31.2 C
Jakarta

Ikatlah Ide dengan Menuliskannya

Artikel Trending

KhazanahLiterasiIkatlah Ide dengan Menuliskannya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagian dari kita tentu pernah mendengar ungkapan bijak bahwa ilmu pengetahuan diibaratkan binatang buruan dan tulisan diibaratkan talinya. Seorang pemburu binatang, ketika ia telah mendapatkan binatang tersebut dengan susah payah, tentu ia akan segera mengikatnya dengan tali. Tujuannya jelas; agar binatang buruannya tak terlepas begitu saja. Begitu halnya dengan ilmu. Ketika kita telah susah payah mencarinya, kalau tak segera menuliskannya, maka ilmu itu akan mudah lupa selanjutnya hilang dari peradaban.

Bila ditelusuri, ungkapan bijak tersebut ternyata berasal dari seorang tokoh ulama terkenal di masa silam, yakni Imam Syafi’i. Sebagaimana pernah ditulis oleh Riswan Zain dalam blognya riswanzain.blogspot.com. Dalam tulisannya, Riswan mengutip keterangan Imam Syafi’i radhiyallahu ‘anhu yang pernah menerangkan, “Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat”.

Apa yang pernah disampaikan oleh tokoh ulama terkenal itu memang benar adanya. Bila direnungi, sungguh lucu dan bodoh bila kita telah berhasil menangkap binatang buruan, tapi tak segera mengikatnya, sehingga binatang tersebut lepas begitu saja akibat keteledoran kita. Begitu pula saat kita mencari ilmu dan malas mencatatnya dengan pena, maka ilmu yang telah kita peroleh dengan susah payah tersebut kelak akan hilang, tak bisa dipelajari dan amalkan oleh generasi berikutnya.

Pun, tak jauh beda dengan seorang penulis. Ketika ia memiliki banyak ide atau gagasan menarik di dalam kepalanya, akan tetapi berhubung ia merasa malas dan tak segera mengikatnya dengan berbagai jenis tulisan, maka ide-ide yang mestinya sangat menarik dan aktual tersebut hanya akan mengendap di kepala, lalu hilang begitu saja. Sayang sekali, bukan?

Bagi seorang penulis, ide merupakan hal pokok yang harus dicari terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menulis. Ketika ide telah didapat, maka tugas seorang penulis selanjutnya ialah bermain imajinasi, mencari data-data (referensi) yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan, baru setelah itu mencoba menuliskannya dalam bentuk tulisan fiksi maupun nonfiksi. Misalnya, cerita pendek (cerpen), esai atau opini. Tak lupa, sisipkan juga pendapat, gagasan, atau pengalaman yang pernah dirasakan oleh si penulis. Hal ini penting dipahami agar tulisan yang kita buat nantinya tidak sekadar kumpulan gagasan dari para penulis lain.

Ide Bertebaran di Sekitar Kita

Mungkin ada sebagian penulis yang pernah merasakan kehabisan ide tulisan. Saya pun pernah merasakan hal ini. Namun, setelah saya renungi, ternyata anggapan “kehabisan ide” hanyalah alasan klise saja. Alasan kemalasan kita untuk menulis. Karena, bila kita mau membuka mata dan telinga selebar-lebarnya, maka akan kita temukan bejibun ide bertebaran di sekeliling kita. Artinya, sumber ide itu banyak sekali.

Jadi, rasanya mustahil bila kita sampai “merasa” kehabisan ide. Andai pun suatu saat kita sedang merasa malas menulis, saya pikir itu bukan karena tak ada ide, bisa jadi kita tengah dilanda rasa jenuh dan butuh hiburan atau selingan. Maka, tak ada salahnya bila berhenti menulis sejenak, mencari hiburan, jalan-jalan ke tempat wisata misalnya. Siapa tahu di sana kita akan menemukan ide dan kembali bersemangat untuk menulis.

Sumber ide bisa kita peroleh misalnya dari beragam jenis buku, majalah, koran, tabloid, media sosial, dan beragam kejadian yang ada di sekitar kita. Tugas seorang penulis ialah berusaha menangkap ide-ide tersebut, lalu segera menuliskannya. Atau bila belum sempat menuangkannya dalam tulisan karena sedang disibukkan aktivitas lain, maka alangkah baiknya kita catat ide tersebut dalam buku atau draf ponsel. Tujuannya tentu agar kita tidak lupa. Karena yang namanya ide bisa datang dan kita temukan di setiap waktu. Bila kita tidak rajin menuliskannya, maka akan tertimbun oleh ide-ide baru lainnya, dan risiko lupa tentu lebih besar.

BACA JUGA  Sastra Terjemahan: Dari Diplomasi Kultural Hingga Soal Garapan

Hal tak kalah penting yang harus diperhatikan oleh setiap penulis ialah hindarilah melakukan tindakan menjiplak atau memplagiasi karya orang lain. Plagiat merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji dalam dunia kepenulisan dan dapat menghancurkan reputasi kita.

Ide juga bisa dengan mudah diperoleh saat kita sedang melakukan suatu perjalanan. Baik perjalanan dalam durasi pendek maupun panjang. Misalnya, ketika hendak pergi ke pusat kota untuk kepentingan berbelanja, di tengah jalan kita melihat kejadian unik yang menarik untuk segera dituliskan. Kejadian unik di sini, menurut saya, tidak harus selalu yang ‘wah’ tapi bisa berawal dari hal-hal sederhana.

Menemukan Ide Menulis

Ketika sedang bepergian, saya pun telah terbiasa mempraktikkan hal tersebut. Di sepanjang jalan yang saya lewati, saya berusaha membuka lebar mata dan telinga, berharap menemukan ide tulisan yang menarik. Beberapa kali saya membuat tulisan yang berawal dari perjalanan yang saya lakukan. Misalnya, ketika suatu hari saya bepergian, di tengah jalan saya harus berhenti dengan para pengendara lain karena ada lampu merah.

Nah, pada saat itulah saya melihat seorang pedagang ikan hias yang mengendarai sepeda motor. Saya merasa iba dengan aneka ikan hias yang ditaruh di dalam plastik bening berisi air dan dicantelkan di kayu jok motor tersebut. Ah, betapa malang nasib ikan-ikan tersebut terkungkung dalam plastik sempit dan membuat mereka tak bisa bergerak dengan leluasa dan kemungkinan juga susah bernapas. Belum lagi saat motor melaju kencang, tubuh ikan-ikan tersebut akan terombang-ambing dan membuatnya kacau dan stres.

Lantas, saya pun menjadikan ikan hias yang saya lihat tersebut sebagai ide tulisan. “Sepasang Ikan Koki”, itulah judul tulisan berupa cerita pendek untuk anak, yang berkisah tentang persahabatan ikan koki yang harus menjalani kehidupan di tengah-tengah pedagang ikan hias. Perasaan saya tentu plong, lega, dan bahagia saat berhasil menuliskan ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Kebahagiaan semakin bertambah saat tulisan tersebut dimuat di koran Kedaulatan Rakyat, salah satu koran lokal di wilayah Jawa Tengah, tepatnya di daerah Yogyakarta, 10 Agustus 2014 silam.

Selain ide tentang ikan hias tersebut, tentu masih banyak ide-ide yang saya dapatkan di lingkungan sekitar yang berhasil saya tuliskan dan dimuat di sejumlah media massa. Kesimpulannya, ide tulisan tersebar di mana-mana. Tugas kita sebagai penulis adalah menangkap dan mengikatnya menjadi beragam jenis tulisan yang tak hanya menghibur tapi juga bermanfaat bagi para pembaca.

Oleh: Sam Edy Yuswanto

Penulis, adalah S1 PAI (alumnus STAINU, Fak. Tarbiyah, Kebumen).

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru