32.5 C
Jakarta

Ambil Sikap dalam Propaganda Rajab Hizbut Tahrir

Artikel Trending

EditorialAmbil Sikap dalam Propaganda Rajab Hizbut Tahrir
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan Rajab masih menjadi fokus propaganda Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pada bulan ini, mereka menyoroti sejumlah momen penting dalam sejarah Islam. Kendati begitu, penting bagi kita untuk memahami dan mengevaluasi klaim serta agenda yang mungkin ditemui dalam upaya tersebut. Sekalipun arahnya sudah tertebak, yakni mempromosikan khilafah, propaganda HTI tidak dapat diremehkan. Mengonter adalah keniscayaan.

Bulan Rajab memang memiliki makna sejarah dalam Islam, termasuk peristiwa-peristiwa signifikan seperti Perang Tabuk, Pembebasan Baitulmaqdis, dan keruntuhan Turki Utsmani. Kejadian sejarah tersebut memang perlu diperingati positif. Lalu, bagaimana ambil sikap terhadap propaganda HTI yang dimaksud? Pertama-tama, penting untuk meresapi sejarah dengan kehati-hatian agar tidak termanipulasi.

Klaim tentang bulan Rajab sebagai sejarah kelam kemunduran Islam seharusnya di-crosscheck secara mendalam. Fakta-fakta sejarah tidak boleh diambil begitu saja tanpa konteks yang memadai. Selain itu, ajakan menegakkan khilafah perlu dicermati dengan kritis bahkan ditentang. Faktanya, penafsiran terhadap “khilafah” itu variatif, dan gagasan tentangnya tidak pernah memiliki dasar konsensus di kalangan umat Islam.

Selanjutnya penting juga memahami sumber-sumber propaganda dan agenda di baliknya. Melalui kanal YouTube seperti “Khilafah Channel” dan “UIY Official,” HTI menyebarkan pesan-pesan tertentu. Kita harus bertanya, apa motivasi sebenarnya di balik pesan-pesan itu? Apakah mereka benar-benar mencerminkan kepentingan umat Islam secara menyeluruh, atau kepentingan ideologis yang dibungkus belaka?

Memahami sejarah dan merespons propaganda HTI memerlukan pemahaman mendalam tentang Islam. Maka, semua umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mencari pemahaman objektif dan inklusif tentang momen-momen sejarah dan peristiwa yang terjadi dalam bulan Rajab. Tujuannya adalah agar bisa saling mencerahkan dan meluruskan saudara Muslim untuk tidak termakan propaganda khilafah.

Sebagai bagian dari sikap positif melawan propaganda Rajab HTI, bulan ini merupakan peluang untuk memperkuat persatuan dan toleransi antarumat Islam. Segala retorika manipulatif pemecah-belah umat harus dikonter, sembari fokus pada nilai-nilai kebersamaan yang dapat memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu saja, dalam mengambil sikap, paling sedikitnya ada empat aspek kunci yang dapat dipertimbangkan bersama.

BACA JUGA  Idulfitri: Kembali ke Fitrah Keagamaan dan Kebangsaan

Pertama, kritisisme dalam pendidikan keislaman. Penting dicatat bahwa propaganda disajikan dengan narasi tertentu untuk agenda tertentu. Kritisisme dalam merespons klaim-klaim HTI merupakan bekal wajib yang perlu ditanam terutama dalam pendidikan keislaman. Penyediaan literatur akurat mengenai sejarah Islam, termasuk momen-momen di bulan Rajab, adalah kewajiban moral demi kemaslahatan umat.

Kedua, diskusi inklusif tentang toleransi. Menggelar dialog dan diskusi terbuka mengenai momen-momen sejarah Islam dapat memberikan wadah bagi umat Muslim untuk bertukar pandangan dan pemahaman—membantu mencegah penyebaran propaganda yang bersifat sektarian dan primordialisme. Nilai-nilai kebersamaan dan sikap saling menghormati perlu ditekankan, agar umat tetap bersatu di tengah kebhinekaan.

Ketiga, pemberdayaan umat. Untuk agenda ini, literasi digital dan pendidikan inklusif mesti jadi langkah proaktif. Umat yang terampil dalam memfiltrasi informasi akan mampu membentengi diri dari propaganda tidak sehat. Sikap positif terhadap propaganda HTI itu bagaimana? Maksudnya adalah, kita fokus pada promosi perdamaian, kasih sayang, dan keadilan. Hal itu membantu menggeser perpecahan ke arah harmoni.

Keempat, keterlibatan pemimpin keagamaan. Mereka mesti membimbing umat dalam menyikapi propaganda HTI yang berkaitan erat dengan nasib masa depan mereka. Pemimpin agama dapat menjadi penengah yang meyakinkan dan memberikan pandangan seimbang bahwa Indonesia merupakan negara islami yang tidak membutuhkan khilafah ala HTI. Ustaz hingga kiai punya beban moral mencerdaskan umat Muslim—agar selamat dari propaganda.

Dengan mengambil sikap yang bijak, umat dapat menghadapi propaganda bulan Rajab dengan keberimbangan dan membentuk pemahaman mendalam tentang sejarah dan ajaran Islam. Sikap yang sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengedepankan kedamaian dan persatuan akan menjadi fondasi kokoh dalam menghadapi propaganda HTI itu sendiri. Artinya, mari kita lawan bersama-sama propaganda Rajab yang HTI lakukan!

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru