28.2 C
Jakarta

Ketika Iblis HTI Mencincang Grand Syekh Al-Azhar

Artikel Trending

Milenial IslamKetika Iblis HTI Mencincang Grand Syekh Al-Azhar
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Para aktivis HTI mengamuk. Persis anjing ketumpahan air panas. Mereka mencincang habis Imam Besar (Grand Syekh) Al-Azhar, Ahmad Tayeb. Para begundal HTI menganggap Syekh Tayeb sebagai antek-antek Yahudi yang melegitimasi entitas mereka di Palestina. Seperti iblis, mereka mengolok-olok Grand Syekh karena mengakui keberadaan Yahudi di Palestina yang artinya menggugurkan kewajiban jihad di sana.

Itu mereka tuangkan dalam Muslimah News, website kamuflase HTI yang memang digunakan untuk menebar propaganda khilafah. Namun dalam artikel berjudul “Syekh Al-Azhar Melegitimasi Entitas Yahudi dan Membebaskan Tentara Muslim dari Tugas Memerdekakan Palestina,” website tersebut menampakkan wujud aslinya sebagai propagandis khilafah—HTI. Artinya, secara tidak langsung, mereka menampakkan identitas ke-HTI-annya sendiri.

Apakah mereka mengakui? Tidak. Rupanya mereka masih malu-malu, menyembunyikan identitas “Hizbut Tahrir” dan hanya menyebut diri sebagai “media kelompok dakwah ideologis wilayah Mesir”. Bagi masyarakat yang belum paham watak pembohong HT, kelompok dakwah yang dimaksud pasti dikiranya mewakili umat Islam, dan bahwa tindakan Grand Syekh di PBB merupakan suara pesanan Yahudi. Sedemikian licik HTI itu.

Mereka mengatakan, dalam tulisan tersebut, bahwa Syekh Al-Azhar telah menjadi antek Yahudi yang menusukkan belati beracun ke lambung umat Islam. Kata mereka, Syekh Al-Azhar membentuk legitimasi atau pengakuan terhadap entitas Yahudi, menetralisasi tentara umat Islam, dan membebaskan mereka dari kewajiban memerdekakan tanah Islam dan hal-hal yang disucikan oleh Islam.

“Tanah Palestina adalah milik umat secara umum. Umat tidak boleh menyerah dan melepaskan satu inci pun darinya. Menjaga serta membebaskannya dari para perampas hukumnya wajib bagi seluruh umat, terlebih bagi negara tetangga yang berdampingan dengannya, khususnya Mesir. Mereka (Grand Syekh dkk, pen.) adalah pendukung pertama Yahudi. Pelindungnya dari kemurkaan umat baik secara langsung, maupun melalui rezim boneka yang berada di negara kita, terutama rezim Mesir yang memainkan peran pengkhianatannya secara maksimal.”

Kaget? Sangat berani, bukan? Bagaimana bisa sebuah website yang selama ini memuat konten-konten hijrah dan kesalehan-kesalehan individual tiba-tiba mengolok-olok para tokoh Al-Azhar, terutama Grand Syekh? Jawabannya adalah: itulah bobrok asli HTI yang selama ini mereka sembunyikan. Harusnya, masyarakat menyadari hal itu.

Borok HTI Keluar

Untuk diketahui, Hizbut Tahrir merupakan organisasi transnasional yang getol memperjuangkan kemerdekaan. Sesuai namanya, Hizbut Tahrir, yang artinya, Partai Pembebasan, mereka kerap menyuarakan narasi kemerdekaan Palestina dan memanfaatkan invasi Israel sebagai dasar pengerukan dana. HT menggalang donasi dari umat-umat yang berhasil dibodohi. Umat yang peduli dengan Palestina adalah ladang basah bagi Hizbut Tahrir.

Apakah membela Palestina itu keliru? Bukankah sudah sepatutnya umat Islam bersatu melawan pendudukan Zionis di Palestina? Tidak ada yang keliru dengan membela Palestina. Semua umat Muslim yang waras, mereka ingin Palestina merdeka. Namun, siapa hari ini yang bisa menghalau Israel? Seluruh negara Arab tidak berani pasca-kekalahan mereka dalam Perang Enam Hari. Satu-satunya jalan adalah rekonsiliasi—perjuangan terakhir.

BACA JUGA  Beragamalah dengan Rasional di Tahun Politik

Yerusalem merupakan kota agama-agama samawi. Hidup berdampingan dalam keadaan merdeka itulah yang jadi proposal Grand Syekh di hadapan Dewan Keamanan PBB kemarin. Menuduhnya sebagai sikap pro-Yahudi adalah sesuatu yang naif. Faktanya, para aktivis HTI yang koar-koar itu malah tidak pernah berkorban apa-apa, hanya memprovokasi umat sambil mengeruk donasi dari mereka. Hizbut Tahrir memang iblis, penipu umat Islam.

Borok asli yang mereka tampilkan melalui website itu, sejujurnya, tidaklah mengagetkan. HT memang anti-Al-Azhar. Al-Nabhani, sang pendiri, merupakan alumni Al-Azhar yang membelot dari garis Azharian. HTI menjadi rival Ikhwanul Muslimin, waktu itu, di Mesir. Permusuhan mereka keras dan sarat ideologis, dan kebencian itu masih mengakar kuat dalam diri mereka hingga kini. Tanggapannya terhadap Grand Syekh Al-Azhar memperjelas hal itu.

Satu hal yang perlu ditegaskan di sini adalah, bahwa Grand Syekh Ahmad Tayeb bukanlah antek-antek Yahudi. Itu tuduhan yang sangat kejam. Grand Syekh hanya berusaha mencari jalan tengah dari konflik yang tidak pernah selesai antara Israel dan Palestina. HT sendiri hanya pandai mengadu domba, padahal mereka juga tidak berbuat apa-apa untuk Palestina kecuali memeras kantong umat. Jadi, bagaimana sikap kita semestinya?

Sikap Indonesia

Indonesia merupakan negara bebas aktif. Dan terkait Palestina, negara ini masih konsisten dengan prinsip Soekarno: mendukung penuh kemerdekaan Palestina. Jadi tidak perlu sok asik seolah-olah paling membela Palestina. HTI itu pendatang kemarin, ibarat anak kemarin sore. Perjuangan mereka untuk Palestina sangat palsu, omong kosong, dan tidak terbukti apa-apa kecuali penggalangan donasi. Ironisnya, donasi tersebut ternyata mereka makan sendiri. Iblis, memang.

Cukuplah apa yang dikemukakan para aktivis HTI tentang Grand Syekh membukakan mata masyarakat bahwa Hizbut Tahrir itu organisasi propagandis penipu umat Islam. Juga bahwa di Indonesia, mereka menggunakan kamuflase, dan bobrok aslinya baru tampak ketika kepanasan mendengar proposal rival mereka, Imam Besar Al-Azhar, tentang Palestina. Sebagai ladang uang, Palestina tidak akan dibiarkan begitu saja oleh HTI.

Jika Palestina merdeka dan berdampingan dengan Israel, maka geliat pembebasan Palestina akan otomatis redup. Artinya apa? HT tidak lagi punya cara menggalang dana, dompet mereka jadi kering, dan para dedengkotnya yang selama ini mendanai para aktivis HTI di Indonesia dan negara-negara lainnya akan miskin. HT akan mati, tidak bergerak, karena tidak punya anggaran. Itulah alasan mengapa website Muslimah News sangat reaktif tentang wacana Palestina. Uang. Uang. Uang.

Jadi bagaimana sikap kita? Ada dua. Pertama, kita ikut dengan pemerintah yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Kedua, kita ikut pemerintah yang telah melarang HTI. Eksistensi HTI, baik secara terang-terangan maupun kamuflase, tetaplah terlarang. Kita tidak boleh terprovokasi tentang Palestina. Itu hanya siasat mereka saja. Sebenarnya yang mereka takutkan bukan invasi Yahudi, tetapi hangusnya ladang uang mereka di Palestina itu sendiri. Mari lawan HTI!

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru