31.3 C
Jakarta

Akibat Covid-19, 85 Persen Milenial Rentan Terpapar Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarDaerahAkibat Covid-19, 85 Persen Milenial Rentan Terpapar Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Denpasar – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan hasil survei nasional tentang potensi radikalisme tahun ini. Hasilnya cukup mengejutkan, yaitu 85 persen  generasi milenial rentan terpapar faham radikal yang salah satunya merupakan akibat Covid-19.

Hasil survei itu diumumkan di sela penutupan Rakornas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/12/2020) malam. “Dengan hasil survei ini, kita diingatkan untuk mewaspadai pergerakan spread of radicalisation di dunia maya ini. Tidak hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.

Dia memaparkan, akibat Covid-19 yang dimanifestasikan dalam aktivitas sekolah diliburkan dan perkantoran sebagian diatur membuat masyarakat di rumah lebih banyak menggunakan waktu untuk berselancar di dunia maya.

Menurutnya, generasi milenial yang mengakses internet ibarat masuk ke hutan belantara. Saat mencari konten keagamaan misalnya, ada kecenderungan menerima preferensi ceramah keagamaan dengan durasi singkat sehingga tidak diterima secara utuh.

Di sisi lain, jaringan teroris sangat intens menyebarkan narasi radikal dan intoleran. “Pada saat yang sama, anak-anak muda yang disebut gen Z ini belum tumbuh ketertiban sosial, kepatuhan hukum dan itikad dalam menggunakan media sosial untuk tujuan yang baik,” kata Boy.

BACA JUGA  Polda Sulteng Serius Tingkatkan Kemampuan Imam Masjid untuk Tangkal Paham Radikal

Dia meminta peserta Rakornas yang merupakan pengurus FKPT dari 32 provinsi berperan aktif mengatasi masalah tersebut. Dalam kesempatan tersebut BNPT hendak mengungkapkan persentase radikaisme yang timbul akibat Covid-19.

“Tidak bisa kita melarang internet, karena itu hak anak muda. Tapi bagaimana memberi edukasi yang baik, yaitu menggunakan medsos dengan cerdas,” ucapnya.

FKPT juga harus bisa memberikan konten kebhinekaan, nasionalisme dan moderasi dalam beragama. “Hasil survei tahun 2019 menemukan konten pendidikan kebhinekaan memiliki skor rendah dibanding dimensi lainnya,” kata mantan Kadiv Humas Polri tersebut.

Peneliti dari BNPT Lilik Purwandi mengungkapkan, survei yang dilakukan ini melibatkan 13.700 responden dari 32 provinsi dengan metode tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur.

Selain generasi milenial yang rentan terpapar radikalisme, survei juga menemukan potensi radikalisme yang lebih tinggi di kalangan perempuan daripada laki-laki. “Perempuan memiliki potensi 12,3%, sedangkan laki-laki 12,1%,” kata Lilik.

Temuan lainnya yaitu potensi radikalisme di kalangan kaum urban yang lebih tinggi dari kalangan rural. “Namun secara umum, potensi radikalisme tahun ini turun dari tahun sebelumnya,” ujarnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru