30.8 C
Jakarta

Ibu Sebagai Madrasah Penangkal Paham Radikal Sejak Dini

Artikel Trending

KhazanahPerspektifIbu Sebagai Madrasah Penangkal Paham Radikal Sejak Dini
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam sistem keluarga, sosok ibu memiliki andil yang sangat besar untuk keberlangsungan keluarganya. Baik dari sistem pendidikan, kebersamaan, sampai dengan kebahagiaan dalam rumahnya.

Sederhananya, Ibu menjadi madrasah dalam menjaga kestabilan lingkungan keluarganya. Itulah mengapa banyak yang mengatakan bahwa keharmonisan dalam rumah tangga akan selalu terjaga, ketika seorang ibu mampu memberikan edukasi yang benar dan tepat kepada keluarganya.

Hal ini tentu tidak beralasan, sebab selain menjadi orang tua, sosok ibu adalah al ummu madrasatul ula, sebagai sekolah utama dan pertama bagi anaknya. Apabila seorang dibekali ilmu dan pemahaman yang baik, maka sama halnya sudah mempersiapkan generasi bangsa yang baik sejak dari dini.

Lebih-lebih fakta juga menyebutkan bahwa seorang akan dengan mudah menghafal dan mengingat ketika diajarkan usia dini dibandingkan ketika menginjak usia dewasa.

Perihal inilah yang seharusnya dimanfaatkan ibu dalam mendidik anaknya sejak dari dini. Di mana untuk menjadi generasi yang santun dan cerdas, edukasi tentang keagamaan dan kebangsaan harus seimbang. Dengan tujuan agar ketika dewasa dirinya tidak gampang termakan oleh paham-paham radikal yang mulai mengganggu kenyaman bangsa Indonesia.

Fakta lain mengapa seorang ibu harus selalu mengawasi anaknya ialah  bahwa radikalisme merupakan embiro lahirnya terorisme. Dengan kata lain apabila seorang anak tidak memiliki bekal yang cukup tentang keindonesiaan dan keagamaan  dalam zona kehidupan berosial, maka ia akan dengan mudah terseret dalam lubang terorisme.

Dalam surah al Tahrim ayat ayat 6 digambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus dimulai dari rumah. Seluruh pendidikan maupun keteladanan yang ibu berikan kepada anak harus menjadikan anaknya sebagai manusia yang salih yang terhindar dari malapetaka, baik di dunia maupun akhirat.

Dan pendidikan yang harus diberikan ialah wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan yang moderat, toleran, dan mengenalkan Islam yang rahmatal lil ‘alamin. Selain itu ia juga harus memahami atau belajar al-Quran secara komprehensif, wawasan sejarah (bangsa dan agama) serta berdakwah dan bermasyarakat.

BACA JUGA  Mensterilkan Generasi Muda dari Jeratan Paham Radikal

Ketika pola pendidikan yang demikian kompleks ini diberikan dalam keluarga tentu seorang ibu akan melahirkan generasi yang santun dan siap menjaga keutuhan NKRI.  Sebab, pemahaman tersebut mengajari tentang cinta, kebersamaan, dan kepekaan terhadap lingkungan.

Ketika seorang anak yang masih kecil sudah diajarkan pentingnya toleransi dan indahnya kebersamaan, tidak menutup kemungkinan, benih-benih cinta dan sikap untuk menjaga akan senantiasa ada dalam lubuk hati sejak ia masih kecil.

Ketika seorang anak sudah diajarkan yang positif-positif dalam memahami keagamaan dan kebangsaan, maka ketika menginjak usia sekolah/remaja, ia akan bisa mengedepankan sikap perdamaian untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Tentunya pola pemikiran radikal dan intoleran tidak akan masuk dalam lingkup kehidupan yang demikian. Karena dirinya sudah menyadari betapa pentingnya menjaga bangsa Indonesia.

Dari sini sudah semestinya seorang ibu senantiasa membangun komunikasi dengan baik, kepada anak dan orang-orang yang ada di sekitar. Sebab, inilah yang kemudian akan di tiru oleh anak-anaknya.

Seperti misalnya seorang ibu mengajarkan tentang memberi kepada orang lain, ketika seorang anak mengerti/melihat ajaran tersebut, tidak menutup kemungkinan akan menirunya. Kepekaan inilah yang akan menjadi modal utama dalam mendidik anak yang cerdas beperillaku dan bersosial dengan baik.

Ajarilah anak nilai-nilai perdamaian sejak dini, maka esok ia akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Sebuah kebahagiaan yang tidak pernah memandang apapun, termasuk perbedaan pandangan dan keagamaan. Karena dirinya sudah menemukan cinta sejati di lubuk hatinya, yaitu penting cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia.

Dari ajaran perdamaian sejak dini inilah seorang anak akan tumbuh menjadi manusia yang dermawan, baik hati, suka menolong, serta selalu menjaga ikatan kebersamaan.

Inilah yang sebenarnya menjadi inti perdamaian, di mana penanaman nilai kepada anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan cara berpikirnya yang bisa menghargai orang-orang yang ada di sekelilingnya. Hingga seorang menyadari yang paling utama dalam hidup adalah saling memanusiakan sesama manusia.

Suroso, S.Ag
Suroso, S.Ag
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru