27.3 C
Jakarta

Darurat Bencana: Indonesia Tidak Butuh Khilafah Sebagai Solusi

Artikel Trending

KhazanahTelaahDarurat Bencana: Indonesia Tidak Butuh Khilafah Sebagai Solusi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Bulan Desember sebagai bulan penutup dari tahun 2021 menjadi bulan ciamik dengan polesan narasi yang dibangun oleh para penjual khilafah, yakni tagar Indonesia darurat bencana, butuh kepemimpinan luar biasa.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam setiap kegentingan yang terjadi, apalagi kesalahan disebabkan oleh pemerintah, kelompok radikal pasti mengaitkannya dengan khilafah. Seolah tidak akan pernah berhenti, narasi yang didengungkan oleh kelompok ini sudah jelas, pendirian negara khilafah adalah solusi.

Apa yang disoroti dari topik diatas? Tidak lain adalah bencana yang terjadi pada gunung Semeru beberapa waktu lalu, serta beberapa bencana yang tidak diberikan peringatan dini oleh pemerintah adalah alasan bahwa kepemimpinan luar biasa dalam bentuk khilafah solusi dari segala permasalahan yang terjadi di dunia ini.

Akhlak menjaga lingkungan adalah tugas manusia

Menafikkan adanya berbagai kegiatan yang merusak lingkungan tidak bisa dibenarkan. Apalagi menihilkan peran pemerintah yang melakukan perbuatan itu. Sebab jika kita lihat, betapa banyak hutan ditebang untuk pembangunan dan infrastrukur. Barangkali lingkungan juga jenuh dengan segala aktifitas manusia yang mengatasnamakan pembangunan untuk kemashlahatan rakyat.

Bumi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Kalimat tersebut perlu kita ingat bahwa seyogyanya, bumi adalah satu-satunya tempat manusia di bumi untuk hidup. Ketika bumi dirusak oleh manusia, dampaknya kepada manusia itu sendiri.

Dalam Islam sendiri, menjaga bumi adalah perintah manusia sebagai khalifah di bumi. Relasi antara manusia dengan Allah, manusia antar manusia serta manusia dengan alam, perlu kiranya untuk telaah lebih jauh, serta merupakan perenungan kepada kita betapa kompleksnya Islam mengatur kehidupan manusia.

Tanah, air dan tumbuhan adalah unsur yang dibutuhkan oleh manusia. Salah satu faktor besar ketika terjadi banjir adalah kurangnya tumbuhan yang dapat menampung air. Volume air yang begitu banyak, tidak bisa diserap oleh tumbuhan yang sedikit. Sedangkan beberapa fenomena belakangan ini, penggundulan hutan, penebangan pohon yang dilakukan secara besar-besaran dilakukan untuk pembangunan infrastruktur. Lalu ketika gedung-gedung tinggi sudah dibangun? Mau dibawa kemana air yang begitu banyak ketika curah hujan yang tinggi?

BACA JUGA  Pesan untuk Anak Muda: Tren Kampanye Tiktok Perlu Disikapi dengan Kritis

Berbagai kritik yang dilakukan oleh kelompok sipil kepada pemerintah terhadap perampasan lahan, penebangan hutan, serta berbagai kegiatan lain yang merusak alam untuk kepentingan pembangunan, sudah dilakukan. Para kelompok sipil justru melakukan upaya penghijauan. Paling sederhana menanam pohon, tidak menggunakan plastik, hingga berbagai upaya secara kolektif untuk menjaga alam dan lingkungan. Uniknya, tidak ada satupun dari kritik yang disampaikan oleh mereka menyinggung pendirian negara khilafah, bahkan sama sekali tidak ada pembahasan itu.

Ini artinya, khilafah tidak lebih dari politik yang mengatasnamakan Islam, bukan kemashlahatan! Namanya politik, pasti akan menghalalkan segala untuk mencapai tujuannya tersebut, termasuk mengambil alih peran pemerintah resmi dengan menjanjikan kemakmuran.

Ibarat iklan sebuah produk, kelompok radikal tidak lebih dari sekedar team marketing yang terus mempromosikan khilafah agar laku di hadapan masyarakat. Begitulah kiranya untuk menggambarkan, betapa tidak masuk akalnya narasi yang disampaikan oleh kelompok radikal ini dalam merespon adanya bencana.

Stop pembahasan khilafah, ia bukanlah solusi

Bukan kelompok radikal namanya, jika diam ketika ada masalah. Bukannya malah membantu, justru malah sibuk merubah negara. Alasan pastinya adalah pemerintah yang gagal dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan negara.

Dulu, waktu masih tingginya kasus Covid-19 yang menghantui masyarakat, kelompok radikal juga sibuk mengubah negara ini menjadi negara khilafah. Alasannya tidak lain adalah kegagalan pemerintah dalam menangani Covid-19. Pada intinya, segala ihwal yang menjadi kesalahan pemerintah, adalah lahan apik buat kelompok radikal dalam menyebarkannya,

Sebaiknya, daripada sibuk-sibuk menyalahkan sistem pemerintahan yang tidak bisa mengelola negara dengan baik dengan alasan banyaknya bencana, dan masalah yang mengintai lainnya. kelompok ini seharusnya sibuk untuk melakukan penghijauan berkelanjutan. Menerapkan apa yang diajarkan oleh Islam, menjaga lingkungan, alam agar bisa dimanfaatkan oleh anak cucu dengan baik, bukan malah sibuk berdebat soal khilafah.

Bayangkan saja ketika kelompok masyarakat sipil sibuk untuk melakukan berbagai kegiatan untuk menghijaukan alam, sedangkan kelompok ini sibuk menyalahkan negara dan ngotot tegaknya khilafah. Siapa sebenarnya yang benar-benar menerapkan ajaran Islam? Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru