27.4 C
Jakarta

Eksis dalam Dunia Kepenulisan Itu Asyik, Lho!

Artikel Trending

KhazanahLiterasiEksis dalam Dunia Kepenulisan Itu Asyik, Lho!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kegiatan menulis sudah tidak jarang didengar karena sejak dini kegiatan ini memang sudah diajarkan, baik itu di rumah oleh orang tua ataupun di sekolahan. Karena sudah sering didengar, kegiatan ini saya kira tidak memerlukan penjabaran secara luas lagi.

Entah sejak kapan menyukai kepenulisan, hingga sekarang bisa membuat beberapa tulisan di platform media yang membuka tulisan lepas bagi siapa saja yang mau menulis baik itu opini, berita atau ulasan-ulasan. Mungkin juga rasa suka saya berawal sejak sekolah dasar kala itu.

Saya masih ingat, waktu masih sekolah dasar saya pernah ikut lomba calistung (membaca, menulis dan menghitung) yang biasa diadakan kalau nggak salah setiap tahun.

Hampir setiap sore belajar dan belajar di rumah guru, hujan atau panas sepertinya bukan halangan karena harus tetap hadir untuk belajar.

Sampai saatnya berangkat untuk perlombaan, dari sekolahan mengambil empat delegasi, di antaranya saya. Singkat cerita perlombaan selesai dan kami kembali pulang ke sekolah.

Selang beberapa hari, ucap guru saya pengumuman perlombaan sudah diumumkan dan dari sekolah saya tidak ada satupun yang lolos jadi pemenangnya.

Sedih? Jelas dong tapi pelipur laranya kami dibelikan jajanan oleh guru yang biasa mengajari kami setiap sore.

Cikal bakal suka kepenulisan mungkin diawali sejak sekolah dasar waktu ikut perlombaan itu, walaupun belum ada kesempatan lolos tapi saya yakin ini adalah jembatan saya untuk sekarang dapat menulis.

Jauh setelah perlombaan itu saya tidak pernah menulis apapun lagi, hanya sekedar coretan curhatan sebagai anak pondok waktu Aliyah, itupun karena keterbatasan media akhirnya saya menggunakan buku tulis.

Seperti pada umumnya pondok pesantren yang masih menerapkan larangan membawa barang elektronik bagi santrinya, saya pun tidak bisa membawa hp atau laptop untuk browsing atau upload story di media sosial.

Jadi, untuk menghabiskan waktu kosong libur weekend paling sering membaca novel sampai berlembar-lembar.

Terasa sekali waktu itu suka membacanya walaupun baca novel yang bergenre romance, karena sangat menarik dalam cerita ataupun kata-kata puitis yang digambarkan dalam dialognya oleh sang penulis.

Jika menarik dari kejadian-kejadian sebelumnya yang pernah saya alami atau connecting the dot, sekarang saya bisa menulis beratus-ratus kata itu dari kesukaan saya menulis curhat dan membaca buku. Kalau bukan dari situ dari mana lagi?

Hal yang sering dianggap remeh sekalipun itu bisa saja ada hikmah di dalamnya yang dapat diambil sebagai pelajaran. Menulis curhat di buku diary, apakah mungkin ke depannya jadi penulis atau bakal suka menulis? Mungkin iya mungkin tidak.

BACA JUGA  Sastra Terjemahan: Dari Diplomasi Kultural Hingga Soal Garapan

Membaca buku, novel, koran atau majalah, apakah memungkinkan bisa menjadi seorang penulis lantaran banyak membaca? Bisa jadi iya atau juga tidak.

Tapi semua itu tidak ada yang tidak mungkin selagi mau belajar dan berusaha. Sekalipun orang tanpa ada rekam jejak yang dulunya pernah ikut lomba, atau pernah menulis juga bisa saja menuangkan gagasan dan idenya untuk dinikmati oleh orang banyak.

Saya juga pernah mengalami kegagalan sampai tiga kali, setelah mengirim tulisan di salah satu media yang membuka tulisan dari penulis lepas, kemudian saya mendapat respons. Sayangnya responsnya tidak baik, tulisan saya tertolak.

Menyerah? Jelas tidak dong! Saya mencoba di kali keempat, akhirnya bisa tembus dan diterbitkan setelah selang lima hari. Bukan hal mudah tapi bukan sesuatu yang sulit juga. Asalkan mau terus mencoba dan jangan lupa belajar dari kesalahan untuk terus memperbaiki, semuanya akan bisa.

Mungkin saja di kali pertama dan kedua itu adalah ujian dari Allah yang mau melihat seberapa besar usaha saya untuk bisa menulis dan ingin bisa diterbitkan oleh redaksi. Sampai dengan kali keempatnya, Allah izinkan tulisan saya untuk terbit dan mengizinkan saya untuk sampai sekarang menulis.

Pentingnya berkhusnudzon kepada
Pentingnya berhusnuzan kepada Allah swt yang dengan rahmat-Nya sampai detik ini bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, diiringi rasa syukur juga. Karena itu, libatkan semua kegiatan dan aktivitas termasuk ketika ingin menulis juga dengan Allah, harapannya agar dipermudah dan berdampak baik bagi diri sendiri ataupun orang lain.

Pentingnya berhusnuzan kepada Allah swt yang dengan rahmat-Nya sampai detik ini bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, diiringi rasa syukur juga. Karena itu, libatkan semua kegiatan dan aktivitas termasuk ketika ingin menulis juga dengan Allah. Harapannya, agar dipermudah dan berdampak baik bagi diri sendiri ataupun orang lain.

Dan yang paling penting dari sebuah tulisan dapat bermanfaat bagi orang lain, seperti makalah yang mengatakan khairun nas anfa’uhum lin nas yang artinya sebaik-baiknya manusia ialah yang bisa bermanfaat bagi sesama.

Mari kita lebih meningkatkan lagi minat membaca dan menulisnya untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dan jangan lupa untuk terus belajar diiringi dengan mengharap ridho-Nya. Salam hammasah!

Yusuf Elhakim
Yusuf Elhakim
Penulis lepas yang suka berbagi isi kepala

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru