34.8 C
Jakarta

Munculnya Hizbut Tahrir (HT) di Tengah Isu Gagalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMunculnya Hizbut Tahrir (HT) di Tengah Isu Gagalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Baru-baru ini Indonesia sedang hebohkan dengan gagalnya menjadi tuan rumah Piala Dunia. Terjadilah pro-kontra antar bangsa ini. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan kegagalan ini. Kegagalan ini, jika meminjam pemikiran Muktazilah, pasti disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri, yaitu bangsa negeri ini.

Ada banyak asumsi kenapa Indonesia gagal jadi tuan rumah piala dunia. Satu dari sekian asumsi itu adalah bangsa Indonesia yang anti Israel. Bangsa ini tidak mau tim Israel bermain di negara ini yang jelas-jelas dari dulu menolak Israel dan mendukung Palestina. Hal ini ditolak oleh beberapa orang yang tidak setuju olahraga dibenturkan dengan politik. Bagi mereka, olahraga bukan alat politik. Para pemain pun mereka tidak tahu politik. Mereka hanya mau bermain bola. Itu saja.

Melihat kenyataan pro-kontra ini, ada banyak catatan yang saya tulis di sini dan mungkin catatan ini dapat renungan bersama. Pertama, Indonesia itu adalah negera demokrasi. Meski begitu religiusitas dalam bernegera itu tidak dapat dipisahkan. Apalagi di Indonesia Islam menjadi negera mayoritas penganutnya. Maka dari itu, tidak keliru jika mengaitkan agama dengan persoalan politik. Termasuk persoalan bola yang jelas-jelas, kata Najwa Shihab, tidak terpisahkan dari politik.

Kedua, Indonesia dikenal dengan negara yang plural. Di dalamnya terdapat ragam perbedaan. Mulai perbedaan agama, hingga perbedaan pemikiran. Lihat saja, di negara ini ada agama Islam, Hindu, hingga Konghucu. Bahkan, pemikiran di negara merah putih ini terhampar beragam sekali seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan lain-lain.

BACA JUGA  Hal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Menjelang Lebaran, Apa Itu?

Pluralisme menjadi DNA yang tak dapat dipisahkan dalam tubuh Indonesia. Maka, hal yang wajar perbedaan pendapat dalam melihat isu gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Palestina ini. Ini justru suatu keragaman berpikir yang membawa rahmat. Yang terpenting tidak bermain fisik yang merugikan satu sama lain.

Ketiga, dalam menyikapi perbedaan ini, bangsa Indonesia hendaknya tidak melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Boleh membawa isu ke ranah politik dan agama, tapi jangan lupakan nilai-nilai kemanusiaan. Karena kemanusiaan itu merupakan nilai tertinggi yang harus dibela. Gus Dur berani pasang badan jika kemanusiaan itu sudah diusik. Maka dari itu, hal ini hendaknya tidak dilupakan.

Kemanusiaan itu menjadi pijakan utuh yang harus diperhatikan. Jika pijakan itu mulai dilupakan maka tidak dapat diterima segala bentuk alasan yang muncul dari diri seseorang. Apalagi di tengah naiknya isu gagalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia, orang-orang Hizbut Tahrir (HT) mulai masuk ke dalam persoalan dan mengobrak-abrik guna menyerang pemerintah yang sah. Ini yang berbahaya. Karena ini bukan menyelesaikan masalah, tapi menambah masalah.

Sebagai penutup, Indonesia adalah negara yang besar. Negara ini merdeka dari perjuangan yang berdarah-darah. Maka sungguh sangat biadab bangsa ini jika tidak menjaga kemerdekaan ini. Jangan rusak negara ini dengan tangan sendiri. Karena, negara ini adalah amanah yang harus dijaga.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru