerja secara ganda, yaitu mengenali orang yang masuk dalam ideologi khilafah kemudian menangkapnya disertai barang bukti yang ada padanya. Untuk itulah, praktek pencegahan akan sangat membantu dibandingkan praktek pemberantasan.

Memang masalah pemulangan WNI eks ISIS mengandung dua pilihan yang membingungkan. Di satu sisi, mereka dihadapkan dengan masalah kemanusiaan yang menyangkut perempuan, janda, ataupun anak-anak yang kehilangan tempat tinggalnya. Namun, di sisi yang lain mereka dihadapkan pada sisi keamanan yang melibatkan keselamatan seluruh rakyat Indonesia.

Praktek Pemahaman ISIS

Kita bisa menengok sejarah, betapa kelamnya peledakan bom bali oleh anggota eks ISIS yang pulang ke negara asalnya setelah melakukan perang. Mereka mengembangkan ideologi di negara asalnya, kemudian mengajarkan taktik dan cara peledakan. Sehingga hampir semua pengikutnya mahir menggunakan berbagai alat peledak yang disasarkan pada kelompok pembeda.

Pihak keamanan dibuat tak berdaya, mereka berhasil mengelabuhinya dengan taktik penyamaran yang luar biasa. Kemudian menyimpan bom dalam tubuh sendiri untuk melenyapkan semua perbedaan. Tak terkira betapa besar kepedihan yang dirasakan keluarga korban.

Kekerasan dalam bentuk apapun tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apalagi di tengah konstitusi dan ideologi bangsa yang mengantarkan yang menjunjung kerukunan dan kekeluargaan. Maka sejauh mana sebuah negara mendirikan nilai-nilai kemanusiaan, sejauh itulah nilai-nilai kekerasan itu dilarang.

Motivasi Ke-ISIS-an

Setidaknya ada empat faktor yang bisa saja menjadi motivasi WNI eks ISIS kembali melancarkan serangannya ke berbagai negara asal. Faktor pertama adalah ultimatum organisasi ISIS yang memerintahkan untuk menerjunkan ideologi dan serangannya kepada negara asal masing-masing. Faktor kedua, motivasi perang yang dibawa mereka untuk bergabung bersama ISIS. Motivasi perang akan mengarahkan seseorang menuju jalan kekerasan.

BACA JUGA  Menutup Ramadan dengan Spirit Wasatiah Islam

Bagaimanapun pemahaman serta ideologinya telah terkontrol untuk bersikap keras kepada sesama. Faktor ketiga, jaringan sosial yang mereka dapatkan setelah pulang ke negara asal. Pergaulan yang mereka bina sehabis pulang dapat berpengaruh bagi pemikirannya. Jika mereka mempunyai ikatan kuat dengan kelompok toleran dan anti kekerasan, tentu orientasinya akan mengutamakan kerukunan. Namun sebaliknya, jika ia masih saja mempunyai hubungan sosial dengan kelompok teroris, bukan tidak mungkin progam deradikalisasi pemerintah hanya berjalan sia-sia.

Faktor keempat, motivasi awal yang menggebu-gebu untuk menyebarkan agama secara kaffah ke seluruh penjuru dunia. Apabila motivasi ini terhenti di tengah jalan, maka salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk menyalurkan motivasi tersebut adalah dengan menggencarkan ajaran-ajarannya ke negara asalnya masing-masing.

Melihat empat faktor tersebut, tak heran masyarakat kian khawatir akan kepulangan mereka. Bisa saja huru hara kembali bermunculan, dan ledakan-ledakan yang menyesakkan akan kembali gencar terdengar. Tangisan ada dimana-mana, berita duka akan mengarah kepada setiap negara. Hingga akhirnya, Indonesia harus malu karena kembali dinilai tak bisa menjaga keamanan.

Kewaspadaan Pemerintah

Tentu kita tidak ingin kejadian bom Bali kembali terulang, dimana eks ISIS setelah pulang dari tempat berjuang langsung meledakkan sejumlah bom di tempat hiburan. Mereka melakukan bunuh diri, dan menganggu perbuatannya sebagai hal yang mulia di mata yang Maha Kuasa.

Namun tidak begitu seharusnya, mereka keliru dalam membela agama. Mereka menghabisi nyawa orang yang kemungkinan bisa menebarkan kebaikan di dunia. Dengan ledakan keras mereka memutus jalan kebaikan seseorang, dan hal itu sangat dibenci oleh agama Islam sendiri.

Oleh karena itu, pemulangan eks ISIS bukanlah suatu permasalahan yang kecil. Dia bisa saja seperti virus yang menyebarkan pengaruhnya pada bangsa Indonesia. Pemerintah harus jeli melihat situasi, dan harus benar-benar berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak merugikan semua orang.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru