31.2 C
Jakarta

Kenapa Seseorang Jadi Teroris? Ini Penjelasan Pakar Psikologi UI

Artikel Trending

AkhbarNasionalKenapa Seseorang Jadi Teroris? Ini Penjelasan Pakar Psikologi UI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Dr. Bagus Takwin, menjelaskan alasan seseorang bergabung dengan kelompok disentegrasi atau teroris.

Bagus Takwin membeberkan itu ketika menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Penguatan Resistansi Dunia Kampus dari Ancaman Gerakan Ideologi Klandestin Khilafatul Muslimin Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa di Indonesia pada Jumat, 1 Juli 2022.

Menurutnya, alasan utama seseorang bergabung dengan kelompok semacam itu adalah adanya kepastian.

Mereka merasa telah memilih jalan hidup yang benar di dunia dan akhirat ketika bergabung dengan kelompok tersebut. Visi, misi, dan tujuan kelompok disentegrasi, seperti Khilafatul Muslimin, dinilai memiliki kepastian yang menjanjikan dibandingkan dengan ideologi Pancasila.

Pada kenyataannya, keberadaan kelompok tersebut justru tidak sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang di dalam 5 sila Pancasila.

Jika dilihat dari sisi emosional, lanjut Bagus, mereka yang memercayai golongan disentegrasi merasa hidup lebih bahagia dan terbantu secara morel maupun dukungan lainnya.

Padahal, tidak ada agama yang mengajarkan pemahaman yang menyimpang dengan membunuh sesama manusia, membungkam pendapat yang tidak selaras, atau tindakan keji lainnya.

“Sebagai seseorang yang memiliki kesadaran dan pemahaman, sudah sewajarnya kita saling mengingatkan agar kerabat atau teman kita yang mempunyai pengaruh buruk dapat segera ditangani sehingga tidak menimbulkan gerakan disentegrasi yang berkepanjangan. Ini harus dilakukan karena hal buruk sekecil apa pun bila tidak ditangani akan semakin memburuk,” kata Bagus.

Ancaman dari kelompok-kelompok yang bertolak belakang dengan nilai Pancasila sebenarnya telah ada sejak zaman kemerdekaan.

BACA JUGA  Ancaman Propaganda Pro-Khilafah: Dari Kajian Tertutup Hingga Pop-Culture

Menilik sejarah 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) atau dikenal dengan gerakan G30S/PKI adalah pengkhianatan terbesar terhadap bangsa Indonesia. PKI merupakan contoh kelompok penentang ideologi Pancasila.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya (FIB) UI Dr. Bondan Kanumoyoso, PKI yang mengusung paham komunisme menolak kehadiran agama. Tujuan tersebut tidak selaras dengan nilai sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Persoalan tersebut, khususnya dalam hal ini golongan Khilafatul Muslimin, harus disikapi dengan tepat oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama, namun sejatinya menolak kehadiran Pancasila harus ditangani dengan cepat karena merusak keberagaman di Tanah Air.

Khilafatul Muslimin memiliki tujuan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Islam. Bondan menuturkan, Khilafatul yang mendukung gerakan ISIS memiliki niat untuk membenturkan Pancasila sehingga menimbulkan perpecahan yang merusak kebhinekaan bangsa.

Alumnus fakultas psikologi UI, Arbania Fitriani, mengatakan bahwa di dunia kampus banyak organisasi yang mengatasnamakan Islam, tetapi pada kenyataannya menyimpang dari ajarannya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari sejumlah pihak, terutama dosen dan rektor.

Arbania mengutip pernyataan Menteri Pertahanan RI 2014–2019, Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu, “Apabila paham radikalisme masih terpelihara, bukan tidak mungkin 30 tahun mendatang negara ini akan hancur. Masa depan bangsa ada di tangan mahasiswa dan anak muda.” Untuk itu, Arbania mengimbau mahasiswa agar melawan upaya kelompok disintegrasi yang menyimpang dan memecah belah bangsa

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru