27.4 C
Jakarta

Jangan Sampai NKRI Terpecah Karena Zionisme dan Kebiadabannya!

Artikel Trending

Milenial IslamJangan Sampai NKRI Terpecah Karena Zionisme dan Kebiadabannya!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Insiden memilukan terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara, pada Sabtu (25/11) kemarin, antara Kelompok Masyarakat Muslim dan Masyarakat Adat Makatana-Minahasa. Kelompok Masyarakat Muslim diinisiasi oleh Barisan Solidaritas Muslim (BSM). Akibat insiden tersebut, satu orang simpatisan Palestina meninggal dan dua lainnya luka berat oleh senjata tajam. Saat ini, polisi telah menetapkan beberapa tersangka.

Dilansir dari Republika, kronologinya, masyarakat Islam melakukan aksi damai bela Palestina dan shalat gaib untuk Muslim korban penjajahan Israel di Gaza, Palestina. Sementara Masyarakat Adat Makatana-Minahasa bersama Laskar Kristen Manguni Makasiou, pada hari dan jam yang sama, melakukan Parade Budaya HUT ke-12 ormas tersebut. Sebenarnya, dua kegiatan masing-masing kelompok itu digelar terpisah.

Lokasi aksi damai bela Palestina digelar di Masjid Ribathul Qulub. Sedangkan Parade Budaya Laskar Manguni Makasiou digelar longmarch dari Kantor Polres Kota Bitung menuju Gedung Kantor DPRD Kota Bitung. Sejumlah peserta Laskar Manguni mengenakan pakaian adat perang, lengkap dengan senjata tajam parang, samurai, dan kayu. Ironisnya, mereka juga mengenakan seragam hitam dan mengibar-ngibarkan bendera Zionis Israel.

Sementara itu, peserta shalat gaib untuk Palestina hanya didominasi para ibu-ibu, perempuan, dan pemuda-pemudi Islam yang tidak membawa senjata tajam apa pun. Para peserta aksi damai solidaritas tersebut turut serta membawa bendera Indonesia dan Palestina. Laskar Manguni yang berkumpul di Taman Kesatuan Bangsa Bitung mendesak untuk lanjutkan konvoi ke pusat kota. Mereka pun melintas di kawasan Masjid Ribathul Qulub.

Tidak lama, terjadi pengejaran oleh Pasukan Manguni terhadap seorang peserta aksi bela Palestina. Mereka pun menyerang dan menganiayanya. Mereka juga melakukan pengrusakan terhadap kendaraan ambulans dan atribut bendera bertuliskan tauhid. Sebagai balasan, masyarakat Islam dari BSM melempari peserta adat yang membawa senjata tajam, dan akhirnya mereka juga membawa senjata tajam.

Hindari Perpecahan

Secara umum, insiden di Bitung antara massa pro-Israel dan pro-Palestina menandai tingginya ketegangan akibat konflik Timur Tengah. Kesalahpahaman diduga menjadi pemicu utama insiden tersebut, dan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, aparat penegak hukum telah dilokalisir untuk menangani situasinya. Namun, bagaimana sikap seharusnya menghadapi hal tersebut, agar tidak terjadi perpecahan masyarakat ke depannya?

Penting dicatat, semua pihak diimbau untuk menahan diri dan tidak melibatkan mobilisasi massa. Pihak berwenang telah memberikan instruksi agar seluruh warga mengibarkan bendera merah putih, simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Inisiatif semacam ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan mengarahkan perhatian pada semangat persatuan di tengah perbedaan pandangan.

BACA JUGA  Guyub Politik: Manifesting Nasionalisme yang Harus Diteladani

Kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air perlu menghindari provokasi dan memastikan bahwa solusi untuk mengatasi perbedaan pendapat dapat dicapai melalui dialog damai. Pemerintah setempat juga diharap dapat memfasilitasi dialog antara kelompok-kelompok yang terlibat, untuk mencari pemahaman bersama. Prinsipnya adalah: bagaimana mungkin kita membela negara lain hingga memecah-belah negara sendiri?

Agar tidak lagi terjadi insiden seperti kemarin, pengelolaan perbedaan pendapat dengan bijak dan tidak membiarkan konflik luar negeri memicu keretakan di dalam negeri menjadi sesuatu yang niscaya. Mari bersama-sama membangun semangat persaudaraan dan menjaga keutuhan bangsa Indonesia di tengah dinamika global yang kompleks. Semua harus punya kesadaran seperti ini: hindari perpecahan!

Jangan Tertular Zionisme!

Bersamaan dengan pentingnya menjaga persatuan NKRI dan menghindari perpecahan, masyarakat perlu menyadari bahwa membela Palestina adalah soal kemanusiaan. Dalam konteks ini, perlu kesadaran bersama bahwa dalam hal okupasi, Zionis Israel adalah pihak yang tidak layak dibela. Apalagi jika pembelaan pada Zionisme melahirkan sikap anarki, seperti yang Laskar Kristen Manguni lakukan.

Laskar Kristen Manguni harusnya sadar, di Palestina, umat Kristen juga jadi sasaran genosida para Zionis. Umat Kristiani di sana juga dihinakan, dianggap tidak lebih berharga daripada seekor monyet. Karena itu, adalah naif bahwa Laskar Kristen Manguni justru menganiaya simpatisan aksi bela Palestina di Indonesia. Seandainya umat Islam mau menyerang mereka, itu sangat mudah. Mengapa Laskar Kristen Manguni tidak menyadari kebodohannya sendiri?

Yang perlu dikhawatirkan, jangan-jangan mereka—Laskar Kristen Manguni—adalah Zionis yang menyamar, dan merupakan rombongan buzzer Israel yang berusaha memecah-belah Indonesia. Demikian karena selama ini, sikap pemerintah ihwal okupasi Israel atas Palestina tegas, yaitu mendorong kemerdekaan Palestina. Karena itu, NKRI harus hati-hati dengan kemungkinan upaya pemecah-belahan yang dimotori Zionis.

Bagaimanapun, zionisme harus dilawan. Tidak ada ruang untuk penjajahan dan tidak ada alasan untuk membelanya. Indonesia harus bersatu karena kita bersaudara. Insiden di Bitung sangat disayangkan, juga menjadi preseden bahayanya virus zionisme jika menghinggapi masyarakat. Kebiadaban Zionis Israel jangan sampai dibawa ke NKRI, apalagi sampai memecah persatuan antarsesama warga negara.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru