28.8 C
Jakarta

Hati-hati Lebaran Dijadikan Momentum Politik yang Tidak Sehat!

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanHati-hati Lebaran Dijadikan Momentum Politik yang Tidak Sehat!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Harus banyak bersyukur umat Islam ini dapat merayakan lebaran Idul Fitri tanpa menjaga jarak (social distancing) seperti dua tahun yang lalu. Lebaran tahun ini penuh dengan kebebasan sehingga dapat menikmati suasana lebaran dengan “enjoy“. Ini adalah karunia atau rezeki dari Tuhan yang harus dijaga. Jangan sampai umat ini kufur.

Bertepatan dengan suasana lebaran kemarin PDI-P mencalonkan Ganjar sebagai calon presiden 2024. Ganjar bakal melawan Anis yang dideklarasikan oleh Partai NasDem beberapa bulan yang lalu. Di tengah hiruk-pikuk perpolitikan negara ini, bangsa Indonesia jangan sampai melupakan susana lebaran yang biasanya dibingkai dengan saling memaafkan.

Memaafkan satu sama lain adalah ajaran Islam yang disampaikan kepada pemeluknya. Umat ini pasti memiliki salah yang berhubungan dengan sesamanya. Maka, saling memaafkan adalah cara yang tepat untuk memaklumi kesalahan orang lain sebagai saudaranya. Sehingga dengan cara itulah, mereka saling menyadari bahwa tiada yang sempurna pada diri manusia.

Selepas saling memaafkan, maka tidak boleh ada dendam yang masih menempel dalam hati, meski sekecil apapun. Begitu dosa itu udah bersih, maka jangan kotori lagi hati dengan dosan yang sama lagi. Menghadapi pesta politik 2024 umat ini tetap sportif. Jangan sampai politik menjadi dalang yang mengantarkan melakukan dosa. Ikuti Nabi Muhammad Saw. dalam berpolitik. Nabi tidak pernah mengorbankan kemanusiaan demi politik.

BACA JUGA  Ketika Negara Tidak Mau Ikut Campur Soal Agama

Bukti, bahwa Nabi tidak pernah mengorbankan kemanusiaan demi pernah politik adalah beliau menghindari dosa-dosa sosial, seperti saling mencaci, saling menfitnah, dan saling bermusuhan. Karena, kemanusiaan itu berada di atas kepentingan politik yang bersifat sementara. Maka, jangan sampai umat ini terpecah-belah karena politik seperti yang terjadi pada pesta politik 2019. Pada tahun itu umat ini terpecah menjadi dua kubu: kubu cebong dan kubu kampret.

Perpecahan umat ini memperlihatkan pesta politik di negara ini kurang sehat. Seharusnya politik itu mempersatukan yang terpecah, bukan memecahkan yang bersatu. Islam tidak menghendaki perbuatan yang menyebabkan timbulnya perpecahan. Disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 103: “Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan bercerai berai!”

Umat ini harus selalu mengedepankan kemanusiaan di atas kepentingan politik. Karena, tujuan perpolitikan itu tak lain dan tak bukan hanya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dengan membela yang tertindas dan lemah. Lihat saja bagaimana Islam hadir untuk menolak politik patriarki bahwa siapapun, laki-laki dan perempuan, yang punya jiwa leadership bisa menjadi pemimpin.

Sebagai penutup, jadikan lebaran ini sebagai momentum untuk saling melupakan kesalahan sesama dengan saling memaafkan. Pesta politik tetap digelar, tapi jangan lupa tetap mendahulukan kepentingan kemanusiaan daripada kepentingan politik. Maka, negeri ini akan damai dan sejahtera.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru