31.4 C
Jakarta

Mengembalikan Islam sebagai Agama Rahmah di Tengah Tren Dakwah Marah-marah

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMengembalikan Islam sebagai Agama Rahmah di Tengah Tren Dakwah Marah-marah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Menjaga Citra Agama, Penulis: Adib Gunawan, ISBN: 9786027595934, Tebal: 278 Halaman, Penerbit: Buku Republika, Cetakan: Kedua, Oktober 2021, Peresensi: Muhammad Nur Faizi.

Harakatuna.com – Dakwah rahmah menjadi populer di tengah meledaknya budaya kekerasan yang digalang oleh kelompok radikal. Indikasi dakwah ramah yang mewadahi aspirasi umat Islam, menjadi idola atas kekakuan ajaran dari kelompok radikal. Tentu ini menjadi cambuk besar untuk para ulama dalam menggalakan dakwah rahmah.

Adib Gunawan dalam buku Menjaga Citra Agama menjelaskan secara detail bagaimana dakwah rahmah harus dijalankan. Dengan menggunakan prinsip rahmatan lil alamin, agama dapat dipadukan di semua kebutuhan manusia.

Adib Gunawan dalam bukunya banyak menyoroti praktik keagamaan yang cenderung kaku dan tidak bisa beradaptasi terhadap zaman. Kekakuan ajaran ini menjadi suatu boomerang yang membuat Islam dalam jurang kehancuran (hal. 10). Islam dianggap sebagai agama yang tidak bisa menghargai prinsip-prinsip manusia. Agama yang hanya mementingkan aspek spiritualitas, tanpa memerhatikan aspek sosial didalamnya.

Maka Adib Gunawan ingin memberikan gambaran bagaimana seharusnya agama dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Rasulullah saw. Bagaimana dahulu Nabi Muhammad membangun pondasi Islam yang kokoh.

Pondasi yang dapat menarik ribuan orang yang semula membenci kehadiran Islam, berbalik menjadi cinta dan siap berjuang didalamnya. Konsep-konsep seperti ini yang akan dijelaskan lebih lanjut oleh Adib Gunawan dalam bukunya.

Toleransi di Masyarakat Multikultural

Buku Menjaga Citra Agama membawa latar Indonesia dengan budaya manusia multikultural. Dimana perbedaan antar manusia akan sangat terasa di setiap daerahnya, baik adat istiadat, bahasa, kesenian, dan upacara. Islam yang bersifat global harus dijalankan dengan merangkul semua golongan yang berbeda dan menjadikannya sebagai sosok yang bijaksana (hal. 13).

Inilah titik penting bagi agama yang menyangkutpautkan pelaku pada proses perjalanan spiritual yang sangat penting. Karena agama menjadi suatu ajaran, maka perkembangan agama akan ditentukan oleh pelaku yang menjalankannya.

Prinsip toleransi sangat ditekankan oleh Adib Gunawan untuk merangkul semua kelompok manusia yang berbeda. Toleransi adalah senjata utama yang harus dimiliki oleh manusia yang mau menjalankan agama atas prinsip rahmatan lil alamin (hal. 19).

Karena dengan prinsip itulah, semua manusia dapat merasa dihargai oleh yang lainnya. Hak-hak yang ada pada manusia terasa terlindungi dan terus dijaga.

Sebaliknya praktik intoleransi dapat merusak sendi persaudaraan antar manusia. Intoleransi dapat memicu kerenggangan dan kebencian, yang disebabkan hinaan ataupun perilaku-perilaku yang tidak patut ditujukan pada mereka yang berbeda. Biasanya perilaku intoleransi disebabkan oleh kepentingan lain, seperti politik, kekuasaan, ataupun status sosial manusia (hal. 32). Dalam beberapa kasus, praktik intoleransi sangat berbahaya karena mengancam nyawa orang lain.

Adib Gunawan ingin mengedukasi praktik intoleransi yang sengaja dilakukan oleh para penceramah. Narasi-narasi intoleransi yang dibawa oleh para penceramah sangat berbahaya karena dapat memunculkan motivasi kuat umat Islam untuk berlaku sama. Maka proses edukasi diperlukan agar ceramah yang keluar dari mimbar tidak berkutat pada isu intoleransi dan nalar kebencian dari para ulama.

BACA JUGA  Keterlibatan Perempuan dalam Kejahatan Terorisme

Mencontoh Dakwah Nabi

Buku setebal 278 ini juga menjelaskan bagaimana dakwah Nabi Muhammad dilangsungkan hingga mendulang kecintaan yang luar biasa dari umat manusia. Sebenarnya dakwah Nabi sudah dimulai bahkan sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah.

Sifat yang ditonjolkan oleh Nabi yaitu Al Amin, sifat yang bisa menggait kepercayaan orang lain karena kejujuran yang luar biasa. Oleh penduduk sekitar, Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok yang tidak pernah berbohong (hal.34).

Kemudian Nabi Muhammad mempunyai sifat yang mampu beradaptasi terhadap keadaan. Beliau mampu menyikapi segala bentuk permasalahn yang dihadapi oleh umat di masanya, disesuaikan dengan kondisi setiap umatnya.

Contoh paling sederhana adalah jawaban Nabi yang berbeda tentang ibadah yang paling utama, di mana Nabi memberikan jawaban berdasarkan latar belakang si penanya. Itulah yang menjadikan dakwah Nabi mudah dicintai karena mampu menghargai orang lain dan tidak menyulitkannya.

Nabi Muhammad juga bersifat sabar dan pemaaf. Kesabaran Nabi dapat dilihat dari penolakan-penolakan dakwah yang pernah dialami Nabi di awal dakwah. Kemudian sifat pemaaf Nabi dapat dilihat pada peristiwa Nabi Muhamamad dilempari batu oleh penduduk Thaif, yang dibalas Nabi dengan sebuah doa yang dikemudian hari dikabulkan oleh Allah swt. Balasan yang indah dari Nabi membuat orang-orang makin mencintai Islam dan memperjuangkan kelangsungan agama Islam selamanya.

Implementasi Islam Nabi Muhammad

Sejatinya dakwah yang disusun oleh Nabi Muhammad dapat dieterapkan di semua tempat, termasuk Indonesia yang menganut banyak perbedaan antara masyarakatnya. Maka tugas paling utama dari dakwah adalah bagaimana menyeragamkan penceramah menjadi sosok yang humanis dan mengikuti cara-cara yang dipraktikkan Nabi. Bagaimana menghilangkan kepentingan lain dari para penceramah dan berfokus pada satu tujuan, yaitu memajukan agama Islam.

Hal inilah yang berusaha disampaikan oleh Adib Gunawan dalam bukunya. Dirinya ingin menjadikan suasana keagamaan Indonesia damai dan bebas dari semua praktik intoleran didalamnya. Karena penulis yakin, bahwa dakwah yang diselenggarakan dengan cara perdamaian dan menghargai sesama akan bertahan lebih lama dan dicintai lebih banyak manusia.

Oleh karena itu, penulis berharap banyak pada karyanya agar mampu mengedukasi dan memberikan setitik pencerahan bagi penceramah yang melakukan serangkaian aksi tidak pantas pada agama Islam.

Islam rahmah dalam masyarakat multikultural adalah harapan bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia yakin bahwa bangsa, manusia, dan agama saling terhubung dan dapat dipadukan dengan cara yang indah.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru