27.6 C
Jakarta

Masa Depan Generasi Muslim Indonesia di Tengah Maraknya Terorisme

Artikel Trending

Milenial IslamMasa Depan Generasi Muslim Indonesia di Tengah Maraknya Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Indonesia menjadi negara moderat tampaknya masih sebatas kata-kata. Kita melihat masih banyak sekolah-sekolah yang menyelenggarakan Pendidikan berbasis kurikulum “tersembunyi”. Ditambah lagi persoalan keagamaan yang sampai saat ini masih “basah” dengan basa-basi jargon dan ideologi timpang. Jadinya, siswa-siswi atau pemuda-pemudi miskin akhlak dan tanggung jawab sebagai seorang muslim taat.

Kenapa bukan muslim taat? Sebab muslim taat adalah mereka yang berperilaku sesuai pada tempatnya. Mereka yang berperilaku beradab. Jauh dari kata-kata keras, dan juga jauh dari ajaran-ajaran kekerasan yang bisa menghancurkan manusia.

Darurat Ajaran Radikal

Lihatlah, hari ini. Banyak pemuda-pemudi yang memuji dirinya dan kelompoknya sebagai seorang muslim yang paling muslimin. Mereka dengan jargonnya selalu mengajak orang berhijrah dan berjihad. Slogan kembali ke Al-Qur’an dan Hadis, menjadi bahasa rayuan mereka. Sementara nyatanya, mereka berjalan dalam gurita ajaran yang menyesatkan dan mencengkram kehidupan muslim yang lain.

Maksud mencengkram di sini adalah mereka mencoba mengekspansi ajaran dan ideologi dengan bahasa-bahasa agama. Misalnya mereka ingin mendirikan negara Islam di tengah harmonisnya Indonesia dengan hadis dan cerita-cerita agama.

Mereka juga mencoba menyusun alasan-alasan dan argumentasi tentang lemahnya Pancasila dan Demokrasi Indonesia. Kemudian mereka menyusun daftar beberapa hal yang pernah terjadi di Indonesia, lalu dibenturkan kepada Pancasila dan Demokrasi. Setelah membuat daftar tersebut, mereka kemudian mencoba memberikan alasan-alasan logis bahwa Pancasila dan Demokrasi Indonesia sudah tidak tepat. Tidak ideal.

Oleh karena itu, klaim mereka seperti ini: “sudah saatnya generasi umat Islam di Indonesia perlu diselamatkan dengan penerapan sistem Islam”. Menurut mereka, hanya sistem Islam yang punya visi penyelamatan generasi ke depan, bahkan menjadikan generasi muda sebagai benteng perubahan sekaligus benteng peradaban.

Alasan Demi Alasan

Dari berbagai alasan mereka mengklaim bahwa, negara Islam (Khilafah) tegak dengan landasan iman (akidah) dan menjadi penanggung jawab utama penerapan seluruh hukum-hukum Islam. Menurut mereka, kejayaan peradaban Islam, hukum-hukum Islam inilah yang menjadi rahasia kekuatan umat Islam.

Klaim mereka, dalam sistem Islam, generasi umat benar-benar terjaga. Ini karena, menurutnya, ruhiah yang lekat dengan kepemimpinan Islam, membuat negara atau para penguasa tidak abai dengan moral rakyatnya. Mereka terus memastikan tidak ada satu perkara pun yang akan membahayakan akal, fisik, dan mental mereka. Bahkan, urusan akhirat rakyatnya juga menjadi perhatian negara.

BACA JUGA  Idul Fitri: Meraih Satu Bulan Kemenangan, Tetapi Mengotori Sebelas Bulan Lainnya?

Secara membabi-buta, mereka katakan, bahwa negara Islam akan menjadi support system lahirnya keluarga dan masyarakat ideal. Berbagai sistem Islam, yakni ekonomi, sosial, hukum dan sanksi, pendidikan, media massa, dan sistem Islam lainnya, akan benar-benar menjamin kehidupan yang penuh ketenteraman, kesejahteraan, dan keberkahan. Padahal semua itu bulshit!

Kenapa sangat bulshit? Sebab mereka bahkan untuk melakukan yang apa yang digembor-gemborkan itu saja tidak bisa. Coba kita tanya seperti apa sistem khilafah itu? Bagaimana cara menerapkannya?

Percaya Pada Takhayul

Mereka sampai saat ini tidak menemukan jawaban. Mereka hanya bisa nunjuk-nunjuk negara-negara Timur Tengah, yang sampai saat ini juga bahkan juga semraut.

Jadi, alasan-alasan yang ndakik-ndakik di atas, sebenarnya hanya bulsitifitas belaka. Tidak perlu didengarkan, juga tidak perlu dijadikan sebagai perangsang bagaimana melihat Indonesia dan keagamaan di Indonesia. Justru Indonesia dan agama Islam semakin “tercoreng” gegara perilaku seperti di atas.

Mereka berkoar-koar lewat teknologi digital. Mereka memanfaatkan digital untuk melakukan diversifikasi produk takhayulnya untuk meluaskan ke jaringan anggota sebagai sesama pengusung khilafah.

Lantas bagaimana kalau kita membiarkan? Inilah yang terjadi selama ini, di mana bom dan kekerasan terus diproduksi atas lahirnya pikiran-pikiran yang memprovokasi masyarakat lewat dalik-dalil agama sambil menjelek-jelekkan Indonesia. Saya yakin, jika hal tersebut tetap diproduksi, dipastikan akan berdampak pada kualitas akal, mental, dan fisik generasi ke depan. Sebagaimana klaim mereka, selanjutnya peradaban dan masa depan Indonesia terancam, karena terjadi lost generation.

Mereka (kelompok fundamentalis-teroris), memang menarget untuk melemahkan bangsa Indonesia dengan cara-cara ingin menjarah pikiran penerusnya. Saat kita lelah dan generasi mudanya sudah berhasil dilemahkan oleh kepentingan pragmatis mereka, yakni dengan tipu daya khilafah, tentunya bangsa Indonesia berada dalam pintu kehancuran. Suatu negara-bangsa yang hanya diisi oleh kemalaratan, pembunuhan, dan kemiskinan. Sungguh tak terbayangkan.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru