Harakatuna.com. Majalengka – Penyebaran paham radikal terorisme di Indonesia bisa ditekan melalui kolaborasi dalam pemberdayaan ekonomi masayarakat, terutama kepada mitra deradikalisasi.
Demikian dikatakan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (Sestama BNPT), Bangbang Surono, dalam keterangannya terkait survei lokasi lahan perkebunan tebu di Majalengka, Provinsi Jawa Barat, pada Minggu (19/2/2023).
“Kami ingin berkolaborasi, kami ingin bersinergi, kami ingin bekerja sama dalam rangka menekan angka radikal terorisme dari sisi pemberdayaan ekonomi” kata Bangbang Surono.
Sestama BNPT itu mengatakan, pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu upaya BNPT sebagai leading sector penanggulangan terorisme dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.
Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat ini, BNPT akan membangun kolaborasi dengan masyarakat maupun pelaku usaha, seperti Pabrik Gula Rajawali II di Majalengka.
“Nantinya sinergi antara masyarakat dengan Pabrik Gula Rajawali II dapat memberdayakan sektor ekonomi masyarakat sekitar dari perkebunan tebu sehingga tidak mudah disusupi paham asing yang tidak sesuai dengan Pancasila,” tutur Bangbang.
Selain itu, pemberdayaan ekonomi dinilai penting karena merupakan salah satu faktor pemicu seseorang terlibat aksi terorisme, di samping faktor ideologi.
Direktur Operasional PG Rajawali II, Adang Sukendar Djuanda menyambut baik inisiasi dari rencana kerja sama dengan BNPT.
Dia berharap pemberdayaan ekonomi dalam rangka penanggulangan terorisme dapat berjalan dengan baik di lahan perkebunan tebu ini.
“Lahan ini mutlak harus ditanami tebu sesuai dengan program dari pemerintah dan kami berharap kelanjutan (pertemuan) ini bisa berjalan dengan baik dan lancar,” ujar Adang.
Penanaman tebu dilandasi dengan adanya sertifikat Hak Guna Usaha dari pemerintah sebagai lahan tebu guna memenuhi kuota produksi gula dalam negeri.