30.8 C
Jakarta

Memetik Hikmah dari Ritual Ibadah Haji

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMemetik Hikmah dari Ritual Ibadah Haji
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul: Romantisme Berhaji, Penulis: Riza Perdana Kusuma, Penerbit: Republika, Tebal: viii + 199 Halaman, Cetakan: Pertama, Juli 2021, ISBN: 9786232791053, Peresensi: Untung Wahyudi.

Harakatuna.com – Menunaikan ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan oleh umat Muslim yang mampu. Ritual haji adalah ibadah pamungkas yang diharapkan bisa menjadi penyempurna keimanan seseorang. Bagi yang belum mampu melaksanakannya, dianjurkan untuk senantiasa beribadah dengan ikhlas dan khusyuk di masjid. Ibadah yang mampu menghadirkan spirit layaknya orang-orang yang melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.

Setiap Muslim tentu berharap bisa melaksanakan rukun Islam kelima tersebut. Karena itu, mereka selalu berdoa dan menyisihkan uangnya untuk menabung agar bisa berangkat haji. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda dunia, pelaksanaan ibadah haji harus ditunda. Banyak orang yang rela menunggu keberangkatan haji hingga suasana kembali normal dan umat Islam bisa melaksanakan haji.

Riza Perdana Kusuma menguraikan pengalaman spiritualnya saat melaksanakan haji dalam buku Romantisme Berhaji. Buku ini memuat pengalaman spiritual penulis, baik sejak persiapan berangkat haji hingga saat berada di Makkah.

Menurut Riza, menyiapkan keberangkatan haji bukanlah hal mudah. Perlu niat yang kuat untuk mewujudkannya. Saat seseorang mendapatkan kesempatan berhaji atau umrah, langkah selanjutnya adalah membulatkan niat, berserah, dan bersiap. Calon jemaah harus berkomitmen mengikuti semua prosesi manasik haji dengan mencari pengetahuan tambahan melalui buku-buku referensi sebanyak mungkin.

Selain itu, menjaga kesehatan dengan berolahraga dan menjaga pola makan juga perlu dilakukan. Agar saat waktunya berangkat bisa melaksanakan ibadah dengan penuh hikmat. Tak ada kendala yang berkaitan dengan kesehatan fisik sehingga membuat kekhusyukan ibadah terganggu.

Penulis menjelaskan, haji telah membawa marwah hidupnya ke tingkat yang paling dasar untuk kembali menjadi siswa. Belajar agama dengan lebih serius, dan memandang diri melalui helicopter view. Perjalanan haji memberikan kesimpulan bahwa, badan serta jiwa seseorang ibarat sebuah ekosistem yang rapuh, yang selama ini telah terlupa untuk khusyuk mempelajari agama.

BACA JUGA  Mengubah Kebencian Menjadi Cinta

Perjalanan haji atau umrah adalah perjalanan sejenak meninggalkan keduniaan. Demi mencapai khusyuknya ibadah, seseorang perlu mengabaikan beragam kepentingan urusan kehidupan. Niat haji mesti dilalui dengan pengingat akan utang, kesalahan, serta tanggung jawab yang belum terselesaikan, agar saat melaksanakan haji benar-benar ringan dari masalah duniawi (halaman 17).

Mentadaburi setiap ritual dalam ibadah haji perlu dilakukan sehingga, siapa pun yang menunaikannya bisa lebih memaknai ritual tersebut dalam rangka meningkatkan keimanan kepada sang Maha Pencipta. Berbagai ritual seperti tawaf, sai, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan lainnya, harus bisa menjadikan jemaah lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Bagi Riza, tawaf adalah konsistensi pergerakan yang bersumbu pada pusat, yang terlihat dengan kasat mata secara jelas. Ibarat kepatuhan alam semesta terhadap sang Maha Pencipta yang dapat dinikmati melalui teropong angkasa. Jika beragam benda-benda berupa planet raksasa di angkasa yang tak bernyawa saja bisa bergerak dengan penuh kepatuhan, maka manusia sebisa mungkin haruflah tawaf. Sebab tawaf membawa hikmah agar manusia selalu patuh, ikhlas, dan berserah.

Sementara itu, pada prosesi sai, manusia diajarkan untuk menikmati kehidupan yang bukan saja dikejar oleh pemenuhan kebutuhan pribadi, tapi diarahkan untuk memberi manfaat bagi sebanyak mungkin manusia. Sai merupakan pergerakan lurus dan tidak berbelok, yang membawa pesan kepada manusia untuk hijrah dalam rangka memberi manfaat bagi kepentingan hidup manusia di dunia (halaman 33).

Ada banyak pengalaman spiritual yang dikisahkan penulis dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dinikmati oleh pembaca. Berbagai kisah ditulis dengan penuh detail dan saksama sehingga pembaca seolah turut merasakan pengalaman yang dirasakan penulis.

Lewat buku setebal 200 halaman ini, penulis juga mengajak pembaca untuk senantiasa memaknai perjalanan haji yang penuh tantangan. Sebagaimana ditulis dalam pengantar buku, penulis menjelaskan bahwa banyak cobaan dan rintangan dalam proses pelaksanaan haji sehingga, setiap jemaah haji dituntut untuk senantiasa sehat jasmani dan rohani. Melaksanakan ibadah dengan khusyuk agar mendapatkan rida dari Allah Swt.

Untung Wahyudi
Untung Wahyudi
Penulis lepas tinggal di Sumenep

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru