32.5 C
Jakarta

Bahaya Brainwashing Radikalisme di Dunia Maya dan Strategi Penanganannya

Artikel Trending

KhazanahOpiniBahaya Brainwashing Radikalisme di Dunia Maya dan Strategi Penanganannya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Informasi telah menjadi hal yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Sejak dahulu, manusia telah mencari dan memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan memanfaatkan informasi, manusia mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga melahirkan berbagai perkembangan. Artinya, informasi menjadi elemen kunci dalam setiap peradaban manusia.

Stephen Hawking dalam bukunya yang terkenal, Brief Answers to the Big Questions (2018), membahas betapa pentingnya informasi dalam perkembangan manusia. Dia berpendapat bahwa kemampuan manusia untuk memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi adalah kunci dalam bertahan hidup, beradaptasi dengan lingkungan, dan memajukan peradaban.

Dalam ranah yang lebih jauh, kekuatan informasi juga dapat digunakan untuk mewujudkan berbagai kepentingan dengan mengendalikan persepsi masyarakat. Ironisnya, ternyata informasi dapat digunakan untuk memanipulasi dan mengontrol kelompok manusia lainnya untuk berbagai kepentingan.

Persepsi dan tindakan masyarakat dapat dikendalikan lewat penguasaan arus informasi yang mereka butuhkan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kontrol terhadap arus informasi memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk opini, sikap, dan perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat.

Di zaman modern saat ini, teknologi berkembang begitu pesat dan mampu membawa era baru dalam arus pertukaran informasi. Salah satu aspek penting dari perubahan ini adalah kemudahan akses informasi. 

Dengan hadirnya internet, informasi menjadi lebih mudah diakses dari berbagai latar belakang dan lokasi geografis. Ini membuka pintu bagi pertukaran informasi super cepat dan luas di seluruh dunia.

Namun perlu digarisbawahi bahwa teknologi itu hanyalah sebuah alat. Tergantung penggunaannya, teknologi akan membawa dampak yang berbeda pula. Kemudahan akses informasi dapat dimanfaatkan untuk membangun peradaban manusia menjadi lebih baik jika digunakan oleh orang yang tepat. Namun di sisi yang lain akses informasi yang cepat juga dapat membawa dampak buruk jika digunakan untuk melakukan kejahatan seperti indoktrinasi radikalisme.

Internet memberikan celah menguntungkan bagi kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi ekstrem mereka serta menguatkan basis kekuatannya. Lewat platform daring, mereka menyebarkan informasi sesat, mempropagandakan kebencian, dan merekrut anggota baru secara cepat dengan skala yang luas. Lewat fitur anonimitas dan filter bubble, kelompok radikal mampu menyasar audiens yang rentan dengan efektif dengan aman.

Ancaman nyata memang selalu membayang-bayangi kita saat ini yang tidak bisa terlepas dengan dunia maya. Hasil temuan pemantauan BNPT bersama pemangku kepentingan lainnya, mereka menemukan 650 situs dan akun di dunia maya yang berpotensi menyebarkan paham radikal, termasuk informasi sesat, konten anti-NKRI, anti-Pancasila, intoleran, dan paham takfiri.

Sebuah temuan yang mengejutkan bukan? Fakta ini memperlihatkan bahwa kita terus diintai oleh kelompok radikal setiap harinya.

Media digital memang memberikan akses yang mudah bagi kelompok-kelompok radikal untuk memanipulasi informasi sesat dan menyebarkan paham radikal mereka. Dengan kemudahan akses dan anonimitas yang ditawarkan, mereka menyebarkan narasi yang tendensius dan mengubah persepsi masyarakat.

Mereka memanipulasi informasi untuk menyebarkan propaganda, memanipulasi gambar dan video, serta menyebarkan informasi palsu yang mendukung agenda mereka. Konten media sosial radikal tidak hanya menyebarkan pesan, tetapi juga secara aktif memanipulasi psikologi penontonnya untuk secara bertahap mengubah pandangan mereka.

Dengan terus menekankan dan mengulangi pesan-pesan radikal, konten tersebut dapat memengaruhi persepsi dan sikap penonton. Teknik-teknik psikologis seperti repetisi, framing, dan penekanan emosional digunakan untuk merangsang reaksi emosional dan kognitif yang kuat. Sehingga, menjadikan penontonnya menjadi berubah pola pikir dan karakternya—menjadi radikal.

BACA JUGA  Apakah Dakwah Harus Mengislamkan non-Muslim?

Perkembangan teknologi dan informasi ternyata bagaikan pedang bermata dua. Pemanfaatan teknologi informasi di satu sisi memberikan keuntungan bagi kelompok radikal untuk memperkuat basis mereka. Maka, perlu langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pengendalian dan pemantauan informasi di ruang digital harus menjadi prioritas untuk mencegah penerima informasi terpapar informasi menyesatkan.

Peran Jurnalistik Digital

Sebagai langkah antisipasi indoktrinasi radikalisme di ruang digital, langkah untuk mengendalikan arus perputaran informasi menjadi sangat penting. Ruang digital harus dipastikan menjadi lingkungan yang aman dan bermanfaat bagi penggunannya dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

Kegiatan jurnalistik digital menjadi langkah penting yang menawarkan solusi efektif, yakni bagaimana informasi yang disampaikan kepada publik itu tidak mengandung ancaman atau paham berbahaya.

Memang dalam kenyataan paham-paham radikal yang menyebar di media digital sulit sekali dibendung. Namun langkah-langkah strategis tetap harus dijalankan agar kerusakan akibat informasi menyesatkan tidak semakin besar.

Seperti yang kita ketahui, jurnalistik digital melibatkan penyampaian berbagai peristiwa, gagasan, dan isu-isu penting kepada masyarakat yang mencakup berbagai jenis media digital, seperti website, media sosial, podcast, video daring, dan aplikasi berita.

Dengan akses yang luas terhadap sumber informasi dari platform daring, jurnalistik digital memiliki kekuatan besar untuk meminimalisir konten yang berisi paham radikal. Para jurnalis mampu melakukan penyelidikan mendalam untuk memverifikasi kebenaran informasi, yang mendorong perkembangan masyarakat melalui pendidikan literasi digital. Pendidikan literasi digital diperlukan agar masyarakat dapat berpikir secara kritis terhadap informasi yang mereka temui.

Sejalan dengan pemikiran Joseph Pulitzer, seorang jurnalis terkenal pada abad ke-19, bahwa “jurnalistik harus menjadi kekuatan untuk kebaikan dalam masyarakat, sebuah agen untuk mendorong perkembangan yang positif, dan sebuah alat untuk melawan ketidakadilan serta mempromosikan keadilan.”

Jurnalistik dapat memicu perkembangan masyarakat menuju ke arah kemajuan dan perubahan yang positif lewat informasi bermanfaat. Mereka juga dapat mendorong masyarakat untuk berperilaku baik dengan melawan informasi yang menyesatkan.

Setidaknya ada dua keunggulan penerapan jurnalistik digital untuk melawan indoktrinasi radikal di dunia maya. Pertama, jurnalistik menyelidiki dan memverifikasi kebenaran informasi yang disajikan oleh kelompok radikal. Para jurnalis menyelidiki fakta-fakta dan mengumpulkan bukti-bukti yang kuat sebelum menyampaikan informasi kepada publik. Penyelidikan itu pun juga bersifat objektif, tanpa terpengaruh pandangan politik atau ideologi tertentu sehingga fakta yang ditampilkan bersifat netral.

Kedua, jurnalistik mampu memberikan pendidikan literasi digital kepada masyarakat. Jurnalistik mampu membuka wawasan masyarakat terhadap isu-isu penting dengan menyajikan informasi mendalam. Untuk melawan propaganda radikalisme, fungsi ini membantu masyarakat memahami ideologi dan paham-paham kelompok berbahaya, sehingga mereka dapat meresponsnya dengan bijak

Pembinaan generasi muda untuk terlibat dalam dunia jurnalistik digital merupakan solusi efektif melawan radikalisme digital. Mereka menjadi agen perubahan yang kuat dalam memerangi penyebaran ideologi radikal di dunia maya. Generasi muda memiliki akses dan pemahaman yang kuat terhadap teknologi digital, maka mereka berpotensi besar untuk memanfaatkannya sebagai alat untuk melawan radikalisme.

Muhamad Andi Setiawan
Muhamad Andi Setiawan
Sarjana Sejarah Islam UIN Salatiga. Saat ini aktif dalam mengembangkan media dan jurnalistik di Pesantren PPTI Al-Falah Salatiga.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru