31.2 C
Jakarta

Fitnah Salafi-Wahabi di Tengah Kita, Hati-hati!

Artikel Trending

EditorialFitnah Salafi-Wahabi di Tengah Kita, Hati-hati!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebuah poster beredar di media sosial yang isinya melarang peringatan Maulid Nabi Muhammad. Dalam poster tersebut dikatakan, peringatan Maulid Nabi hukumnya bid’ah. Ditegaskan, dalam poster tersebut, “Yang Merayakan Maulid Nabi Ternyata Mengikuti Napoleon Bonaparte”. Pengunggah gambar tersebut adalah akun atas nama Pembelajar Cinta Sunnah. Jelas, semua yang ada dalam poster tersebut adalah fitnah. Fitnah dari Salafi-Wahabi.

Mereka mengutip Al-Jibrati, ulama mereka, yang berkata:

Perancis membantu (perayaan Maulid Nabi) itu karena mereka melihat acara tersebut telah keluar dari syariat Islam. Di dalamnya ada campur-baur pria dan wanita, nafsu syahwat, dan musik serta perkara-perkara haram lainnya.”

Sebagaimana lumrah, setiap bulan Rabiul Awal, masyarakat Islam di Indonesia menyemarakkan perayaan Maulid Nabi. Selain sebagai adat menghormati hari kelahiran Rasulullah, tradisi Maulid Nabi sudah menjadi adat lokal yang setiap daerah menggelarnya sesuai daerha masing-masing. Yang jelas, Maulid Nabi bukan ajang campur-baur laki dan perempuan seperti yang difitnahkan para Salafi-Wahabi tersebut. Itu sama sekali tidak benar.

Sebagai sebuah tradisi, perayaan Maulid Nabi lumrahnya penuh dengan simbol-simbol yang merepresentasikan kecintaan kepada Nabi. Aneka buah-buahan, misalnya, yang ditaruh di tengah jemaah, adalah simbol bahwa ketika Nabi lahir, semesta menyambut dengan berbagai keitimewaan dan daerah Arab dari tandus jadi makmur. Pembacaan barzanji, syair-syair pujian kepada Nabi, sama sekali tidak mengandung unsur syirik sebagaimana yang dituduhkan Salafi-Wahabi.

Redaksi Harakatuna mengadakan riset kecil-kecilan, sejak awal bulan Rabiul Awal ini, kepada warga NU dan Muhammadiyah. Meskipun warga Muhammadiyah tidak merayakan Maulid Nabi, tapi mereka tidak mengharamkan apalagi sampai memurtadkan pelakunya. Warga NU sendiri tidak ada yang menjadikan Maulid Nabi sebagai pengultusan, melainkan penghormatan sebagai wujud rasa cinta dan berharap syafaat dari Nabi Muhammad.

Tetapi kenapa Salafi-Wahabi seperti gatal-gatal kalau tidak mengafirkan orang, bahkan yang sesama Muslim?

Mirisnya, Salafi-Wahabi punya kedok yang sangat buruk tentang pengharaman Maulid Nabi itu sendiri. Menurut mereka, mereka melakukan itu agar umat Islam tidak terjebak ke lembah bid’ah yang tidak diajarkan Nabi. Bukankah aneh seseorang mengaku cinta sunnah tapi sekaligus membenci pelaku sunnah? Bukankah dari Rasulullah sunnah itu berasal? Lalu kenapa mereka mengharamkan penghormatan kepada Nabi? Tidak masuk akal.

BACA JUGA  Kelompok Rentan Harus Jadi Prioritas Utama dalam Pencegahan Terorisme

Namun, perdebatan seputar Maulid Nabi sudah selesai dalam perdebatan para ulama di Indonesia. Keputusan tengahnya adalah, yang meu menggelar Maulid Nabi silakan, dan yang tidak mau tidak perlu mengafirkan sesama. Sampai akhirnya Salafi-Wahabi datang dari Arab Saudi, dan dengan tidak tau malu memecah-belah umat Islam di Indonesia. Akhirnya, di media sosial, Maulid Nabi jadi bahan olokan antarsesama, yang berbahaya bagi agama dan negara.

Perdebatan tentang Salafi-Wahabi sangat panjang, dan Redaksi Harakatuna mempersilakan para pembaca sekalian untuk berkontribusi melawan fitnah-fitnah mereka. Mereka kini bertebaran di Indonesia, makan dan berak di bumi Indonesia, tapi mengafirkan seluruh penduduk Indonesia yang tidak sepemahaman dengan mereka. Ini sangat rentang memecah persatuan. Jadi kepentingan melawan mereka adalah untuk bangsa tercinta, dan tentu saja Islam pula.

Sebulan ke depan, akan semakin banyak narasi sejenis yang intinya merusak keharmonisan sesama warga negara. Salafi-Wahabi memang bertujuan menebarkan fitnah untuk melahirkan pepecahan bangsa. Maka, sudah selayaknya sebagai warga yang mencintai agama dan negara, umat Islam di Indonesia harus bersatu untuk melawan fitnah mereka. Pemurtadan tidak bisa dibiarkan, itu sangat mengganggu keharmonisan.

Jadi, siapkan para pembaca sekalian untuk membendung arus fitnah tersebut?

Selain itu, pemerintah juga harus bersikap dengan tegas, untuk menindak pihak-pihak yang menimbulkan keresahan. Salafi-Wahabi adalah sama posisinya dengan Belanda di masa lalu. Bedanya, Belanda menjajah Indonesia untuk direbut negaranya, sementara Salafi-Wahabi menjajah Indonesia untuk menghancurkan keberagamaan Indonesia yang moderat, santun, menerima perbedaan pendapat, dan tidak suka mengafirkan.

Maulid Nabi, sebagai sebuah tradisi, dibiarkan eksistensinya. Yang setuju silakan merayakan, dan yang tidak setuju tidak perlu memfitnah dan memantik keresahan. Sementara itu, seluruh umat Islam di Indonesia harus berdiri kokoh untuk melawan fitnah Salafi-Wahabi. Dan yang terakhir, pemerintah melalui aparat keamanan harus bertindak tegas kepada mereka yang berusaha menjajah keharmonisan bangsa. Langsung dimasukkan ke dalam penjara selamanya. []

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru