30.2 C
Jakarta

Waspadai Rivalitas Islam dan Arus Pemikiran Radikal

Artikel Trending

Milenial IslamWaspadai Rivalitas Islam dan Arus Pemikiran Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Jika melihat sebab-sebab kemunduran peradaban Islam, tampak kita (umat Islam) digiring untuk melihat atau memperbaharui cara pandang terhadap agama dan dunia.

Sebagai muslim, kita harus bisa memberdayakan akal budi untuk memperbaharui cara melihat problem hukum Islam, pendidikan, tafsir dan usul fikih. Jika hal tersebut bisa dilakukan, maka akan melihat akar masalah yang menyebabkan umat Islam tertinggal sangat jauh dari bangsa-bangsa yang lain.

Praktik Kongkrit

Seperti yang saya tulis sebelumnya dalam artikel Diagnosis Keliru Terhadap Problematika Umat Islam di Indonesia, tertinggalnya umat Islam bukan karena masalah teologis. Melainkan tidak adanya ijtihad baru dari pemikir muslim, serta tidak adanya peran dan kemampuan mengambil langkah-langkah kongkrit untuk kemajuan peradaban.

Misalnya memberi kemajuan bagi umat beragama, kepada pendidikan seperti beasiswa, memberi kurikulum pendidikan yang berorentasi pada sains, atau mengubah kebijakan yang menolong kalangan bawah. Termasuk mengakui masalah-masalah yang terjadi pada umat beragama.

Lebih dasar dari itu, kemunduran peradaban Islam dilihat dari lintasan perjalanannya, baik di dunia dan Indonesia sendiri, adalah karena faktor umat Islam membuang experimental scaiences itu. Umat Islam sering memandang bahwa ilmu yang sangat penting adalah ilmu keagamaan atau yang berhubungan dengan keagamaan seperti kalam, fikih, hadis, tasawuf.

Sedang ilmu-ilmu lain, dipandang sebagai ilmu dunia yang hanya berurusan dengan masalah dunia semata: ilmu-ilmu tersebut dianggap tidak bisa membawa kepada surga.

Sejak alam pikiran timbul seperti itulah, umat Islam tidak bakal lagi mementingkan ilmu sains dan teknologi: matematika, fisika, kimia, bilogi, digital dan ilmu-ilmu hebat lainnya. Sejak saat itu pula dunia Islam mundur dan tertinggal jauh.

Pembangunan Umat Islam

Sungguh, untuk menakar arus pemikiran dan ketertinggalan dunia Islam tersebut, harus kembali ke potensi diri manusia Islam sendiri. Seperti Ali Syariati, memberi resep bahwa keterbangunan peradaban Islam, caranya harus dibangun dulu manusianya.

BACA JUGA  Kapitalisme: Jurus Aktivis Khilafah untuk Mendegradasi NKRI

Itulah mengapa, dari nabi Adam a.s hingga kita, Tuhan menjadikannya khalifahnya di muka bumi. Tugas khalifah tidak lain adalah memakmurkan bumi dan membangun peradaban unggul. Tugas khalifah memiliki pemahaman yang benar dan tepat tentang nash-nash dan bagaimana nash-ayat Al-Qur’an tersebut dibumikan dalam kehidupan sehari-harinya (Yudian, 2022).

Al-Qur’an harus ditemukan dan dikemukakan kunci dasar dan konsep pokok dengan cara memberi makna baru terhadap konsep-konsep dasar tersebut agar lebih segar, aktual, dinamis, dan menjadikan implementatif.

Integrasi Sains dan Agama

Saya percaya, kebangkitan peradaban Islam bisa terjadi apabila di antara muslim tidak kafir sains dan ilmu pengetahuan, serta tahu konsep kunci umat Islam. Sebagaimana kata pemikir, kebangkitan Islam bermula dengan membangkitkan hal subtantif Islam, berkenaan dengan diri manusia serta bagaimana mendayagunakan potensi-potensi orisinil yang dimilikinya.

Di sini paling tidak, umat Islam tidak salah mengartikan konsep-konsep kunci di dalam kitab sucinya: seperti Islam, takdir, khalifah, khalaf, akhlak, adab, dan mengintegrasikan pendidikan.

Maka itu, kita harus mencicil bergerak melihat, serta mencari cara bagaimana umat dan peradaban Islam bangkit, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, sains, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan secara umum.

Kita tidak bisa hanya melalui kritik dan seminar, atau sekadar mengkrtitik dan mencari titik lemah pendidikan seperti pesantren dan pendidikan umum, sehingga membuat orang pesimistis. Umat Islam harus bergerak melakukannya sendiri dengan wujud konkrit dari integrasi sains dan agama.

Jika sudah mengetahui kelemahan dan mencoba memperbaikinya, maka akan lahir dan tercipta generasi yang mandiri, kreatif, inovatif, dan progresif. Jika generasi itu lahir, maka bukan tidak mungkin perdaban Islam bisa bangkit kembali. Sungguh secara jelas, rahmat Tuhan bakal dirasakan tidak saja buat umat Islam sendiri, tetapi juga penduduk alam semesta ini.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru