31.5 C
Jakarta

Bagaimana Jika Pemilu Dikuasai oleh Kelompok Garis Keras?

Artikel Trending

KhazanahTelaahBagaimana Jika Pemilu Dikuasai oleh Kelompok Garis Keras?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com “Kekerasan dan kebencian dengan mengatasnamakan Tuhan adalah suatu tindakan yang sama sekali tidak bisa dibenarkan” (Paus Fransiskus).

Pernyataan tersebut disampaikan olehnya ketika berkunjung ke Benua Afrika untuk membantu mencari penyelesaian konflik antara Muslim-Kristen di benua tersebut. Pesan ini juga menjadi harapan kepada anak muda untuk terus menjaga perdamaian dan menjunjung persatuan dalam sebuah negara.

Berkaitan dengan pernyataan di atas, barangkali kita sangat perlu untuk merefleksikan kepada Pemilu 2024 yang akan datang dengan melihat berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan bisa menjadi salah satu cara kita untuk mengantisipasinya.

Jika semua masyarakat Indonesia dari berbagai kelompok menyadari bahwa pentingnya persatuan dan kesatuan pada tahun politik ini, maka kita akan menjunjung upaya-upaya yang akan merekatkan kebangsaan. Namun, bagaimana jadinya jika seandainya kelompok garis keras yang menguasai Pemilu pada tahun yang akan datang?

Siapa Kelompok Garis Keras?

R. William Liddle menyebut kebangkitan gerakan Islam di Indonesia dengan sebutan Islam skripturalis. Gerakan ini bangkit pasca-Orde Baru karena terciptanya keterbukaan dan kebebasan. Ia menyebut setidaknya ada tiga faktor bangkitnya Islam skripturalis.

Pertama, lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Kedua, kemungkinan aliansi politik antara kaum skripturalis dengan kelompok sosial lain yang sedang tumbuh. Ketiga, nafsu besar para politis ambisius untuk membangun basis massa.

Atas dasar ini, Liddle menjelaskan bahwa kelompok Islam tersebut tidak terlibat dalam kegiatan intelektual yang menyampaikan pesan-pesan Muhammad sesuai dengan kondisi sosial yang ada.

Akan tetapi, mereka cenderung berorientasi kepada syariat. Sehingga hal ini yang membuat masyarakat lebih menerima ajaran-ajaran yang mereka bawa, karena secara fatwa lebih jelas, halal-haram.

Sementara itu, menurut pandangan Liddle, gejala meningkatnya kelompok Islam garis keras ialah kemunculan organisasi yang kelihatannya lebih tegas dan keras, cenderung tanpa kompromi, untuk mencapai agenda-agenda tertentu berkaitan dengan kelompok Muslim tertentu, bahkan dengan pandangan dunia (world view) Islam tertentu sebagai sebuah agama.

BACA JUGA  Refleksi IWD: Menguatkan Peran Perempuan dalam Pemberantasan Terorisme

Kelahiran kelompok Islam garis keras bisa diketahui melalui nama-nama kelompok yang sangat kontroversial seperti Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad, Hizbullah (Partai Allah), Jundullah (Tentara Allah).

Gerakan kelompok Islam garis keras, khususnya dalam masa transisi politik, atau masa seperti sekarang ini, bisa menunjukkan kekuatannya sebagai daya tekan (oposisi) kepada rezim yang tidak aspiratif terhadap Islam.

Melalui narasi bahwa, Islam sudah menyediakan seperangkat aturan tentang pemerintahan melalui Al-Qur’an dan hadis, kelompok ini akan senantiasa mengajak masyarakat untuk bersama mengembalikan kejayaan di masa silam.

Dengan dalih bahwa Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk pemerintahan, perjuangan mereka berujung pada pengutamaan keterikatan pada formalitas ideologis teks “Islam politik”.

Bagaimana Bayangan Kita?

Sampai di sini, bagaimana pandangan kita tentang pemilu akan datang jika dikuasai oleh kelompok Islam garis keras? Kita yang saat ini berjuang untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan, sebagai bentuk nasionalisme, justru dikacaukan oleh narasi-narasi kebencian atas nama Tuhan yang dikuasai oleh kelompok garis keras.

Kita yang saat ini berjuang untuk terus menyebarkan narasi damai melalui penafsiran ayat-ayat Tuhan, dipatahkan oleh narasi yang menyerukan untuk kembali ke Islam, berdasarkan ayat-ayat Tuhan.

Jika Pemilu dikuasai oleh kelompok Islam garis keras, bukan kedamaian yang tercipta, bukan keamanan yang tercipta, justru sebaliknya. Kita akan perang dengan ayat-ayat Tuhan, saling mengacaukan satu sama lain, dan kita tidak bisa melihat Indonesia seperti saat ini.

Maka dari itu, jika kita tidak bisa mencegah keberadaan mereka, maka kesadaran tentang keberadaan kelompok Islam garis keras untuk diketahui, perlu disebarkan kepada masyarakat. Ini adalah bentuk jihad kita sebagai umat Muslim Indonesia yang berupaya menjaga kedaulatan tanah air. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru