29.2 C
Jakarta

Mewaspadai Dampak Serangan Iran-Israel di Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamMewaspadai Dampak Serangan Iran-Israel di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Aksi pembalasan Iran kepada Israel menyita perhatian banyak orang. Sebelumnya, pada 1 April Israel telah menembak Konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Serangan Israel telah menewaskan 16 orang, termasuk dua jenderal Iran. Dua jenderal Iran itu adalah Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan perwira tinggi Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi.

Latar Belakang Pembalasan Iran

Kemudian pada Sabtu malam (13/4), Iran membalas serangan Israel dengan dilatarbelakangi kecongkaan serangan Israel ke Iran tersebut. Sudah lama sebenarnya Israel telah melakukan ratusan serangan selama tahun-tahun terakhir ini di Suriah dan juga Palestina.

Banyak orang menyimpulkan mengapa Israel mengoperasikan serangan melulu di Suriah dan Palestina, karena Suriah dan Palestina terkait Iran. Dan benar saja, selama ini, Israel sedang gencar menyerang Jalur Gaza dan Israel butuh aman dari serangan proksi Iran.

Serangan Israel di Suriah telah menewaskan sejumlah orang yang tidak bersalah. Serangan Israel pada klan-klan penting Iran di Suriah juga dianggap sebagai “serangan teroris keji”. Peristiwa Sabtu malam (13/4) ini, penting untuk memahami serangan balasan Iran ke Israel. Serangan balasan tersebut didalangi oleh Israel meski Israel tidak membantah dan tidak juga mengonfirmasi tuduhan itu.

Pada Sabtu malam (13/4), waktu setempat, Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel sepanjang malam. Ini merupakan serangan langsung pertama Iran ke wilayah Israel. Sebuah serangan pembalasan terbaru Iran pada musuh bebuyutannya, meskipun keduanya telah bermusuhan selama beberapa dekade sejak Revolusi Islam di Iran tahun 1979. Pihak yang meluncurkan serangan adalah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Tumpang Tindih Informasi

Pada serangan ini ada tumpang tindih informasi. Menurut Iran serangannya tepat sasaran dan Iran tidak mau menyerang kembali asal tidak ada balasan dari Israel. Sementara pihak Israel mengatakan bahwa serangan Iran hampir semuanya, 99%, telah ditembak jatuh, dan serangan tersebut dianggap tidak berarti. Negara-negara Barat pun juga menyebut bahwa Israel telah menjadi negara kuat dan berdiri sendiri secara keamanan dan militer.

Namun meski serangan Iran ke Israel dianggap tidak berarti, Israel meminta PBB untuk segera mengadakan rapat dan meminta bantuan untuk tidak dilanjutkan serangan terhadap negaranya itu. Israel pun juga meminta negara-negara lain untuk mengecam tindakan Iran yang telah menyerang Israel. Akhirnya, serangan Iran tersebut menuai beragam reaksi dari para pemimpin dunia.

Kecaman Dunia Barat

Ada banyak yang ikut mengecam Iran. Misalnya Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, pada hari Minggu (14/4) mengkritik Iran atas serangan dronenya ke wilayah Israel. Ada juga pemerintah Prancis (Menteri Luar Negeri Prancis Stéphane Séjourné) dengan tegas mengutuk serangan udara Iran terhadap Israel. Ada juga Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, pada hari Minggu (14/4), mengatakan bahwa Iran “terkucilkan.” Ia menyerukan diakhirinya kekerasan di wilayah tersebut.

BACA JUGA  Melawan Otoritarianisme-Radikalisme dengan Tradisi Kritisisme

Kecaman juga lahir dari Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang memperingatkan Iran agar tidak melakukan serangan lebih lanjut terhadap Israel. Hal yang sama disampaikan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang mengecam tindakan Iran dengan alibi tindakan terbaru rezim Iran itu akan semakin mengacaukan stabilitas kawasan dan membuat upaya perdamaian yang langgeng menjadi semakin sulit.

Sementara pihak yang mendukung balasan Iran adalah negara-negara Timur Tengah, seperti Afghanistan, yang merupakan bagian dari pemerintahan Taliban. Negara ini mendukung Iran pada Sabtu (13/4), dengan menyatakan bahwa aksi Israel adalah “bentuk kelanjutan dari kejahatan mereka dan bertentangan dengan semua norma diplomatik dan hukum internasional” melalui serangan tanggal 2 April ke Konsulat Iran di Suriah, yang menewaskan 12 orang.

Mewaspadai Gerakan Radikal

Setelah Iran membalas dengan menggunakan haknya yang sah untuk membela diri dari Israel, Iran menyatakan bahwa negaranya tidak berniat untuk melanjutkan operasi militer terhadap Israel. Namun jika diperlukan, Iran tidak akan ragu untuk melindungi kepentingannya yang sah dari serangan baru.

Tapi yang menjadi perhatian khusus dari serangan Iran ke Israel adalah terjadinya ekskalasi berlebih dari umat Islam di seluruh dunia, utamanya yang berpaham radikal di Indonesia. Mereka bersemangat mendukung serangan Iran ke Israel untuk tetap dilanjutkan biar negara zionis tersebut lumpuh dan kemenangan berada di dalam pemerintahan Islam.

Gerakan-gerakan kelompok radikal di berbagai negara sedang merayakan pembalasan Iran terhadap Israel. Pembalasan Iran terhadap Israel seakan-akan mewakili dirinya untuk membalas kekejian Israel terhadap Palestina dan Suriah. Bahkan mereka seakan menghilangkan sekat-sekat teologi yang mereka wakilkan, yakni atara Sunni dan Syiah. Yang terpenting bagi kelompok ini adalah menyerang kepada mereka yang mencederai umat Palestina.

Jika eskalasi kelompok radikal terus membanjiri opini publik, bukan tidak mungkin kelompok-kelompok radikal yang telah pupus semangat dan riwayatnya akan bangkit kembali. Mengingat, yang bertarung hari ini antara negara berwajah muslim dan non-muslim. Antara negara di bawah kekuatan Amerika Serikat dan Timur Tengah. Antara negara yang bersistem syariat Islam dan sekuler-demokrasi. Dalam situasi ini, mari segera waspada.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru