27.3 C
Jakarta

Wujudkan Ketahanan Nasional Melalui Ketahanan Ideologi, Jauhi Paham Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalWujudkan Ketahanan Nasional Melalui Ketahanan Ideologi, Jauhi Paham Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid, menyampaikan perlunya masyarakat menjaga ideologinya dari paparan paham radikalisme. Sebab, hal itu mempengaruhi ketahanan nasional.

“Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bernegara, meliputi ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, pertahanan, dan keamanan,” ujar Nurwakhid dalam Dialog Tokoh Nasional bertema Ketahanan Ideologi Menuju Indonesia Emas 2045 yang diselenggarakan oleh Rumah Kepemimpinan, Sabtu (29/7).

Kondisi dinamis tersebut dikenal dengan IPOLEKSOSBUDKUMHANKAM. Unsur ini melengkapi bagaimana pemerintah menjalankan pemerintahan yang baik dan adanya demokrasi partisipatoris.

Nurwakhid meminta publik memahami bahwa ketahanan nasional dapat diwujudkan melalui ketahanan ideologi. Pasalnya ideologi adalah pondasi dari kehidupan seseorang.

“Ideologi adalah ide, paradigma, pondasi, falsafah, dan arah dalam kehidupan berbangsa, sehingga dalam berbangsa (ideologinya) harus sama. Sebagai bangsa Indonesia kita sudah menyepakati Pancasila sebagai ideologi negara,” jelas Nurwakhid.

Oleh karena itu, generasi muda seperti mahasiswa perlu mengetahui ancaman-ancaman terhadap ketahanan ideologi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

“Sebagai pemimpin dan kader pemimpin bangsa ini, perlu memiliki sifat komitmen kebangsaan (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945), toleransi, antikekerasan, akomodatif terhadap budaya dan kearifan lokal, serta mengakui dan menghormati pemerintah yang sah,” ucap Nurwakhid.

BACA JUGA  BNPT Lawan Konten Radikal Melalui Narasi Moderat

Dia pun mengajak Peserta Rumah Kepemimpinan untuk memaksimalkan peran peserta sebagai mahasiswa dengan ilmu, pengetahuan, dan penguasaan teknologi yang dimiliki agar turut serta menjadikan Pancasila sebagai dasar bernegara. Harapannya dapat menjadi pemimpin yang moderat sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam program pembinaan.

Sementara itu, terkait dengan radikalisme, Nurwakhid menyampaikan bahwa secara prinsip menjadi radikal atau fundamental dalam menjalankan aturan agama itu wajib. Namun ketika dijadikan sebagai faham atau ideologi sehingga tercipta radikalisme dan fundamentalisme maka harus dihindari karena sudah muncul manipulasi dan distorsi agama oleh oknum tertentu.

“Rumah Kepemimpinan menyiapkan generasi masa depan Republik Indonesia melalui program pembinaan kepemimpinan bagi mahasiswa yang kini memasuki usia millenial,” ungkapnya.

Lebih jauh, kepemimpinan yang dimaksud mengusung prinsip kemoderatan, berada di tengah, tidak ekstem kanan atau ekstrem kiri serta menjadi rahmat bagi semesta alam. Di mana hal tersebut tentunya sejalan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara.

Sementara itu, Dewan Pembina Rumah Kepemimpinan, Musholli menyatakan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh BNPT khususnya dalam menghadirkan kepemimpinan yang berakhlak, berlandaskan nilai-nilai Islam, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Prinsip-prinsip tersebut telah ditanamkan kepada peserta dan alumni Rumah Kepemimpinan sejak 21 tahun berdiri,” tutupnya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru