26.6 C
Jakarta

Ustaz Abdul Qadir Hasan Baraja: Sosok di Balik Terorisasi Khilafatul Muslimin

Artikel Trending

Milenial IslamUstaz Abdul Qadir Hasan Baraja: Sosok di Balik Terorisasi Khilafatul Muslimin
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Dusta jika sebuah organisasi keagamaan lepas dari silit pendirinya. Begitu juga tak masuk akal jika ada organisasi mengaku moderat, tetapi memiliki ideologi yang bertentangan dengan negeranya. Seperti Khilafatul Muslimin, ia mengklaim sudah memiliki pemimpin khilafah di dunia, dan mengaku tidak mau mengganggu negara Indonesia. Sederhananya, organisasi keagamaan representasi dari ideologi pemimpinnya.

Khilafatul Muslimin berideologi sama persis seperti HTI dan NII. Mereka tidak menerima Pancasila. Mereka mungkar kepadanya dan lebih memilih untuk memperjuangkan khilafah, sebagai sebuah gerakan Islam yang radikal.

Jalan itu dipilih, karena pendiri organisasi Khilafatul Muslimin adalah mantan NII. Pendirinya pernah terlibat pernah ikut ngebom Candi Borobudur pada tahun 1985. Ia bernama Abdul Qadir Hasan Baraja.

Sosok Pemimpin Khilafatul Muslimin

Abdul Qadir Hasan Baraja adalah pimpinan besar Khilafatul Muslimin. Namanya kini disebut-sebut oleh kelompoknya sebagai khilafahnya. Sosok yang diagung-agungkan karena mereka yakin bahwa Baraja ini bakal bisa menyatukan muslim seluruh dunia. Sosoknya dianggap menjadi juru penyelamat umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Abdul Qadir Hasan Baraja lahir pada tanggal 10 Agustus 1944 di Taliwang, Sumbawa. Baraja juga salah satu pendiri Darul Islam di Lampung pada tahun 1970. Ia juga mempunyai andil dalam pendirian Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo. Sebuah pondok yang dianggap sebagai pabrik terorir, karena alumninya kerap kali menjadi teroris.

Abdul Qadir Hasan Baraja sosok teroris yang legendaris. Seperti tulisan awal, dia pernah terlibat pemboman Candi Borobudur. Jejak dirinya pernah ditahan berkali-kali. Pertama, Baraja ditahan pada Januari 1979 dengan kasus yang berhubungan dengan Teror Warman, dengan tahanan selama 3 tahun. Kedua, ditahan kembali selama 13 tahun, dalam kasus yang berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.

Pasca bebas, Abdul Qadir Hasan Baraja mendirikan Khilafatul Muslimin pada tahun 1997 di Lampung. Pengalaman perburuannya memantik ia untuk mendirikan sebuah ormas keagamaan yang ingin menyatukan muslim dunia. Alasan aktual Baraja mendirikan Khilafatul Muslimin bertujuan untuk melanjutkan kekhalifahan Islam yang terhenti karena keruntuhan Turki Utsmani.

Sejak Abdul Qadir Hasan Baraja mendirikan Khilafatul Muslimin, ia kurang aktif di organisasi-organisasi teroris lintas generasi yang ikut serta membuat dan membesarkannya. Seperti di Majelis Mujahidin Indonesia yang ia dirikan pada bulan Agustus 2000, Baraja kurang aktif di dalamnya dengan alasan-alasan terntentu. Namun, ideologi dan sosoknya mengakar di MMI hingga kini.

BACA JUGA  Menakar Jebakan Isu Pemilu Curang dari Kelompok Ekstrem-Radikal

Konsep Buta Khilafatul Muslimin

Abdul Qadir Hasan Baraja sebagai ketua tertinggi di organisasi Khilafatul Muslimin mengklaim bahwa organisasi ini diinisiasi untuk menyatukan umat Islam dalam satu komando khilafah. Jadi menurutnya, Khilafatul Muslimin adalah organisasi yang nantinya bisa menampung seluruh umat Islam dan menjadi sebagai rumah bersama di atas panji kebesaran dan perintah khilafah.

Baginya, yang disebut satu komando khilafah di sini bukan untuk mengganti pemerintahan Indonesia dengan sistem Khilafah ala Minhajin Nubuwwah. Namun, hanya mempersatukan umat Islam saja menjadi satu komando tanpa mengintervensi pemerintah dan ideologi negara. Padahal kita tahu, Khilafatul Muslimin hanyalah salah satu dari fenomena-fenomena upaya penegakan khilafah yang diusung oleh banyak kelompok Islam. Dan ini bahaya serta mengancam.

Lanjutnya, Baraja memimpikan bahwa khilafah ini operasionalnya sama seperti Paus umat Katolik di di Roma Italia. Umat Islam mempunyai satu pemimpin utama, di bawah naungan khilafah. Alasannya agar umat Islam tidak terpecah-pecah dan menjadi satu kesatuan di bawah kendali amirul mukminin atau khalifah. Sedang khilafah sendiri yaitu dirinya. Mungkinkah alasan-alasan itu terjadi?

Secara mantap, kita jelas mengatakan hal tersebut tidak bakal terjadi. Sebab alasan-alasan di atas, hanyalah akal-akalan atau kedok semata. Ingin mendirikan khilafah dan tidak mau mengganggu sistem negara, tetapi menolak Pancasila sudah lebih dari cukup untuk mengetahui belang-belang strateginya.

Narasi di atas dibuat, sudah pasti ada udang di balik batu. Jika narasi di atas disambut, orang masuk ke pelukannya, dan ia dijadikan sebagai anggota yang harus mewujudkan sistem khilafah. Kita tahu khilafah adalah bertentangan dengan Pancasila. Khilafah adalah sebuah akal bulus organisasi untuk memporak-porandakan Indonesia. Apalagi pendirinya memiliki rekam jejak teroris yang pernah mengancam Indonesia. Dengan ini, pembaca Harakatuna, sudah pasti jelas menolaknya.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru